Benita baru pulang saat sudah larut malam, dan hanya tinggal Selena Bennett dan Harvey Irwin yang saling menatap satu sama lain di dalam vila."Kamu udah ngantuk?"Selena langsung menggelengkan kepalanya, "Nggak, aku belum ngantuk. Aku nggak bisa tidur, aku mau nonton televisi sebentar."Dia hanya merasa canggung. Meskipun mereka adalah pasangan suami istri, tetapi pria itu masih terasa asing baginya. Harvey memintanya untuk melakukan kontak yang lebih intim, rasanya situasi ini sama canggungnya seperti kencan online, 'kan?Ketegangannya tidak luput dari pandangan Harvey, tetapi dia juga tidak terburu-buru, "Oke, aku temani."Di sana, terlihat Selena sedang menonton sinetron, sementara Harvey mengetik di keyboard laptop dengan cepat .Selena meliriknya sesekali. Pria yang ada di sebelahnya itu mengenakan kacamata dengan bingkai emas. Di atas kepalanya, cahaya lampu menyorotkan sinar kuning yang temaram, memberikan sentuhan lembut pada siluet dinginnya.Merasakan tatapan Selena, Harvey
Selena mengalihkan pandangannya dengan malu-malu. "Lobster ini kayaknya enak, aku mau coba."Namun, belum sempat dia mengambilnya, Harvey dengan cepat menyuapkan lobster yang sudah dikupas ke mulutnya."Enak, nggak?"Selena mencicipi sedikit. Sensasi pedas, segar, dan harum meledak lidahnya.Rasa yang sangat dikenalnya itu menjalar dari ujung lidar ke perutnya, nampaknya sudah lama dia tidak merasakan sensasi tersebut. Namun, karena kepedasan, dia tersengal-sengal dan berusaha meminum air lemon di sebelahnya dengan susah payah."Pedes banget, ya?" tanya Harvey dengan nada khawatir."Lumayan, tapi ini enak banget," kata Selena sambil tersenyum. Dia adalah tipe orang yang gemar makan, jadi meskipun dia sudah terlihat kepedasan sampai telinganya memerah, dia masih ingin memakannya lagi.Harvey mengupas lobster dengan cepat, tetapi tidak secepat Selena menghabiskannya."Pelan-pelan.""Wah, keahlianmu masakmu sia-sia banget kalau nggak jual lobster ini di pasar malam."Sambil terus meminum
Sikap Selena masih sama seperti saat belum berselisih dengannya, naif, ceria, dan penuh harapan setiap harinya.Bahkan saat disibukkan dengan urusan sepele, setiap kali melihat senyum wanita itu, dia bisa kembali bersemangat.Ungkapan perasaannya yang tiba-tiba itu membuat hati Selena bergejolak. Ketampanannya yang memikat dari jarak yang begitu dekat, membuat Selena sulit menahan diri!Selena dengan cepat mengalihkan pandangannya dan berkata, "Ceri ini besar banget, rasanya juga manis.""Baguslah kalau kamu suka."Harvey kelihatannya sibuk sekali. Meskipun sudah menyiapkan begitu banyak hidangan, dia sendiri tidak terlalu banyak makan. Setelah membantu Selena mengupas lobster, dia segera mengambil laptopnya dan kembali bekerja.Selena tidak bisa menahan diri untuk bertanya: "Ngomong-ngomong, aku mau tanya, apa pekerjaanmu?""Manajemen," jawab Harvey singkat."Pantas saja kamu sibuk banget."Dia tidak tahu bahwa Harvey menggunakan pekerjaannya untuk mengalihkan perhatiannya. Bagaimana
Komentar ini mengembalikan akal sehat Selena kepada kenyataan.Benar, hari ini, setelah bangun tidur, semua informasi yang dia terima membuatnya menyadari satu hal, tetang seberapa besar rasa cinta di antara mereka berdua.Semuanya terasa seperti sebuah kotak hadiah yang sempurna, terlihat indah tanpa cela dari luar.Meskipun kehilangan anaknya itu adalah sebuah kecelakaan, tetapi siapa orang yang melukai tangannya?Ketika mandi, dia menemukan banyak luka dan bekas luka di tubuhnya. Bukan luka yang fatal, tetapi lebih seperti lecet, tergores tanaman, atau memar karena terjatuh.Telapak tangannya juga penuh dengan kapalan. Meskipun begitu, postur tubuhya terlihat indah, tetapi tidak seperti tipe yang lemah dan kurus, melainkan sedikit terlihat gagah.Luka di tubuhnya itu adalah luka-luka baru. Karena dia seharusnya rutin berolahraga di pusat kebugaran untuk waktu yang lama, mungkin itulah sebabnya mengapa tubuhnya terbentuk seperti itu.Ini semua sangat tidak sesuai dengan pernyataan ba
