Selena menjalani kehidupan yang sederhana dan tenang di rumah kecil itu. Saat ini, dia sedang duduk di sana sembari membuat ukiran kayu. Sementara Lian, entah apa yang dilakukannya, wajahnya terlihat sangat kesal. Dia mematikan ponselnya dan menggerutu beberapa kali."Kamu ini kenapa sih?" ujar Selena sambil meliriknya sekilas.Lian buru-buru mengangkat kepalanya. "Ah, nggak apa-apa, kok. Oh iya, mendingan kamu nggak usah lihat ponselmu beberapa hari ini, isinya cuma berita-berita nggak jelas."Selena tertawa kecil. "Berita yang kamu maksud itu soal pernikahan Harvey, 'kan?""Kamu sudah tahu?""Iya, berita itu ramai banget internet, mana mungkin aku nggak tahu?"Lian memperhatikan ekspresi Selena dengan saksama. "Jadi, kamu nggak marah? Bulan lalu, waktu Tuan Harvey menunda pernikahannya, kupikir dia melakukannya demi kamu.""Marah? Kenapa aku harus marah? Kalau marah, tandanya aku masih mencintai pria itu. Memang, sih, cinta bisa bikin orang kehilangan akal sehat dan jadi gila, tapi b
Selena berdiri di luar pintu dengan canggung, berbagai macam emosi bercampur aduk di dalam hatinya.Meskipun kediaman Bennett sudah ditebus kembali, tetapi ada campur tangan Harvey dan Agatha di dalam prosesnya. Hal itu membuat Selena merasa kurang nyaman, makanya dia belum pernah kembali lagi sejak saat itu.Di halaman depan, bunga krisan berwarna-warni sedang bermekaran dengan indahnya tanpa ada yang merawat. Beberapa tanaman mawar merambat keluar dari tembok, menjalar di sepanjang dinding tua.Angin berembus, membuat bunga-bunga yang cantik itu berputar-putar di udara. Meskipun pemandangan ini sangat indah, Selena masih merasa ragu untuk melangkah maju."Silakan masuk, Nyonya, Tuan sudah menunggu Anda," desak Alex.Sepertinya memang benar kata pepatah, berada dekat dengan kampung halaman justru membuat seseorang cenderung merasa canggung.Sebelum dia sempat membuka pintu rumah, tiba-tiba terdengar suara pintu belakang terbuka dan ada seekor kucing putih berlari ke arahnya."Meong."
Harvey menggenggam Selena erat di dalam pelukannya, dan baru pada saat itulah Selena menyadari bahwa selain Harvey, ada beberapa pria lain di belakangnya dengan paras yang tinggi dan tampan.Ada Johan yang berwibawa, Yosef yang berpenampilan sopan, dan ada juga seorang pria dengan topeng yang menutupi setengah wajahnya. Aura pria bertopeng itu sangat dingin, mungkin dia adalah orang yang dipanggil Harvey dengan sebutan Walcott.Hansen, dan juga fotografer Simon, mereka semua tersenyum dengan raman.Semua kata-kata yang ingin diucapkan oleh Selena tiba-tiba terhenti di tenggorokannya. Meskipun tidak suka dengan Harvey, dia tidak ingin membuat keributan di depan banyak orang. Itu hanya akan membuat situasi di antara dirinya dengan Harvey semakin tidak nyaman.Di antara kerumunan, keluarlah Olga yang mengenakan gaun putih. Ekspresinya terlihat rumit, jelas dia baru saja menyadari apa yang sedang terjadi, sama seperti Selena.Selena memilih untuk merendahkan suaranya, "Apa maumu?"Harvey d
Tanpa sadar, Selena langsung masuk ke dalam sebuah ruangan begitu saja. Dia ingat betul bahwa ruangan ini biasanya digunakan oleh keluarga Bennett untuk menjamu tamu mereka.Sekarang, ruangan itu telah diubah menjadi satu ruangan besar, di mana separuh dindingnya berwarna merah muda dan separuh lainnya berwarna biru langit. Kedua warna itu memiliki nuansa yang sangat lembut.Lantainya dilapisi dengan karpet yang lembut, sementara langit-langitnya dihiasi dengan lukisan awan.Lalu, ketika pintu ditutup, lampu di dalam ruangan tiba-tiba padam.Ketika mendongakkan kepala, terlihat banyak bintang-bintang yang bercahaya dan berkilauan dengan lembut. Bahkan, terkadang ada beberapa bintang jatuh yang melintas.Beberapa lampu dalam ruangan kemudian menyala, disertai dengan nada-nada indah dari sebuah kotak musik yang samar-samar mengalun di telinganya.Berbagai mainan, seperti ayunan bayi, kuda kayu, dan mainan-mainan lainnya terpajang di ruangan itu.Ada juga beragam pakaian bayi yang tersusu
