Selena tak terlihat senang sedikit pun. Dia justru menatap Harvey dengan sorot mata dingin. "Walaupun aku nggak mau mengakui, mereka memang anakmu."Ekspresi Harvey langsung berubah senang dalam sekejap. Dia bahagia sekaligus terkesiap.Selena menambahkan dengan nada datar, "Tapi, kamu hampir membunuh mereka tadi. Aku nggak akan membiarkan orang sepertimu menjadi ayah mereka.""Seli, maafkan aku."Saat ini, hanya kata maaf yang bisa Harvey lontarkan."Nggak semua permintaan maaf bisa diterima, Harvey. Lihat wajahku. Tamparan ini bukan dari orang lain, tapi darimu."Selena bersandar di kursi, mengistirahatkan seluruh tubuhnya yang lemas dan lelah.Semenjak hamil, beban tubuhnya makin bertambah. Masalah tadi sudah menguras banyak tenaganya, jadi dia sungguh lelah saat ini.Melihat ekspresi Harvey yang terlihat tak percaya, dia pun malas menjelaskan panjang lebar.Harvey membuka mulut, hendak mengatakan sesuatu. Namun, dia mengurungkannya kala melihat wajah lelah Selena. Kemudian, dia mem
Harvey sudah pergi, sementara Selena menjadi sangat murung.Lian menyadari binar mata Selena yang meredup. Wanita itu duduk diam di depan jendela. Meskipun semburat merah dan bengkak di wajahnya sudah memudar, wajahnya begitu pucat seperti tidak dialiri darah sama sekali.Selena menatap hujan di luar dengan pandangan kosong."Selena, kamu pasti lapar, 'kan? Koki sudah memasakkan sesuatu. Tadi kamu mau makan mi saus kacang goreng, ya? Coba cicipi, apa rasanya sudah sesuai dengan seleramu?""Taruh saja, aku nggak lapar.""Kamu harus makan sedikit walau nggak lapar, demi anak-anak."Hanya anak-anak yang bisa mengendalikan Selena. Melihat jarinya yang sedikit bergerak, Lian dengan sigap menyerahkan alat makan ke tangan Selena."Makanlah selagi panas. Aku sudah cicipi tadi, rasanya lumayan enak."Lian menjulurkan lidahnya, lalu berkata sungkan, "Maaf, ini permintaan Tuan Harvey. Mulai sekarang, apa pun yang akan kamu makan harus diperiksa dulu. Harus ada yang mencicipinya."Awalnya, Lian in
Meskipun berhasil mempertahankan sang anak, Harvey tetap merenggut satu-satunya cahaya dalam hidup Selena.Kini, Harvey mengetahui bayi dalam kandungan Selena adalah anaknya. Mulai sekarang, pria itu tak akan melepaskannya begitu saja.Hanya saja, Selena sudah muak dengan permainan ini.Selena merasa seperti terperangkap dalam jaring raksasa, tak bisa melarikan diri meski sudah berusaha sekuat tenaga.Dia tidak tahu caranya membalas dendam, pun tak bisa melihat harapan apa-apa.Dia tidak bisa berbuat banyak saat sedang hamil seperti sekarang. Dia hanya bisa mengelus perutnya berulang kali seraya berdoa dalam hati agar Tuhan mengizinkannya untuk melahirkan dengan selamat.Arya menyadari kesedihannya. Kondisi kaki Arya sudah jauh lebih baik, jadi dia dapat berjalan di sekitar rumah tanpa perlu dibantu.Ini sudah masuk musim kemarau, cuaca pun makin terasa panas. Selena tertidur di kursi malas yang ada di bawah naungan pohon.Ketika terbangun, dia menemukan selimut tipis yang sudah membal
Ekspresi bingung Arya langsung berubah kaget. Namun, dia lekas menunjukkan ekspresi bahagia."B-benarkah?"Arya langsung lega. Awalnya, dia pikir masalah Selena dan Harvey sudah di tahap puncak dan tidak bisa diselesaikan lagi. Namun, tampaknya dia berpikir terlalu jauh. Sekarang, mereka punya anak, tentu ini adalah hal baik."Apa aku bisa membohongimu? Usianya sudah sebulan lebih, mereka kembar."Arya terlonjak senang. "Wah, bagus sekali."Sebelumnya, Selena pernah keguguran saat dirawat di rumah sakit pasca kecelakaan. Meski selalu berusaha tersenyum setiap kali menemuinya, tubuh Selena makin kurus sejak kejadian itu. Bagaimana mungkin Arya tidak peduli?Kini, Arya bisa lega setelah tahu mereka akan punya anak sebagai pengikat hubungan."Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di antara kamu dan Harvey? Kenapa dia nggak menemuimu setelah kalian punya anak?"Selena kembali menahan diri, tetap saja tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.Bagaimanapun juga, keluarga Bennett sudah bangkrut dan
