Tanpa sadar, Selena langsung masuk ke dalam sebuah ruangan begitu saja. Dia ingat betul bahwa ruangan ini biasanya digunakan oleh keluarga Bennett untuk menjamu tamu mereka.Sekarang, ruangan itu telah diubah menjadi satu ruangan besar, di mana separuh dindingnya berwarna merah muda dan separuh lainnya berwarna biru langit. Kedua warna itu memiliki nuansa yang sangat lembut.Lantainya dilapisi dengan karpet yang lembut, sementara langit-langitnya dihiasi dengan lukisan awan.Lalu, ketika pintu ditutup, lampu di dalam ruangan tiba-tiba padam.Ketika mendongakkan kepala, terlihat banyak bintang-bintang yang bercahaya dan berkilauan dengan lembut. Bahkan, terkadang ada beberapa bintang jatuh yang melintas.Beberapa lampu dalam ruangan kemudian menyala, disertai dengan nada-nada indah dari sebuah kotak musik yang samar-samar mengalun di telinganya.Berbagai mainan, seperti ayunan bayi, kuda kayu, dan mainan-mainan lainnya terpajang di ruangan itu.Ada juga beragam pakaian bayi yang tersusu
Harvey juga meredakan emosinya, "Adikku bukan pelakunya?"Kalau memang itu yang terjadi, akankah penghalang antara dirinya dan Selena akan sedikit berkurang?"Aku nggak bilang kayak gitu, ya. Beberapa hari yang lalu, aku coba tanya kepada ayahku dengan hati-hati. Ternyata, Kezia itu nggak sesederhana yang kita bayangkan."Selena dengan sabar menjelaskan detail kronologi kejadiannya. Mendengar cerita itu, Harvey mengernyitkan keningnya, mencoba mengingat kembali hal-hal yang mencurigakan pada malam itu.Waktu itu, dia sebenarnya berencana untuk bertemu dengan Johan dan teman-temannya, tetapi Johan memiliki urusan mendadak yang membuatnya tidak bisa datang. Sebagai gantinya, dia bertemu dengan beberapa anak dari lingkaran sosial kaya di tempat itu.Namun, dia tidak menyukai suasana di sana, jadi dia mencari-cari alasan untuk pergi. Ketika meninggalkan tempat itu, dia merasa tubuhnya panas. Barulah saat itu dia menyadari bahwa dia sudah diberi obat.Setelah kejadian itu, dia memerintahkan
Melihat ada keteguhan di mata Selena, Harvey pun tidak menolak permintaannya."Ini masih jauh, kamu istirahat dulu saja."Selena menatapnya dengan wajah cemberut, "Nggak usah, aku nggak ngantuk."Sepuluh menit kemudian, dia tertidur dengan kepala yang terantuk-antuk membentur jendela mobil.Harvey menggelengkan kepalanya dengan lembut, dia bukanlah monster menakutkan, mengapa Selena harus menempel ke jendela seperti itu?Dengan lembut, dia menarik Selena ke dalam pelukannya. Merasakan adanya pergerakan, Selena tiba-tiba membuka matanya mencoba untuk berontak dan melepaskan dirinya. Namun, karena tidak bisa melawan rasa kantuknya, dia kembali tertidur dalam dekapan Harvey.Selama perjalanan berlangsung, Selena tertidur sangat lelap.Kekacauan yang terjadi selama dua sampai tiga tahun terakhir membuat Harvey tidak bisa menghabiskan waktu bersama Selena seperti sedia kala. Oleh karena itu, dia memanfaatkan momen ini untuk melepas kerinduan sembari menjaga wanita yang ada di dekapannya itu
Apa yang terjadi di dalam hutan?Jelas bahwa Lanny tidak bertindak secara spontan, pasti ada orang di luar sana yang membantunya.Meskipun Selena merasa sangat gelisah, dia tidak berani bertindak gegabah. Saat ini, dia sedang hamil, tetap berada di tempat itu adalah pilihan yang paling aman baginya.Jangan-jangan, Harvey terluka?Ketika sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba terdengar suara tembakan yang cukup keras. Sebuah peluru melesat tepat di samping pipinya dan menembus lemari pakaian di belakangnya.Selena membulatkan matanya, tubuhnya seketika membeku di tempat. Kalau tadinya peluru itu berhasil menembus tubuhnya, tamat sudah riwayatnya.Pada saat itu, dia melihat ada seorang pria di lereng bukit yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Karena tidak menggunakan senapan penembak jitu, pria itu menembaknya dari jarak dekat, membuat Selena bisa melihat dengan jelas siluetnya.Orang itu memiliki perawakan yang tegap dan ramping, wajahnya tertutup topeng. Tatapan mereka berdua bertemu.
