Komentar ini mengembalikan akal sehat Selena kepada kenyataan.Benar, hari ini, setelah bangun tidur, semua informasi yang dia terima membuatnya menyadari satu hal, tetang seberapa besar rasa cinta di antara mereka berdua.Semuanya terasa seperti sebuah kotak hadiah yang sempurna, terlihat indah tanpa cela dari luar.Meskipun kehilangan anaknya itu adalah sebuah kecelakaan, tetapi siapa orang yang melukai tangannya?Ketika mandi, dia menemukan banyak luka dan bekas luka di tubuhnya. Bukan luka yang fatal, tetapi lebih seperti lecet, tergores tanaman, atau memar karena terjatuh.Telapak tangannya juga penuh dengan kapalan. Meskipun begitu, postur tubuhya terlihat indah, tetapi tidak seperti tipe yang lemah dan kurus, melainkan sedikit terlihat gagah.Luka di tubuhnya itu adalah luka-luka baru. Karena dia seharusnya rutin berolahraga di pusat kebugaran untuk waktu yang lama, mungkin itulah sebabnya mengapa tubuhnya terbentuk seperti itu.Ini semua sangat tidak sesuai dengan pernyataan ba
Saat pagi hari tiba, Selena terbangun di bawah sinar matahari yang terang dan menyilaukan.Dia perlahan membuka matanya, tatapanya terlihat polos dan jernih, seperti seorang seorang anak kecil.Awalnya, dia merasa sedikit bingung, matanya yang besar berkedip-kedip, terlihat sangat imut."Gimana, tidurmu nyenyak?"Pandangannya bertemu dengan pria yang sedang tersenyum lembut di sampingnya. Sebuah kalimat terlintas di benaknya, 'Orang asing ini kayak permata, nggak ada tandingannya di dunia ini!'Meskipun terdengar sangat klise, tetapi dia masih merasa kalimat itu cocok dengan Harvey.Melihat pria itu dari jarak yang sangat dekat, membuatnya merasa seperti ditampar oleh pesona ketampanan yang luar biasa. Di pandang dari sudut mana pun, fitur wajahnya terlihat sangat sempurna, tidak ada cela sedikit pun.Ketika wajahnya datar, pria itu tampak dingin dan angkuh, tetapi ketika tersenyum, seluruh aura dan penampilannya seketika berubah menjadi lebih menawan.Selena tertegun. "Ya, lumayan."S
Sontak, Selena bergerak mundur, hanya untuk menyadari bahwa di belakangnya adalah lemari yang terbuka lebar, menjebaknya dalam ruang yang lebih sempit.Tangannya menempel di dada Harvey, wajahnya terlihat memerah.Sayangnya,dia tidak bisa meraih ponselnya untuk bertanya kepada keluarganya apa yang seharusnya dia lakukan sekarang.Harvey menyentuh ujung hidungnya dengan lembut, "Diluar dingin, saranku kamu pakai baju yang lebih tebal."Setelah selesai berbicara, Harvey melepaskan tangannya dan mundur ke tempat yang lebih luas. Selena pun akhirnya bisa menghirup udara segar yang seolah-olah sudah lama tidak dia rasakan, "Oke."Dia menghela napas lega, awalnya dia takut kalau Harvey akan melakukan sesuatu yang aneh kepadanya.Harvey sudah keluar dari ruang ganti dan turun ke lantai bawah. Dia berteriak dari arah meja makan, "Sarapa udah siap.""Iya, aku datang."Setelah menunggu rona merah di wajahnya mereda, Selena bergegas turun ke lantai bawah untuk sarapan. Setelah itu, dia mengikuti
Hasilnya benar-benar tidak sesuai dengan harapan Selena. Barang-barang yang ditinggalkan oleh ayahnya memang berharga, tetapi tidak memiliki nilai yang terlalu besar.Sangat berbeda dengan pendapat para pengguna internet, pria ini sama sekali tidak tertarik dengan uangnya.Lalu, apa yang membuat pria itu tertarik dengannya?Setelah menghabiskan waktu setengah hari di rumah keluarga Bennett, Selena masih belum bisa mengingat apa pun.Sebelum mereka pulang, Bonbon terus mengikutinya, membuat Selena merasa iba dan ingin membawanya pulang. Namun, saat ingin meminta izin untuk melakukan hal itu, bibirnya seperti terkunci, firasatnya berkata bahwa Harvey tidak menyukai kucing."Kenapa?"Selena menunjuk seekor kucing yang ada di dekat kakinya itu, "Boleh nggak dia dibawa pulang?"Bonbon sudah sangat tua dan tidak akan hidup terlalu lama, dia ingin terus menemaninya sepanjang waktu.Harvey menjawab dengan cepat, "Oke, nanti kusuruh orang buat bawa dia pulang. Nah, sekarang, ayo lanjutin kencan
