Arya menggoyang-goyangkan gelasnya sembari menatap langit. "Coba kutanya padamu, apa yang akan kudapatkan kalau aku nggak membiarkannya pergi?"Selena terdiam seribu bahasa, sementara Arya melanjutkan perkataannya, "Selama ini yang kudapatkan cuma kebencian dan sikap nggak peduli. Memang dia nggak marah-marah sama aku, tapi dia setiap hari membenciku, membenci dunia ini yang katanya tuh nggak adil sama dia. Nggak ada semangat di matanya, senyumnya juga hilang. Yah, aku memang bisa mendapatkan fisiknya, tapi aku nggak akan bisa mendapatkan hatinya. Kalau semua ini kupertahankan, aku cuma dapat keluarga yang pura-pura bahagia aja, padahal aslinya sudah hancur dari awal. Kamu sendiri juga bakal tumbuh dewasa dengan perasaan was-was.""Aku nggak akan pernah lupa gimana usaha kerasmu untuk bikin dia senang, padahal kamu masih kecil. Waktu teman-teman seumuranmu masih sibuk sama perkara sepele seperti makan dan minum, kamu sudah berusaha sekuat tenaga buat nyenengin hatinya. Tapi, semua usah
Dari masalah tentang Kezia hingga ke Lanny, Selena awalnya mengira bahwa dia sudah memahami seluruh situasinya. Namun, setelah mendengar cerita Arya, sepertinya pemikirannya salah.Arya sama sekali tidak mengetahui tentang perselisihan yang terjadi di balik semua ini. Pemikirannya masih terjebak pada situasi beberapa tahun yang lalu."Nak, kamu benar-benar nggak percaya sama ayahmu ini, ya? Bahkan, kalau aku ingin punya anak, aku pasti memberikannya status yang jelas. Lagian, aku cuma akan punya anak kalau sudah mendapatkan persetujuanmu, pastinya dalam kondisi yang stabil dan matang di semua aspek. Mana mungkin aku melakukan sesuatu yang nggak bertanggung jawab seperti itu?"Jika bukan karena Arya yang mengatakannya sendiri, Selena mungkin akan salah paham seumur hidupnya.Dia bahkan mengira jika janin di dalam perut Kezia adalah darah daging keluarga Bennett."Bukannya dia sangat menyukai Ayah? Kok, dia bisa hamil anak orang lain?"Arya kembali menghela napas. "Ya, ini contoh nyata d
Arya melanjutkan kata-katanya. "Nak, dari dulu aku selalu melindungimu dengan baik. Kamu nggak tahu kejamnya masyarakat. Banyak orang yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan kekuasaan, uang, dan status.""Sekarang aku paham.""Dia menghabiskan banyak waktu untuk bersamaku. Aku adalah kandidat terbaiknya. Pertama, aku nggak punya kebiasaan buruk. Kedua, aku setia dan jujur. Setelah nikah sama aku, dia nggak perlu khawatir ada wanita lain akan merebut posisinya. Terus, yang paling penting, aku jauh lebih tua darinya, jadi dia bakal dapat banyak uang kalau nanti aku meninggal. Setelah mendengar jawaban yang jelas dariku, dia baru menyerah untuk mendekati orang lain. Nak, tahu nggak siapa yang dia incar malam itu?"Selena tiba-tiba merasakan dingin di punggungnya. "Siapa?""Harvey."Selena benar-benar terkejut. "Hah, kenapa dia?""Gadis itu memang sombong. Mungkin dia merasa nggak puas karena gagal mendekatiku. Waktu itu, pernikahanmu dengan Harvey, 'kan, belum diumumkan ke publik, j
Melihat Selena tenggelam dalam pikirannya sendiri, Arya baru menyadari bahwa dia sudah menyimpang terlalu jauh dari topik yang sebelumnya mereka bicarakan."Ha ... padahal awalnya aku mau bicara tentang kamu dan Harvey, tapi kenapa aku malah cerita soal diriku sendiri? Selena, kamu nggak usah khawatir, Harvey itu pria yang baik, dia nggak akan selingkuh. Sebelum kamu menikah dengannya, aku sudah menyelidiki banyak hal tentangnya. Sikapnya sangat baik kepada pasangannya."Sayangnya, Selena tidak tertarik untuk membahas Harvey."Ayah, seberapa banyak yang Ayah tahu soal Kezia?"Sebenarnya Arya sudah tidak ingin lagi membicarakan masalah ini. Namun, melihat Selena tampak begitu menaruh perhatian, Arya pun memutuskan untuk menjawabnya, "Awalnya, kupikir dia gadis yang cerdas dan baik. Tapi, setelah melihat kelakuannya, aku baru sadar kalau ternyata aku nggak terlalu mengenalnya. Kenapa? Kamu kenal sama dia?"Barulah pada saat itu, akal sehat Selena kembali. "Nggak apa-apa, aku cuma pengen