Mungkinkah George adalah anggota prajurit bayaran?Lalu, bagaimana nasib senjata yang dia sembunyikan di pulau itu?Chandra langsung menceritakan kejadian yang menimpa Selena. Harvey pun segera mendekati Selena dengan langkah yang lebar, "Kamu terluka, nggak?"Selena menggeleng, "Nggak, kok, aku langsung sembunyi waktu denger suara tembakan. Kayaknya, mereka cuma mau mengawal kepergian Lanny, jadi mereka nggak tertarik untuk mengejarku.""Tempat ini nggak aman. Chandra, cepat antar Seli pergi sekarang juga!" titah Harvey.Mungkin saja orang-orang itu telah mengubur sesuatu di kebun vila. Kalau sampai meledak, mereka tidak akan punya waktu untuk melarikan diri."Semua sudah siap, Nyonya. Mari kita pergi."Selena merasa ragu. "Aku ...""Aku tahu kamu mau bilang apa. Seli, nanti aku akan bicara sama kamu kalau sudah luang. Yang jelas, mereka bukan orang biasa. Kalau mereka benar-benar ngincar kamu, situasinya bakal jadi rumit.""Tapi nggak usah khawatir, sekarang kamu masih aman. Mereka c
Untuk alasan keamanan, Selena pulang ke kota dengan helikopter.Baru saja tiba di rumah, Arya langsung menyambutnya dengan antusias, ingin tahu apakah hubungannya dengan Harvey sudah membaik."Gimana kamu sama Harvey hari ini?" tanya Arya dengan penuh perhatian.Selena hanya bisa tersenyum tipis, terpaksa menjawab dengan kebohongan, "Baik-baik saja, Ayah. Aku, 'kan, sudah bilang kalau Ayah nggak usah terlalu khawatir, kami berdua bahkan menghabiskan sepanjang hari bersama""Baguslah, aku khawatir kamu berantem sama Harvey. Anak-anak itu punya ikatan batin yang kuat sama orang tua, jadi keharmonisan keluarga itu penting banget buat tumbuh kembang mereka."Arya tersenyum lebar sambil membawa Selena untuk melihat karyanya yang terbaru, sebuah tempat tidur kayu yang cantik."Lihat deh, butuh beberapa hari buat bikin tempat tidur ini, akhirnya selesai juga."Keempat sudut dari tempat tidur itu dihiasi dengan ukiran hewan kecil yang lucu. Ukiran itu sudah dipoles dan diasah, jadi tidak perlu
Memang benar, Agatha masih belum tidur. Dia tidaklah gembira, tetapi justru merasa kesal.Baru-baru ini, orangnya menemukan mobil Harvey pergi ke sebuah vila yang bukan milik keluarga Irwin. Di luarnya terdapat banyak pengawal, , jadi bisa dipastikan bahwa orang yang tinggal di sana adalah Selena..Bisa-bisanya pada malam sebelum pernikahan besar, dia malah pergi ke rumah mantan istrinya!Benar-benar keterlaluan!Oke, Selena, kalau kamu nggak berperasaan kayak gini, jangan harap aku bisa berbuat adil! Batin Agatha.Berbagai macam perasaan bercampur aduk di dalam hatinya. Dia senang karena Harvey malam ini tidak pergi. Namun, di sisi lain, dia juga merasa sedih. Meskipun Selena tidak menyukai Harvey, pria itu pasti akan tetap bersikeras duduk di samping tempat tidurnya sepanjang malam.Cahaya bulan menerangi tubuhnya dengan gemerlap. Di bawah samar-samar sinar bulan, Selena melihat bahwa tangannya telah dibalut, namun dia memilih untuk tidak membicarakannya.Karena tidak tahan dengan ra
Arya menahan rasa takut di wajahnya, sementara pikirannya berputar dengan cepat mencari solusi."Barusan aku cuma motong beberapa ranting bunga dan membuangnya ke tempat sampah."Dia menjawab pertanyaan itu sembari membuang beberapa batang bunga ke dalam tempat sampah, menutupi undangan yang sudah dirobek."Tuan Arya, biarkan kami yang melakukan pekerjaan kasar seperti itu.""Nggak apa-apa, aku juga harus sering-sering menggerakan badanku biar cepat pulih. Oh iya, Selena sudah bangun?""Belum, akhir-akhir ini Nona lagi suka tidur, kadang-kadang Nona baru bangun jam 11."Arya tampak berpikir sejenak, "Oke, biarkan dia tidur lebih lama. Oh iya, aku baru ingat kalau hari ini teman lamaku ada yang berulang tahun. Boleh nggak aku pinjam ponselmu sebentar untuk menelepon?"Tanpa ragu, Lian langsung memberikan ponselnya tanpa merasa curiga sedikit pun."Ini, Tuan Arya."Arya menghubungi sebuah nomor dan berjalan ke samping. Melihat bahwa dia mencoba untuk menjaga privasi, Lian pun juga memutu