Dengan sedikit sentakkan, Harvey menarik Selena ke dalam pelukannya.Pria yang baru saja selesai mandi itu datang ke arahnya dengan air yang masih menetes dari tubuhnya, meninggalkan aroma sabun mandi yang tercium di udara.Telapak tangan lembutnya menempel di dada Harvey, suhu tubuh pria itu membuatnya merasa sedikit terbakar.Bibir Harvey mendekat ke telinganya dan berbisik dengan lembut, "Kamu punya tahi lalat di paha bagian dalam."Aroma mint segar dari hembusan napas pria itu menggelitik kulitnya, membuat wajahnya seketika merah padam.Melihat hal itu, Harvey tiba-tiba teringat pada saat mereka baru saja mulai berkencan, ekspresinya berubah menjadi lebih lembut.Dia mengusap ujung hidungnya."Sudah, ah, jangan bercanda. Ayo kita makan dulu, habis itu aku bakal ceritain semuanya yang pengen kamu tahu."Setelah berkata begitu, Harvey menggandeng tangan Selena keluar dari kamar tidur. Saat melewati koridor, terlihat banyak foto mereka berdua terpajang di dinding.Di setiap foto, wajah
Alam bawah sadar Selena menjerit, memberitahunya untuk tidak masuk ke ruangan itu.Tangannya terasa kaku saat menyentuh gagang pintu, tetapi tiba-tiba ada sebuah tangan besar yang menutupi punggung tangannya, suara lembut pria itu terdengar di telinganya. "Jangan takut, ada aku yang nemenin kamu."Pintu terbuka.Di dalamnya tidak ada monster menakutkan yang tersegel, juga tidak ada gambar yang mengerikan.Ini adalah sebuah ruangan yang memiliki dinding berwarna merah muda, semua perabotan di dalamnya telah dipindahkan, hanya menyisakan karpet di tengah.Di dinding, masih tergantung beberapa hiasan mainan bayi yang belum sempat dilepas.Jelas terlihat bahwa ruangan ini dulunya adalah kamar bayi.Ketika Selena masuk, seketika hatinya terasa berat, matanya memerah.Dia berjalan memutari ruangan kosong itu, sebelum akhirnya berhenti di tempat yang dulunya terletak sebuah ranjang bayi.Selena perlahan-lahan berjongkok, meskipun dia tidak ingat apa-apa, tetapi naluri tubuhnya membuatnya mela
Harvey masih mengingat bagaimana pertemuan mereka pertama kali, serta seluruh memori cerita cinta mereka berdua. Sementara itu, Selena tidak dapat mengingat apa pun, tetapi hanya bisa menemukan petunjuk ingatan dari percakapan mereka."Mungkin dulu aku sangat mencintaimu, kan?"Harvey Irwin memandangnya dengan penuh kasih, "Hmm, kamu ingat sesuatu?"Selena Bennett menggeleng, "Aku hanya merasa dari pandanganmu aku terlihat begitu hebat, aku bahkan harus mengorbankan pendidikan demi keluarga. Jika bukan karena mencintaimu begitu besar, siapa yang berani mengorbankan mimpi mereka?"Wajah Harvey terlihat berpikir keras, hingga membuat selena tidak mengerti. Dia melihat salju yang berjatuhan dari jauh, sambil berusaha memeluk selena Harvey berkata, "Kalau kamu nggak sayang sama aku, kenapa kamu harus menyerah? Seli, aku akan mencintaimu dengan sangat baik, aku bersumpah akan hal itu."Selena dipeluk dengan erat sekali, begitu erat hingga dia hampir tidak bisa bernapas. Selena pun mendorong
Harvey Irwin berjalan keluar dengan cepat,dan dengan sengaja menurunkan suaranya saat menjawab telepon "Halo.""Tuan Harvey, apakah istri Anda sudah bangun? Bagaimana keadaannya?" tanya Hansen dengan tergesa-gesa.Selena tidur selama tiga hari sejak dia disuntik obat, seharusnya dia sudah bangun hari ini.Harvey menceritakan secara umum keadaan Selena, membuat Yang Hanlega lega.Baguslah kalau begitu, aku khawatir...Beberapa hari ini Hansen merasa tegang, dia teringat saat Selena demam tinggi setahun yang lalu, sel leukosit dan eritrositnya sangat rendah.Biasanya kondisi tersebut harus menjalani kemoterapi, tetapi setelah mendapatkan pemeriksaan kesehatan, kondisi tubuh Selena tidak menunjukkan masalah yang serius. Jadi, Hansen tidak banyak bicara.Obat ini benar-benar mujarab, tetapi tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, orang tua, anak-anak, serta penderita tumor.Hansen masih teringat wajah pucat Selena setahun yang lalu.Apa yang kamu takutkan?Dia merasa kalau kaka iparnya memi
