Olga tersedu sambil menatap Selena dengan bingung. "Kabar baik."Selena secara perlahan mengusap perut. Dia menunduk dengan ekspresi penuh kebahagiaan."Aku hamil.""Ah?"Olga hampir tersedak ludahnya. "Kabar buruknya?""Ayahnya adalah Harvey."Perlu waktu lama bagi Olga untuk mencerna kabar ini. Mulutnya melongo, tetapi tidak bisa berkata-kata.Setelah menenangkan diri sesaat, Olga akhirnya mengeluarkan suaranya. "Jadi, meski kamu sedang hamil, dia milih menikahi Agatha? Apa dia gila? Apa mereka memang harus menikah?"Selena menggelengkan kepala. "Dia nggak tahu aku hamil. Sebenarnya, dia nggak tahu kami pernah melakukannya.""Jadi, bayi tabung?" Mata Olga berkedip-kedip. "Meski penampilannya lumayan, bukan cuma dia pria tampan di dunia ini. Kenapa kamu nggak coba perluas jangkauan, cari pria berambut pirang dan mata biru biar punya anak blasteran?""Imajinasimu terlalu liar. Dia cuma lagi sakit waktu melakukannya, jadi nggak sadar.""Aku heran, bisa-bisanya pria bedebah ini nggak sad
Selena masuk ruangan USG dengan bantuan Olga.Dia berpura-pura menemani Olga untuk pemeriksaan, padahal orang yang diperiksa adalah dirinya.Dokter wanita paruh baya yang memeriksa berkata dengan lembut, "Jangan khawatir, saya pasti akan periksa semaksimal mungkin.""Aku berutang budi sama ketua kelas lagi," seloroh Olga sambil tersenyumPeralatan yang dingin meraba perut Selena, membuatnya gugup sekaligus cemas.Selama setengah tahun terakhir, tubuhnya sakit-sakitan. Dia juga menjalani kemoterapi setengah tahun lalu. Apa akan berdampak pada bayinya?"Dokter, gimana perkembangannya?"Dokter tertawa ringan. "Masih terlalu kecil, jadi belum jelas. Tapi saat ini kantung kehamilan terlihat normal tanpa tanda-tanda kehamilan di luar rahim. Semuanya normal, tenang saja.""Makasih, Bu Dokter.""Sama-sama. Ingat, suasana hati harus selalu dijaga. Makan banyak sayur dan buah serta konsumsi vitamin B9 setiap hari, apa sudah jelas?"Selena berulang kali berterima kasih dan dokter itu melambaikan
Jika perkataan itu terucap dari mulut Olga, mungkin bisa dianggap omong kosong.Namun, perkataan itu berasal dari mulut Selena.Selena terlihat anggun dan bermartabat seperti bangsawan, berbeda dari Olga yang hanya bermulut besar.Olga diam-diam mengangguk pada Selena, mengisyaratkan untuk memberikan kesan yang baik di hadapan bosnya."Nona Selena sungguh sopan, aku sudah dengar tentangmu dari Olga. Memang benar memastikan langsung lebih baik daripada dengar kabar angin. Nona Selena bersikap lembut, sulit dipercaya mau berteman sama wanita kasar seperti Olga."Olga terbelalak, kalau mau memuji tidak perlu merendahkan orang lain juga bukan?Bos Olga menghampiri Selena, lalu mengulurkan tangan. "Namaku Shane Harrison, senang bertemu denganmu."Selena sedikit tersipu sambil melihat tangan kanannya. "Maafkan tangan saya, Pak Shane."Shane menatap tangan kanan Selena dengan heran.Tak disangka wanita menawan ini memiliki masalah pada tangan kanannya. Dia segera mengulurkan tangan kiri dan b
Suara benda berat jatuh terdengar dari ujung telepon, diikuti dengan suara Harvey. "Hamil kamu bilang?""Kalau nggak hamil, buat apa dia minum asam folat yang dia bawa?"Harvey menggertakkan gigi. "Kamu nggak salah lihat?""Bro, walaupun aku besar di luar negeri, aku masih bisa baca, loh! Nggak mungkin aku salah baca, 'kan?"Panggilan langsung terputus.Yosef mengernyitkan dahi, heran dengan kelakuan Harvey. Belakangan ini, tingkahnya aneh.Olga berlari dengan cepat ke arah Selena dan memberikan asam folat ke tangannya. "Jangan lupa mencampurkan ini ke dalam vitamin.""Makasih, ya.""Nggak masalah, semoga bayimu sehat, ya." Olga menepuk-nepuk pundak Selena.Selena mengangguk dengan wajah penuh pikiran. "Nggak ada orang lain yang lihat, 'kan?""Nggak usah khawatir, aku mengambilnya dengan cepat, kok. Kotak obat ini juga warna-warni, pria maskulin sepertinya nggak akan paham."Selena tak curiga sama sekali dengan Yosef, setahu Selena, Yosef tak memiliki hubungan apa pun dengan Harvey. It