Harvey juga meredakan emosinya, "Adikku bukan pelakunya?"Kalau memang itu yang terjadi, akankah penghalang antara dirinya dan Selena akan sedikit berkurang?"Aku nggak bilang kayak gitu, ya. Beberapa hari yang lalu, aku coba tanya kepada ayahku dengan hati-hati. Ternyata, Kezia itu nggak sesederhana yang kita bayangkan."Selena dengan sabar menjelaskan detail kronologi kejadiannya. Mendengar cerita itu, Harvey mengernyitkan keningnya, mencoba mengingat kembali hal-hal yang mencurigakan pada malam itu.Waktu itu, dia sebenarnya berencana untuk bertemu dengan Johan dan teman-temannya, tetapi Johan memiliki urusan mendadak yang membuatnya tidak bisa datang. Sebagai gantinya, dia bertemu dengan beberapa anak dari lingkaran sosial kaya di tempat itu.Namun, dia tidak menyukai suasana di sana, jadi dia mencari-cari alasan untuk pergi. Ketika meninggalkan tempat itu, dia merasa tubuhnya panas. Barulah saat itu dia menyadari bahwa dia sudah diberi obat.Setelah kejadian itu, dia memerintahkan
Melihat ada keteguhan di mata Selena, Harvey pun tidak menolak permintaannya."Ini masih jauh, kamu istirahat dulu saja."Selena menatapnya dengan wajah cemberut, "Nggak usah, aku nggak ngantuk."Sepuluh menit kemudian, dia tertidur dengan kepala yang terantuk-antuk membentur jendela mobil.Harvey menggelengkan kepalanya dengan lembut, dia bukanlah monster menakutkan, mengapa Selena harus menempel ke jendela seperti itu?Dengan lembut, dia menarik Selena ke dalam pelukannya. Merasakan adanya pergerakan, Selena tiba-tiba membuka matanya mencoba untuk berontak dan melepaskan dirinya. Namun, karena tidak bisa melawan rasa kantuknya, dia kembali tertidur dalam dekapan Harvey.Selama perjalanan berlangsung, Selena tertidur sangat lelap.Kekacauan yang terjadi selama dua sampai tiga tahun terakhir membuat Harvey tidak bisa menghabiskan waktu bersama Selena seperti sedia kala. Oleh karena itu, dia memanfaatkan momen ini untuk melepas kerinduan sembari menjaga wanita yang ada di dekapannya itu
Apa yang terjadi di dalam hutan?Jelas bahwa Lanny tidak bertindak secara spontan, pasti ada orang di luar sana yang membantunya.Meskipun Selena merasa sangat gelisah, dia tidak berani bertindak gegabah. Saat ini, dia sedang hamil, tetap berada di tempat itu adalah pilihan yang paling aman baginya.Jangan-jangan, Harvey terluka?Ketika sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba terdengar suara tembakan yang cukup keras. Sebuah peluru melesat tepat di samping pipinya dan menembus lemari pakaian di belakangnya.Selena membulatkan matanya, tubuhnya seketika membeku di tempat. Kalau tadinya peluru itu berhasil menembus tubuhnya, tamat sudah riwayatnya.Pada saat itu, dia melihat ada seorang pria di lereng bukit yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Karena tidak menggunakan senapan penembak jitu, pria itu menembaknya dari jarak dekat, membuat Selena bisa melihat dengan jelas siluetnya.Orang itu memiliki perawakan yang tegap dan ramping, wajahnya tertutup topeng. Tatapan mereka berdua bertemu.
Mungkinkah George adalah anggota prajurit bayaran?Lalu, bagaimana nasib senjata yang dia sembunyikan di pulau itu?Chandra langsung menceritakan kejadian yang menimpa Selena. Harvey pun segera mendekati Selena dengan langkah yang lebar, "Kamu terluka, nggak?"Selena menggeleng, "Nggak, kok, aku langsung sembunyi waktu denger suara tembakan. Kayaknya, mereka cuma mau mengawal kepergian Lanny, jadi mereka nggak tertarik untuk mengejarku.""Tempat ini nggak aman. Chandra, cepat antar Seli pergi sekarang juga!" titah Harvey.Mungkin saja orang-orang itu telah mengubur sesuatu di kebun vila. Kalau sampai meledak, mereka tidak akan punya waktu untuk melarikan diri."Semua sudah siap, Nyonya. Mari kita pergi."Selena merasa ragu. "Aku ...""Aku tahu kamu mau bilang apa. Seli, nanti aku akan bicara sama kamu kalau sudah luang. Yang jelas, mereka bukan orang biasa. Kalau mereka benar-benar ngincar kamu, situasinya bakal jadi rumit.""Tapi nggak usah khawatir, sekarang kamu masih aman. Mereka c