"Brak!"Selena yang sedang makan, entah mengapa sejak tadi merasa gelisah. Tiba-tiba sendok keramik terjatuh dari tangannya dan terdengar suara pecah.Selena refleks membungkuk untuk membersihkannya, tetapi Ellia berseru, "Biarkan saja, nanti pelayan yang akan membersihkannya."Ketika Ellia mengatakan itu, jari Selena sudah tergores oleh pecahan sendok dan darahnya menetes keluar."Jangan sentuh lagi."Ellia segera memanggil pelayan untuk mengobati luka di jari Selena. Selena sedikit melamun, lalu bertanya, "Harvey sudah pergi berapa lama?""Jangan khawatir, sebentar lagi dia pulang," ujar Ellia menghiburnya dan pada saat bersamaan ponsel di atas meja berdering."Ibu angkat telepon dulu."Ellia melepaskan tangan Selena. Kemudian saat mendengar apa yang dikatakan si penelepon, raut wajah Ellia yang biasanya tenang tiba-tiba berubah. Dia bahkan bangkit dari kursinya."Aku mengerti. Segera kirim orang lagi."Selena yang semakin gelisah bertanya, "Ibu, apa yang terjadi?""Nggak apa-apa. Ha
Mendengar kata-kata itu, sekujur tubuh Selena seperti kehilangan kekuatan. Dia hanya bisa berdiri tegak dengan susah payah dengan bertumpu di tepi meja."Selena, hal ini masih belum pasti. Kakek hanya menganalisis situasi ini dari sudut pandang orang biasa. Orang biasa nggak akan selamat jika berada di tempat seperti itu, tapi Harvey bukanlah orang biasa. Dia sudah menerima pelatihan profesional dan sudah menghadapi berbagai tantangan ekstrem. Kita harus percaya padanya. Dia pasti baik-baik saja."Kakek sangat berterus terang kepada Selena. Namun teringat dirinya tidak bisa menghubungi Harvey, Selena sama sekali tidak bisa merasa tenang."Jadi, bagaimana situasinya sekarang?""Sementara keberadaanya nggak diketahui. Kakek juga belum mendapatkan informasi yang pasti. Area ledakan itu cukup luas. Tempat itu adalah pabrik terbengkalai, jadi nggak ada penduduk di sana. Semua kamera pengawas sudah nggak berfungsi, jadi nggak ada yang tahu apa yang terjadi di sana."Sejak dia siuman, Harvey
Setelah mengonsumsi obat, Kakek merasa jantungnya tidak berdebar lagi. Dia tahu bahwa Harvey tidak bodoh dan selalu berpengalaman. Dia yakin bahwa Harvey pasti akan selamat.Namun ....Kakek bisa membayangkan pemandangan kobaran api yang besar ketika dia menutup matanya. Manusia sangat tidak berdaya di hadapan bencana besar seperti itu.Sama seperti keahlian bela dirimu tidak akan berguna ketika bertemu dengan longsor salju.Melihat wajah Kakek yang lelah, kepala pelayan segera menasihatinya, "Tuan, jangan terlalu khawatir. Api di tempat kejadian masih belum padam. Udara di sekitar penuh dengan gas berbahaya. Orang-orang kita sudah pergi mencari Tuan Muda Harvey dan segera akan ada hasilnya."Kakek yang bersandar di kursi rotan itu mendongak, kedua tangannya berada di dahinya. "Kalau anak nakal itu benar-benar meninggal di sana, bagaimana aku akan menjelaskan kepada neneknya saat aku pergi ke dunia sana."Kepala pelayan berdiri di samping. Saat dia menatap rambut putih tuannya, dia bar
Di bawah cahaya api, laut terlihat seperti monster yang sedang mengaum.Eri menjelaskan apa yang sudah terjadi, "Nyonya, sebelum orang-orang kita mendekat, sudah terdengar suara ledakan dari arah Tuan Muda Harvey berada. Saat kami tiba, situasinya sudah nggak terkendali dan kami nggak membawa masker gas. Selain itu, kobaran apinya terlalu besar dan ada penembak jitu di kejauhan, jadi ...."Eri terlihat sangat menyesal. Dia sungguh tidak menyangka bahwa musuh akan begitu kejam sampai membuat rentetan jebakan. Sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk hidup.Mereka memanfaatkan Harvey yang ingin menangkap mereka hidup-hidup dan membuat rencana besar untuk menjebak Harvey.Ellia terlihat masam dan berkata, "Kudengar beberapa bulan lalu, orang itu mengirim ratusan tentara bayaran elit untuk membunuh Selena. Sekarang Selena sudah berada di luar negeri, tetapi bagaimana dia bisa langsung tahu keberadaannya begitu cepat? Dia juga mempersiapkan semua ini dalam waktu sangat singkat. Siapa s