Saat pagi hari tiba, Selena terbangun di bawah sinar matahari yang terang dan menyilaukan.Dia perlahan membuka matanya, tatapanya terlihat polos dan jernih, seperti seorang seorang anak kecil.Awalnya, dia merasa sedikit bingung, matanya yang besar berkedip-kedip, terlihat sangat imut."Gimana, tidurmu nyenyak?"Pandangannya bertemu dengan pria yang sedang tersenyum lembut di sampingnya. Sebuah kalimat terlintas di benaknya, 'Orang asing ini kayak permata, nggak ada tandingannya di dunia ini!'Meskipun terdengar sangat klise, tetapi dia masih merasa kalimat itu cocok dengan Harvey.Melihat pria itu dari jarak yang sangat dekat, membuatnya merasa seperti ditampar oleh pesona ketampanan yang luar biasa. Di pandang dari sudut mana pun, fitur wajahnya terlihat sangat sempurna, tidak ada cela sedikit pun.Ketika wajahnya datar, pria itu tampak dingin dan angkuh, tetapi ketika tersenyum, seluruh aura dan penampilannya seketika berubah menjadi lebih menawan.Selena tertegun. "Ya, lumayan."S
Sontak, Selena bergerak mundur, hanya untuk menyadari bahwa di belakangnya adalah lemari yang terbuka lebar, menjebaknya dalam ruang yang lebih sempit.Tangannya menempel di dada Harvey, wajahnya terlihat memerah.Sayangnya,dia tidak bisa meraih ponselnya untuk bertanya kepada keluarganya apa yang seharusnya dia lakukan sekarang.Harvey menyentuh ujung hidungnya dengan lembut, "Diluar dingin, saranku kamu pakai baju yang lebih tebal."Setelah selesai berbicara, Harvey melepaskan tangannya dan mundur ke tempat yang lebih luas. Selena pun akhirnya bisa menghirup udara segar yang seolah-olah sudah lama tidak dia rasakan, "Oke."Dia menghela napas lega, awalnya dia takut kalau Harvey akan melakukan sesuatu yang aneh kepadanya.Harvey sudah keluar dari ruang ganti dan turun ke lantai bawah. Dia berteriak dari arah meja makan, "Sarapa udah siap.""Iya, aku datang."Setelah menunggu rona merah di wajahnya mereda, Selena bergegas turun ke lantai bawah untuk sarapan. Setelah itu, dia mengikuti
Hasilnya benar-benar tidak sesuai dengan harapan Selena. Barang-barang yang ditinggalkan oleh ayahnya memang berharga, tetapi tidak memiliki nilai yang terlalu besar.Sangat berbeda dengan pendapat para pengguna internet, pria ini sama sekali tidak tertarik dengan uangnya.Lalu, apa yang membuat pria itu tertarik dengannya?Setelah menghabiskan waktu setengah hari di rumah keluarga Bennett, Selena masih belum bisa mengingat apa pun.Sebelum mereka pulang, Bonbon terus mengikutinya, membuat Selena merasa iba dan ingin membawanya pulang. Namun, saat ingin meminta izin untuk melakukan hal itu, bibirnya seperti terkunci, firasatnya berkata bahwa Harvey tidak menyukai kucing."Kenapa?"Selena menunjuk seekor kucing yang ada di dekat kakinya itu, "Boleh nggak dia dibawa pulang?"Bonbon sudah sangat tua dan tidak akan hidup terlalu lama, dia ingin terus menemaninya sepanjang waktu.Harvey menjawab dengan cepat, "Oke, nanti kusuruh orang buat bawa dia pulang. Nah, sekarang, ayo lanjutin kencan
Selena sontak terkejut, dia memalingkan wajahnya ke arah Harvey. "Kamu ngomong apa, sih?"Harvey masih menatap ke kejauhan dengan ekspresi datar. "Semua orang pasti akan mati, kalau suatu saat nanti aku kecelakaan ...""Nggak ada yang tahu kedepannya gimana, jangan ngomong kayak gitu, ah!" Selena merasa tertekan, dia tidak ingin mendengar kata-kata tentang kecelakaan. Tanpa sadar, tangannya meraba perut kecilnya.Tanpa sepatah kata pun, Harvey membawa Selena ke pusat perbelanjaan terdekat. Mereka berdua seperti pasangan pada umumnya, berkeliling, makan, dan menonton film bersama.Semua ini adalah hal-hal yang dulu sangat ingin Selena lakukan.Meskipun dia sudah lupa, tapi ada perasaan puas di dalam hatinya.Pada malam itu, salju kembali turun dari langit. Sambil membawa kantong belanja, Harvey menggandeng tangan Selena keluar dari pusat perbelanjaan.Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, mereka baru selesai menonton film. Karena suhu sangat dingin, tidak banyak orang