Melihat wajah Selena yang tampak khawatir, Arya pun meletakkan pisau di tangannya. "Kenapa, Nak? Ada masalah? Coba ceritakan padaku, jangan dipendam sendiri.""Oh nggak, kok, aku cuma sedang memikirkan nanti kita akan tinggal setelah anak ini lahir."Sebenarnya, Selena sudah tidak ingin terlibat lagi dengan Harvey. Namun, bagaimana bisa dia melarikan diri dengan membawa anaknya? Ke mana dia harus pergi?Arya menghela napasnya pelan, "Dengar-dengar, Harvey sudah membeli rumah keluarga Bennett. Mungkin, kita bisa kembali ke sana?""Ah, oke, aku akan memikirkannya lagi. Nggak usah buru-buru, kita masih punya banyak waktu."Selena menjawab ucapan Arya sembari mengambil pisau. "Bisa nggak Ayah mengajariku? Aku juga mau meninggalkan kenangan untuk bayiku.""Tentu saja, aku akan mengajarimu."Melihat adegan yang harmonis itu dari kejauhan, Lian pun memotret dan mengirimkannya kepada Harvey.Pada saat itu, Harvey sedang sibuk memilih gaun di toko baju pengantin. Dia terpesona saat melihat foto
Melihat Harvey yang tiba-tiba berhenti melangkah, pramuniaga di toko itu buru-buru membuka mulutnya dan bertanya, "Tuan Harvey, apakah Anda tertarik pada gaun pernikahan ini? Mungkin ukurannya nggak terlalu cocok dengan Nona Agatha, tapi Anda bisa meminta Nona untuk mencobanya. Masih ada waktu sebelum pernikahan, kami bisa langsung menyesuaikan ukurannya."Harvey menatap gaun itu lekat-lekat sebelum memutuskan pergi dari sana. Dia bukan hanya sekadar berutang pernikahan kepada Selena, tetapi juga gaun pengantin.Utang pada wanita itu terlalu banyak, mungkin dia tidak akan bisa melunasinya seumur hidup.Setelah dia mengenakan baju yang dipilihkan oleh Agatha, seorang pramuniaga berjongkok di sebelah kakinya dan mulai merapikan lipatan celananya. Pramuniaga itu tak henti-hentinya memberikan pujian."Wah, Tuan Harvey benar-benar tampan dan berkelas, sangat cocok jadi model! Pernikahan Anda dengan Nona Agatha pasti akan menjadi sorotan dunia."Harvey sudah sering mengenakan setelan formal,
Ketika berada di toko perlengkapan ibu dan bayi, barulah Harvey bisa memahami perasaan Selena saat itu. Harvest adalah anak pertamanya, seharusnya dia jauh lebih peduli dibandingkan dengan siapa pun. Namun, masalah Lanny pada saat itu menjadi jurang pemisah yang besar di antara mereka berdua.Setelah melihat setiap pakaian kecil yang berwarna seperti awan tersebut, dia baru menyadari mengapa Selena bisa begitu banyak bicara saat itu, dan mengapa matanya bisa terlihat sangat berbinar.Segala sesuatu tentang bayi mampu meluluhkan seseorang. Meskipun terlihat kecil dan lembut, tetapi mampu menghapus semua kekakuan di dalam hati."Wah, Tuan Harvey, coba lihat kuda kecil ini, lucu banget! Mainan pistol ini juga, psiu psiu, sangat menggemaskan!""Baju ini kecil banget, emang bayi tubuhnya sekecil ini, ya? Kayak anak kucing saja.""Wah, ada dot juga!"Alex jauh lebih sibuk dibandingkan dengan dirinya. Bagaimanapun, untuk pria kasar seperti mereka, pergi ke toko perlengkapan ibu dan bayi sama
Selena menjalani kehidupan yang sederhana dan tenang di rumah kecil itu. Saat ini, dia sedang duduk di sana sembari membuat ukiran kayu. Sementara Lian, entah apa yang dilakukannya, wajahnya terlihat sangat kesal. Dia mematikan ponselnya dan menggerutu beberapa kali."Kamu ini kenapa sih?" ujar Selena sambil meliriknya sekilas.Lian buru-buru mengangkat kepalanya. "Ah, nggak apa-apa, kok. Oh iya, mendingan kamu nggak usah lihat ponselmu beberapa hari ini, isinya cuma berita-berita nggak jelas."Selena tertawa kecil. "Berita yang kamu maksud itu soal pernikahan Harvey, 'kan?""Kamu sudah tahu?""Iya, berita itu ramai banget internet, mana mungkin aku nggak tahu?"Lian memperhatikan ekspresi Selena dengan saksama. "Jadi, kamu nggak marah? Bulan lalu, waktu Tuan Harvey menunda pernikahannya, kupikir dia melakukannya demi kamu.""Marah? Kenapa aku harus marah? Kalau marah, tandanya aku masih mencintai pria itu. Memang, sih, cinta bisa bikin orang kehilangan akal sehat dan jadi gila, tapi b