"Yah, mendengar suaramu masih begitu keras, aku merasa lega." Suara Naufan yang tenang itu terdengar dari ruang tamu.Dalam beberapa tahun ini, Naufan sudah beberapa kali mengunjungi ayahnya, Leo Irwin, tetapi selalu diusir oleh orang.Setelah itu, dia tidak pernah datang lagi karena merasa dipermalukan. Namun berbeda dengan hari ini, dia bersikeras untuk masuk sampai membuat satpam tidak berani menghalanginya.Mereka tahu Naufan merupakan putra semata wayang Leo dan tidak ada yang berani menyinggungnya karena kelak mungkin saja dia akan kembali ke rumah ini.Kali ini, Naufan tidak hanya datang sendiri, tetapi juga bersama Jesika dan William.Selena meletakkan sendoknya dan menatap ketiga orang itu. Untuk sesaat, dia tidak tahu apakah dirinya dan Ellia adalah lelucon atau Naufan sekeluarga adalah lelucon.Melihat Selena berhenti makan, Ellia mengingatkannya, "Lanjutlah makan, jangan biarkan sampah memengaruhi suasana hatimu."Rival cinta datang untuk membuat masalah, tetapi Ellia masih
William pura-pura tidak terjadi apa-apa, menopang Kakek dengan ekspresi penuh perhatian sambil berkata, "Kek, apa yang dibilang Ayah benar. Walaupun Kakek nggak mengakui aku sebagai cucumu, hal ini nggak dapat mengubah fakta bahwa kita adalah sekeluarga.""Benar, Yah. Dulu Naufan memang terlalu impulsif. Dia sudah menyadari kesalahannya selama beberapa tahun ini. Hari ini, dia datang khusus untuk meminta maaf kepada Ayah. Ayah, tolong maafkanlah dia," ujar Jesika.Lihatlah kerja sama antara ibu dan anak ini, mereka jelas-jelas datang ke sini dengan persiapan yang matang.Selena akhirnya kembali tenang. Setelah Harvey dalam bahaya, mereka pun datang. Apakah ini hanya kebetulan?Saat ini, Leo jelas-jelas merasa tidak enak badan, dia ingin marah tetapi tidak ada tenaga untuk melakukannya.Ellia yang tadinya masih diam berkata dengan dingin, "Kalian tuli atau bodoh? Nggak mengerti apa yang dikatakan Ayah? Naufan, kalau aku nggak salah ingat, kamu pernah bilang kamu nggak akan pernah mengin
Mendengar perkataan Ellia, Naufan sangat marah. Ellia yang dulu selalu berbicara dengan hati-hati dengannya, tidak seperti sekarang, setiap kata yang keluar dari mulut Ellia sangat menusuk.Hal yang paling menyakitkan bagi Naufan adalah masa kecil Jesika yang penuh penderitaan. Namun ketika mendengar Ellia mengungkit hal itu begitu rinci, Naufan merasa sedikit tidak nyaman saat memeluk pinggang Jesika.Sedangkan Jesika sudah menangis tersedu-sedu. Kali ini mungkin dia benar-benar merasa sedih karena dia paling takut ada orang yang membicarakan masa lalunya dan Ellia melakukan hal tersebut."Ellia, lihatlah dirimu sendiri, apa itu sikap sebagai orang tua? Sungguh wanita nggak beradab dan nggak tahu malu!" Umpatan Naufan selalu itu-itu saja.Naufan paling sering mengatai Ellia dengan kata-kata "wanita tidak beradab". Kali ini, Selena mendahului Ellia berinisiatif berbicara."Tuan Naufan, nggak seharusnya kamu menggunakan kata-kata seperti itu untuk mencela Ibu meski kalian sudah bercerai
Leo langsung menatap William dengan tatapan yang kejam dan berseru, "Apa kamu bilang? Apa kamu tahu sesuatu?"William masih tersenyum polos dan berkata, "Kek, ada yang ingin kubicarakan dengan Kakek. Berdua saja, bisa?"Meskipun William tersenyum, sorot matanya terlihat dingin dan jahat seperti ular yang berbisa. Orang seperti ini akan membuat orang lain merinding.Leo menatapnya dengan tajam dan berkata, "Ikut aku ke ruang baca."Selena mengantar Leo sampai di depan pintu. Leo kemudian hanya membiarkan William dan Wandi masuk ke dalam dan yang lain menunggu di luar.Selena merasa sedikit cemas. Dia tahu saat ini kondisi Kakek sedang tidak stabil dan ditambah dengan usia Kakek yang sudah tua. Selena takut Kakek akan kenapa-kenapa.Ellia menepuk-nepuk tangan Selena sambil menenangkannya, "Jangan takut. Kakek pasti ada pertimbangan sendiri."Setelah mengatakan itu, Ellia menggandeng Selena pergi duduk di dekat teras. Kemudian, dia meminta pelayan untuk membawakan pencuci mulut. Dia sama