Selena memegang perutnya secara refleks, tetapi karena takut Harvey tahu, dia segera menarik tangannya kembali.Namun, gerakan tersebut malah justru membuat Harvey curiga.Harvey mendekati Selena selangkah demi selangkah. Jantung Selena berdetak kencang.Ketika Harvey menyentuh punggung Selena, sekujur tubuhnya bergidik dan bulu romanya berdiri. Rasa takut pun menjalar dari posisi jari Harvey menyentuhnya ke sekujur tubuh.Namun, Selena berusaha untuk tetap tenang."Apa yang kamu lakukan?""Seli, kamu seperti takut sama aku."Selena menelan ludah, lalu berkata dengan sinis, "Orang muak kamu bilang takut? Harvey, belum pernah ada orang yang bilang kamu sangat menyebalkan, ya? Kamu 'kan mau menikahi Agatha, jadi jangan ganggu aku lagi!"Harvey perlahan membungkukkan badannya, hingga posisinya hampir memeluk Selena.Dia berbisik ke telinga Selena, "Seli, kamu gugup sekali."Bukan pertanyaan, melainkan pernyataan.Keringat dingin mengalir dari dahi Selena. Bahkan, Selena sendiri tak menger
Hanya karena mendengar satu kata dari mulut Harvey, kaki Lian langsung lemas. Dia pun menghempaskan diri ke lantai. "Tuan Harvey, saya akan mengaku!"Harvey mengernyitkan dahi, cepat sekali orang ini mengaku, bahkan Harvey belum sempat menekannya sama sekali."Katakan.""Saya merasa sayang untuk membuang sisa mawar yang sudah dipangkas, jadi malamnya saya jual seharga 20 ribu pertangkainya. Saya nggak maksud buat serakah, tapi sekarang kondisi keuangan saya kritis dan nenek saya lagi sakit. Maaf, Tuan Harvey, saya janji nggak akan melakukannya lagi."Kerutan dahi Harvey makin dalam. "Cuma ini yang mau kamu bicarakan?"Lian meneteskan air mata. "Masih ... ada, saya akan menjelaskan semuanya. Pas saya lagi memangkas semak-semak, tangan saya agak bergetar, jadi saya nggak sengaja membentuk semak itu jadi pola apel padahal seharusnya pola hati. Tuan Harvey, tolong jangan ragukan profesionalitas saya. Hari itu saya lagi agak kurang sehat."Harvey memijat dahinya sendiri dengan ekspresi tak
Lian terheran-heran melihatnya. Beberapa hari ini, Harvey jelas-jelas sangat perhatian kepada Selena.Meskipun sebentar lagi Harvey akan menikahi Agatha, semua orang di Vila Mawar bisa melihat bahwa dia juga mencintai Selena.Namun, bagaimana bisa dia tak tahu tanda-tanda kehamilan istrinya?"Setahu saya, itu saja. Dia mual-mual selama tiga bulan dan janinnya agak kurang stabil. Waktu awal kehamilan, setiap hari Nona harus disuntik. Ibu saya juga begitu dan katanya sakit sekali.""Nona Selena sangat menantikan anak itu, bahkan waktu jantung janinnya belum berdetak saat usia kandungannya sudah lebih dari 40 hari dan dokter menyarankan untuk menggugurkan kandungannya, dia masih bersikeras minta waktu satu minggu. Saat itu dia cemas sekali, tapi untungnya, saat kandungannya berusia 50 hari, jantung janinnya berdetak."Lian menghela napas. "Sialnya, setelah dua bulan lebih, tiba-tiba Nona Selena pendarahan sampai harus dirawat di rumah sakit selama seminggu supaya bayinya selamat. Dia sang
Kalimat yang memintanya memperlakukan Selena dengan baik sudah sering Harvey dengar dari banyak orang, tetapi tak pernah dihiraukannya."Ya, aku paham. Dia lagi kesal sama aku, makanya nggak mau aku tau soal kehamilannya. Kamu juga jangan bicara apa-apa ya, jaga dia baik-baik. Kalau ada apa-apa, kasih tahu aku. Tolong usahakan penuhi semua kebutuhannya di Vila Mawar.""Baik, saya mengerti, Tuan. Saya tahu Anda sangat mencintai Nona Selena."Lian membongkar semua rahasia Selena dengan mudahnya tanpa sadar."Pergilah."Pintu ruang baca tertutup, Harvey menopang dahinya dengan tangan sembari menelepon Hansen."Apa yang terjadi sama istrimu tengah malam seperti ini, Tuan Harvey?" Hansen sudah terbiasa, pasti telepon itu ada kaitannya tentang Selena.Harvey terdiam sembari menatap lampu jalan dari jauh, lalu berkata, "Kapan waktu terbaik buat menggugurkan kandungan?"Hansen yang sedang meminum bir langsung menyemburkan birnya ketika mendengar kata-kata itu."Apa kamu bilang? Menggugurkan ka