Leo langsung menatap William dengan tatapan yang kejam dan berseru, "Apa kamu bilang? Apa kamu tahu sesuatu?"William masih tersenyum polos dan berkata, "Kek, ada yang ingin kubicarakan dengan Kakek. Berdua saja, bisa?"Meskipun William tersenyum, sorot matanya terlihat dingin dan jahat seperti ular yang berbisa. Orang seperti ini akan membuat orang lain merinding.Leo menatapnya dengan tajam dan berkata, "Ikut aku ke ruang baca."Selena mengantar Leo sampai di depan pintu. Leo kemudian hanya membiarkan William dan Wandi masuk ke dalam dan yang lain menunggu di luar.Selena merasa sedikit cemas. Dia tahu saat ini kondisi Kakek sedang tidak stabil dan ditambah dengan usia Kakek yang sudah tua. Selena takut Kakek akan kenapa-kenapa.Ellia menepuk-nepuk tangan Selena sambil menenangkannya, "Jangan takut. Kakek pasti ada pertimbangan sendiri."Setelah mengatakan itu, Ellia menggandeng Selena pergi duduk di dekat teras. Kemudian, dia meminta pelayan untuk membawakan pencuci mulut. Dia sama
Kepala pelayan, Wandi, yang berdiri di samping melirik sejenak anak haram arogan itu.Tanpa menunggu Leo berbicara, William langsung berkata, "Sebenarnya, Kakek sungguh nggak adil. Padahal yang disukai Ayah adalah ibuku. Kamu menghalangi Ibu untuk masuk ke keluarga ini bisa aku maklumi, tapi kenapa kamu nggak mau mengakuiku? Sekarang aku dicap sebagai anak haram dan dihina orang-orang. Sedangkan kakakku yang seharusnya nggak lahir di dunia ini malah mendapat semua kasih sayangmu dan kekayaan Keluarga Irwin. Bukankah hal ini nggak adil untukku?"Leo membanting sebuah pajangan meja di dekatnya dengan keras dan berteriak, "Anak haram yang terlahir dari pernikahan nggak direstui sepertimu, beraninya kamu berlagak di depanku? Kuberi tahu, aku nggak akan pernah mengakui ibumu baik dulu maupun sekarang. Hal ini juga berlaku padamu! Jadi jangan bermimpi untuk mendapatkan hak waris!William hanya tersenyum dingin dan berkata, "Oh ya? Kalau orang kesayanganmu mati, kamu akan menyerahkan Keluarga
Mendengar pertanyaan Selena, William tersenyum puas. Seakan-akan dia akhirnya menang dari kekalahan sebelumnya."Kak Selena, jangan khawatir. Aku dan Kak Harvey mengalir darah yang sama, jadi bagaimana mungkin aku mencelakainya, 'kan? Aku secara khusus pergi menyelamatkannya. Hanya saja, dia mengalami luka serius dan sedang diselamatkan.""Apa yang terjadi padanya? Sekarang di mana?"Leo tiba-tiba menyela, "Kamu bilang dia ada di tanganmu, mana buktinya?"William menunjukkan video yang hanya berdurasi beberapa detik di ponselnya. Ada seorang pria terbaring di ranjang rumah sakit dengan memakai masker oksigen dan di sekitarnya ada dokter-dokter yang sedang melakukan penyelamatan. Namun, hanya samar-samar dapat melihat wajah pria itu adalah Harvey."Bagaimana keadaannya sekarang?""Setelah diselamatkan oleh para dokter, nyawanya sudah tidak dalam bahaya. Kalian nggak perlu khawatir, Kakak adalah pion pentingku, jadi mana mungkin aku membiarkan sesuatu terjadi padanya, 'kan?"Merasa dirin
William menunjukkan sifat aslinya. Dia sama sekali tidak menyembunyikan sifat arogannya, sangat berbeda dengan Harvey yang begitu dewasa.Dia menghampiri Selena, mengulurkan tangannya ke Selena sambil berkata, "Kak Selena, mohon kerja samanya untuk ke depannya."Melihat tatapan William yang memiliki niat jahat itu, Selena mengabaikannya. Selena melewatinya dan membantu Leo, "Kakek, aku akan mengantar Kakek kembali ke kamar."Leo mengangguk perlahan dan bangkit perlahan dari kursi. Sambil menatap punggung tua itu berjalan pergi, Wandi merasa putus asa."Kek, apa Kakek benar-benar akan menyetujui syaratnya?" tanya Selena."Kita sekarang masih belum ada kabar mengenai Harvey. Kalau apa dia katakan benar, Kakek hanya bisa melakukan sesuai keinginannya. Jangan khawatir, beberapa tahun lalu Kakek sudah menyerahkan banyak aset dan saham penting kepada Harvey. Meskipun secara resmi mengumumkan identitasnya, aset-aset itu tetap milik Harvey, dia nggak bisa mengubahnya."Sorot mata Leo menunjukk