Arya menggoyang-goyangkan gelasnya sembari menatap langit. "Coba kutanya padamu, apa yang akan kudapatkan kalau aku nggak membiarkannya pergi?"Selena terdiam seribu bahasa, sementara Arya melanjutkan perkataannya, "Selama ini yang kudapatkan cuma kebencian dan sikap nggak peduli. Memang dia nggak marah-marah sama aku, tapi dia setiap hari membenciku, membenci dunia ini yang katanya tuh nggak adil sama dia. Nggak ada semangat di matanya, senyumnya juga hilang. Yah, aku memang bisa mendapatkan fisiknya, tapi aku nggak akan bisa mendapatkan hatinya. Kalau semua ini kupertahankan, aku cuma dapat keluarga yang pura-pura bahagia aja, padahal aslinya sudah hancur dari awal. Kamu sendiri juga bakal tumbuh dewasa dengan perasaan was-was.""Aku nggak akan pernah lupa gimana usaha kerasmu untuk bikin dia senang, padahal kamu masih kecil. Waktu teman-teman seumuranmu masih sibuk sama perkara sepele seperti makan dan minum, kamu sudah berusaha sekuat tenaga buat nyenengin hatinya. Tapi, semua usah
Dari masalah tentang Kezia hingga ke Lanny, Selena awalnya mengira bahwa dia sudah memahami seluruh situasinya. Namun, setelah mendengar cerita Arya, sepertinya pemikirannya salah.Arya sama sekali tidak mengetahui tentang perselisihan yang terjadi di balik semua ini. Pemikirannya masih terjebak pada situasi beberapa tahun yang lalu."Nak, kamu benar-benar nggak percaya sama ayahmu ini, ya? Bahkan, kalau aku ingin punya anak, aku pasti memberikannya status yang jelas. Lagian, aku cuma akan punya anak kalau sudah mendapatkan persetujuanmu, pastinya dalam kondisi yang stabil dan matang di semua aspek. Mana mungkin aku melakukan sesuatu yang nggak bertanggung jawab seperti itu?"Jika bukan karena Arya yang mengatakannya sendiri, Selena mungkin akan salah paham seumur hidupnya.Dia bahkan mengira jika janin di dalam perut Kezia adalah darah daging keluarga Bennett."Bukannya dia sangat menyukai Ayah? Kok, dia bisa hamil anak orang lain?"Arya kembali menghela napas. "Ya, ini contoh nyata d
Arya melanjutkan kata-katanya. "Nak, dari dulu aku selalu melindungimu dengan baik. Kamu nggak tahu kejamnya masyarakat. Banyak orang yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan kekuasaan, uang, dan status.""Sekarang aku paham.""Dia menghabiskan banyak waktu untuk bersamaku. Aku adalah kandidat terbaiknya. Pertama, aku nggak punya kebiasaan buruk. Kedua, aku setia dan jujur. Setelah nikah sama aku, dia nggak perlu khawatir ada wanita lain akan merebut posisinya. Terus, yang paling penting, aku jauh lebih tua darinya, jadi dia bakal dapat banyak uang kalau nanti aku meninggal. Setelah mendengar jawaban yang jelas dariku, dia baru menyerah untuk mendekati orang lain. Nak, tahu nggak siapa yang dia incar malam itu?"Selena tiba-tiba merasakan dingin di punggungnya. "Siapa?""Harvey."Selena benar-benar terkejut. "Hah, kenapa dia?""Gadis itu memang sombong. Mungkin dia merasa nggak puas karena gagal mendekatiku. Waktu itu, pernikahanmu dengan Harvey, 'kan, belum diumumkan ke publik, j
Melihat Selena tenggelam dalam pikirannya sendiri, Arya baru menyadari bahwa dia sudah menyimpang terlalu jauh dari topik yang sebelumnya mereka bicarakan."Ha ... padahal awalnya aku mau bicara tentang kamu dan Harvey, tapi kenapa aku malah cerita soal diriku sendiri? Selena, kamu nggak usah khawatir, Harvey itu pria yang baik, dia nggak akan selingkuh. Sebelum kamu menikah dengannya, aku sudah menyelidiki banyak hal tentangnya. Sikapnya sangat baik kepada pasangannya."Sayangnya, Selena tidak tertarik untuk membahas Harvey."Ayah, seberapa banyak yang Ayah tahu soal Kezia?"Sebenarnya Arya sudah tidak ingin lagi membicarakan masalah ini. Namun, melihat Selena tampak begitu menaruh perhatian, Arya pun memutuskan untuk menjawabnya, "Awalnya, kupikir dia gadis yang cerdas dan baik. Tapi, setelah melihat kelakuannya, aku baru sadar kalau ternyata aku nggak terlalu mengenalnya. Kenapa? Kamu kenal sama dia?"Barulah pada saat itu, akal sehat Selena kembali. "Nggak apa-apa, aku cuma pengen