Benita baru pulang saat sudah larut malam, dan hanya tinggal Selena Bennett dan Harvey Irwin yang saling menatap satu sama lain di dalam vila."Kamu udah ngantuk?"Selena langsung menggelengkan kepalanya, "Nggak, aku belum ngantuk. Aku nggak bisa tidur, aku mau nonton televisi sebentar."Dia hanya merasa canggung. Meskipun mereka adalah pasangan suami istri, tetapi pria itu masih terasa asing baginya. Harvey memintanya untuk melakukan kontak yang lebih intim, rasanya situasi ini sama canggungnya seperti kencan online, 'kan?Ketegangannya tidak luput dari pandangan Harvey, tetapi dia juga tidak terburu-buru, "Oke, aku temani."Di sana, terlihat Selena sedang menonton sinetron, sementara Harvey mengetik di keyboard laptop dengan cepat .Selena meliriknya sesekali. Pria yang ada di sebelahnya itu mengenakan kacamata dengan bingkai emas. Di atas kepalanya, cahaya lampu menyorotkan sinar kuning yang temaram, memberikan sentuhan lembut pada siluet dinginnya.Merasakan tatapan Selena, Harvey
Selena mengalihkan pandangannya dengan malu-malu. "Lobster ini kayaknya enak, aku mau coba."Namun, belum sempat dia mengambilnya, Harvey dengan cepat menyuapkan lobster yang sudah dikupas ke mulutnya."Enak, nggak?"Selena mencicipi sedikit. Sensasi pedas, segar, dan harum meledak lidahnya.Rasa yang sangat dikenalnya itu menjalar dari ujung lidar ke perutnya, nampaknya sudah lama dia tidak merasakan sensasi tersebut. Namun, karena kepedasan, dia tersengal-sengal dan berusaha meminum air lemon di sebelahnya dengan susah payah."Pedes banget, ya?" tanya Harvey dengan nada khawatir."Lumayan, tapi ini enak banget," kata Selena sambil tersenyum. Dia adalah tipe orang yang gemar makan, jadi meskipun dia sudah terlihat kepedasan sampai telinganya memerah, dia masih ingin memakannya lagi.Harvey mengupas lobster dengan cepat, tetapi tidak secepat Selena menghabiskannya."Pelan-pelan.""Wah, keahlianmu masakmu sia-sia banget kalau nggak jual lobster ini di pasar malam."Sambil terus meminum
Sikap Selena masih sama seperti saat belum berselisih dengannya, naif, ceria, dan penuh harapan setiap harinya.Bahkan saat disibukkan dengan urusan sepele, setiap kali melihat senyum wanita itu, dia bisa kembali bersemangat.Ungkapan perasaannya yang tiba-tiba itu membuat hati Selena bergejolak. Ketampanannya yang memikat dari jarak yang begitu dekat, membuat Selena sulit menahan diri!Selena dengan cepat mengalihkan pandangannya dan berkata, "Ceri ini besar banget, rasanya juga manis.""Baguslah kalau kamu suka."Harvey kelihatannya sibuk sekali. Meskipun sudah menyiapkan begitu banyak hidangan, dia sendiri tidak terlalu banyak makan. Setelah membantu Selena mengupas lobster, dia segera mengambil laptopnya dan kembali bekerja.Selena tidak bisa menahan diri untuk bertanya: "Ngomong-ngomong, aku mau tanya, apa pekerjaanmu?""Manajemen," jawab Harvey singkat."Pantas saja kamu sibuk banget."Dia tidak tahu bahwa Harvey menggunakan pekerjaannya untuk mengalihkan perhatiannya. Bagaimana
Komentar ini mengembalikan akal sehat Selena kepada kenyataan.Benar, hari ini, setelah bangun tidur, semua informasi yang dia terima membuatnya menyadari satu hal, tetang seberapa besar rasa cinta di antara mereka berdua.Semuanya terasa seperti sebuah kotak hadiah yang sempurna, terlihat indah tanpa cela dari luar.Meskipun kehilangan anaknya itu adalah sebuah kecelakaan, tetapi siapa orang yang melukai tangannya?Ketika mandi, dia menemukan banyak luka dan bekas luka di tubuhnya. Bukan luka yang fatal, tetapi lebih seperti lecet, tergores tanaman, atau memar karena terjatuh.Telapak tangannya juga penuh dengan kapalan. Meskipun begitu, postur tubuhya terlihat indah, tetapi tidak seperti tipe yang lemah dan kurus, melainkan sedikit terlihat gagah.Luka di tubuhnya itu adalah luka-luka baru. Karena dia seharusnya rutin berolahraga di pusat kebugaran untuk waktu yang lama, mungkin itulah sebabnya mengapa tubuhnya terbentuk seperti itu.Ini semua sangat tidak sesuai dengan pernyataan ba