Selena sontak terkejut, dia memalingkan wajahnya ke arah Harvey. "Kamu ngomong apa, sih?"Harvey masih menatap ke kejauhan dengan ekspresi datar. "Semua orang pasti akan mati, kalau suatu saat nanti aku kecelakaan ...""Nggak ada yang tahu kedepannya gimana, jangan ngomong kayak gitu, ah!" Selena merasa tertekan, dia tidak ingin mendengar kata-kata tentang kecelakaan. Tanpa sadar, tangannya meraba perut kecilnya.Tanpa sepatah kata pun, Harvey membawa Selena ke pusat perbelanjaan terdekat. Mereka berdua seperti pasangan pada umumnya, berkeliling, makan, dan menonton film bersama.Semua ini adalah hal-hal yang dulu sangat ingin Selena lakukan.Meskipun dia sudah lupa, tapi ada perasaan puas di dalam hatinya.Pada malam itu, salju kembali turun dari langit. Sambil membawa kantong belanja, Harvey menggandeng tangan Selena keluar dari pusat perbelanjaan.Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, mereka baru selesai menonton film. Karena suhu sangat dingin, tidak banyak orang
Setelah meleset sekali, Selena Bennett sedikit kecewa."Nggak apa-apa, masih banyak kesempatan.""Iya."Selena mencoba beberapa kali berturut-turut. Dia adalah wanita yang cukup kuat, jadi tingginya seharusnya tidak menjadi masalah.Setiap kali dia mencoba mengikatnya, tali itu akan tergelincir begitu menyentuh dahan, atau jatuh melewatinya.Selama lima kali mencoba, tidak satu pun yang berhasil.Dia berpikir, mungkin Tuhan merasa dia tidak bersungguh-sungguh dalam berdoa, jadi permintaannya tidak dikabulkan.Lagipula, Harvey masih memiliki lima kertas lagi. Bagi seorang pria, itu seharusnya hal yang mudah, bukan?Dia mengedikkan bahu. "Terserah kamu."Harvey melemparkan seutas tali ke atas. Dia melemparnya dengan sangat tinggi, jelas ingin menggantungkan kertas itu di tempat tertinggi.Dia mengontrol kekuatan dan sudut dengan baik. Anehnya, meskipun kertas itu menggantung, simpul talinya perlahan-lahan mengendur hingga kertas itu jatuh.Melihat ekspresi dingin di wajah Harvey, Selena
Meskipun Alex menggaruk kepala sampai berdarah, dia masih tidak bisa memahami. Bagaimana pohon yang seharusnya tidak masalah itu tiba-tiba mengganggu Harvey?Mungkinkah dia menabrak pohon saat berbelanja?Harvey bukanlah orang yang berpikiran sempit atau sangat memperhitungkan hal-hal kecil.Jangankan orang dewasa, anak kecil pun tidak akan berdebat dengan pohon.Ini benar-benar tidak sesuai dengan kepribadian Harvey.Dia pernah mendengar tentang membasmi manusia sampai ke akar-akarnya, tetapi belum pernah mendengar tentang membasmi pohon sampai ke akar-akarnya.Chandra Harahap menarik Alex ke samping dan berbisik, "Lakukan saja apa yang disuruh, kamu nggak lihat suasana hati Tuan Harvey sedang buruk? Orang lain saja menghindarinya, kamu malah menabrakkan diri ke ujung senapan.""Memang aneh. Istrinya sudah kembali, dia seharusnya senang. Kenapa dia malah repot-repot datang di tengah malam untuk mengurus pohon?""Sudah nggak usah banyak omong, lebih baik kita kerja.""Baiklah, ayo kita
Orang-orang di sekitarnya terkejut, Harvey seperti orang yang berbeda, tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan sebelumnya.Tidak ada yang bisa memahami mengapa pria itu malah bertengkar dengan sebatang pohon.Di tengah gemuruh petir, terlihat percikan api dari gergaji listrik di tangannya."Kak, lihat petir itu, aku takut itu akan mengenai Tuan Harvey, apakah dia lagi berantem sama Nyonya?Ekspresi wajah Chandra terlihat dingin, "Aku nggak tahu, tapi aku yakin pasti ada hubungannya sama Nyonya. Jujur, aku khawatir sama kondisi Tuan Harvey.""Ya, dulu Tuan Harvey selalu menutupi perasaannya sendiri, susah banget ditebak. Tapi, setelah semua ini, keadaan mentalnya jadi nggak stabil, aku takut lama-lama dia jadi kayak istrinya ...""Sekarang Nyonya masih ada di sisinya, jadi ada yang bisa nenangin dia. Aku cuma khawatir kalau tiba-tiba Nyonya pergi, Tuan Harvey bisa hilang kendali, nggak ada yang bisa menduga seberapa buruk dampaknya."Alex mengerutkan keningnya, "Tapi menurutku efek