Kediaman Keluarga Irwin mengalami perubahan yang luar biasa. Ketika William keluar dari ruang baca, Wandi mengikutinya dan dia terlihat sangat bangga.Saat ini, Ellia terjebak dalam drama cinta segitiga dan tidak bisa keluar. Jesika terus berulah, sedangkan Naufan masih berperilaku patriarki, dia menarik tangan Ellia sampai membuat Ellia marah.Ellia dengan keras menampar Naufan. Naufan pun tercengang dan terheran-heran mengapa Ellia yang sudah lama tidak bertemu ini berani menamparnya.Tindakan itu membuat Jesika sangat marah. Jesika ingin melindungi Harvey dan menyerang Ellia seperti orang gila.Keadaan rumah sangat kacau. Dua wanita itu saling menjambak dan para pelayan tidak berani ikut campur.Hanya Eri yang dengan cepat menghampiri dan mendorong Jesika sampai jatuh ke lantai. Jesika langsung menangis karena kesakitan. Suasana pun menjadi semakin kacau.Kemudian William muncul dan berkata, "Bibi Ellia, minta maaf pada ibuku."Ellia mendengar kata-kata itu ketika dia sedang merapik
Ellia tidak tahu apa yang terjadi di ruang baca sebelumnya, tetapi Ellia bisa melihat sikap William yang sudah menganggap kediaman Keluarga Irwin sebagai miliknya."Bibi Ellia, kamu sudah lama bercerai dengan ayahku, seharusnya kamu bukan bagian Keluarga Irwin lagi. Keluarga Irwin sudah berbaik hati merawatmu selama bertahun-tahun, sekarang ibuku sudah kembali. Ibuku adalah Nyonya Irwin yang sah. Aku ingin kamu berinisiatif pergi dari sini, jangan membuat malu diri sendiri.""William, kenapa kamu bicara seperti itu dengan Bibi Ellia? Kak Ellia, anak ini sudah kumanjakan sejak kecil, jangan diambil hati perkataannya. Ini adalah rumahmu, kamu bisa tinggal selama yang kamu suka. Nggak ada yang akan mengusirmu."Kata-kata Jesika terdengar baik, tetapi secara tidak langsung sedang menunjukkan posisinya. Selama dia sudah berhasil masuk ke rumah ini, akan ada banyak kesempatan lain. Untuk sekarang, dia harus berpura-pura murah hati di hadapan Naufan.Ellia melipat tangannya di depan dada dan
Jesika sebenarnya tahu ini adalah kamar utama. Namun setelah mendengar perkataan Wandi, dia masih harus berpura-pura tidak bersalah."Maaf, aku nggak tahu ini kamarnya Kak Ellia. Aku hanya berpikir kamar ini menghadap ke arah yang bagus. Bisa melihat angsa-angsa di danau di seberang sana. Cahaya yang masuk juga bagus. Kupikir nggak ada yang menggunakan kamar ini.""Nggak masalah. Jika Ibu suka Ibu bisa tinggal di sini. Ke depannya Ibu adalah nyonya rumah di Keluarga Irwin. Benar, 'kan, Yah?"Saat mengatakan itu William mengangkat alisnya dan menatap Naufan. Namun Naufan tidak membalas ucapannya, dia malah melihat ke kamar yang masih sama seperti dulu.Ellia-lah yang mendekorasi kamar pernikahan ini sesuai dengan selera Naufan. Hal ini membuat beberapa kenangan masa lalu muncul di pikiran Naufan."Rumah ini sangat besar dan ada banyak kamar kosong. Kamu juga bisa melihat pemandangan danau dari kamar di lantai atas. Nggak baik menempati kamar yang sudah ditempati orang lain."Sikap Willi
Tidak ada yang lebih tahu dari Naufan betapa obsesinya Ellia kepada dirinya. Hingga sekarang, Naufan masih ingat ekspresi Ellia yang sedang membawa pulang lukisan dan porselen antik dari berbagai tempat lelang dan meletakkannya di depannya.Dengan sikap arogan yang melekat sejak lahir, Ellia berusaha keras menahan diri demi Naufan, tetapi sudut mulutnya masih tidak bisa berhenti terangkat."Naufan, lihatlah lukisan karya Pak Zodi ini. Aku menghabiskan banyak tenaga untuk mendapatkannya."Pada saat itu, mata Ellia masih berkedap-kedip seperti ada bintang di dalamnya dan bersinar seperti cahaya matahari."Kapan dia mulai berubah?" tanya Naufan dalam hatinya.Sikap Ellia yang dulu terasa seperti terik matahari itu kini berubah menjadi bulan terang yang dingin. Naufan menyadari di mata Ellia sekarang tidak ada jejak mencintainya sampai tergila-gila.Naufan juga tidak menyangka Ellia dengan santai mengatakan akan menjual barang-barang itu dengan harga murah."Ellia!" teriak Naufan dengan ma