Erna mengungkapkan kebenaran itu secara tiba-tiba. Kekejaman dari realita itu langsung menghantam Calvin, membuatnya mematung saking terkejutnya.Dia sama sekali tidak siap untuk menerima kenyataan itu. Amarah di dalam dadanya meluap, seperti balon udara yang sedang dipompa dan hampir meledak."Kenapa kamu sampai bertindak sejauh ini?" tanya Calvin dengan mata yang memerah, suaranya terdengar sangat dingin."Tentu saja itu belum cukup, aku bahkan sudah menyiapkan hadiah besar kedua untukmu. Nikmatilah dengan baik."Erna mengatakan itu dengan ekspresi yang sangat menakutkan. "Apa kamu tahu berapa lama aku menunggu momen ini datang? Setiap malam, hatiku rasanya seperti ditusuk-tusuk, kebahagiaan kalian membuatku sangat menderita! Ya, silakan nikmati penderitaan seperti yang pernah kualami dulu!"Begitu mengakhiri kata-katanya, dia tiba-tiba mengangkat kakinya dan melayangkan tendangan keras ke arah perut Calvin, membuatnya bisa melepaskan diri dari cengkeramanan pria itu dengan mudah.Ke
Selena yang belum masuk dan masih berdiri di depan pintu, melihat semua itu dengan ekspresi sinis di matanya. Keluarga seperti apa yang dinikahi ibunya?Tidak ada satu pun orang yang benar-benar peduli padanya selain Calvin.Dulu, dia melayani kakeknya dengan sepenuh hati, tetapi kakeknya tidak pernah menganggapnya sebagai keluarga.Sebenarnya yang paling menderita adalah Calvin. Kalaupun dia memilih untuk menyelamatkan Maisha dengan mengorbankan Agatha, Maisha pasti tidak akan memaafkannya ketika dia sudah sadar.Apalagi, dia sudah membesarkan Agatha sejak kecil dan menganggapnya seperti anak perempuannya sendiri.Bagaiamana bisa dia memilih di antara keduanya?Pilihan apa pun yang dia ambil, pasti akan membuatnya hancur berkeping-keping.Sampai akhirnya, seorang perawat bertubuh mungil berlari menghampiri. "Dengan keluarga pasien? Saat ini, pasien sudah bangun dan dia ingin bertemu dengan kalian."Calvin tiba-tiba membalikkan badannya dan mengikuti perawat itu. Melihat hal itu, Selen
Akhirnya, Calvin mengurus administrasi dan proses keluar Maisha dari rumah sakit. Setelah itu, mereka bersama-sama memasak makan malam di rumah. Maisha duduk di kursi roda, tubuhnya terlihat sangat lemah.Dia mencoba menelepon Agatha berkali-kali, kerinduannya sudah tidak terbendung.Untuk mencegahnya terluka, Calvin sengaja tidak memberitahunya tentang keadaan yang sebenarnya.Maisha sudah memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu selama hidupnya, Calvin tidak ingin istrinya itu meninggalkan dunia ini dengan penuh penyesalan."Jangan terlalu mememikirkannya, dari dulu dia selalu semaunya sendiri. Siapa tahu, beberapa hari lagi dia akan pulang ke rumah.""Baiklah."Maisha menganggap Agatha masih membencinya seperti biasa, jadi dia tidak memaksakan keinginannya lagi.Sepanjang makan malam, Maisha terus mengingatkan supaya Harvey selalu memperlakukan Agatha dengan baik di masa depan dan tidak menyakitinya karena dia adalah wanita yang baik.Harvey pun menahan sikap dinginnya dan men
Agatha tiba-tiba kehilangan kedua orang tuanya dalam semalam. Meskipun merasa sangat sedih, dia tidak dapat menghadiri pemakaman mereka karena kondisi fisiknya.Seluruh Kota Arama tampak diselimuti kabut hitam yang kelam.Kakek sangat terpukul ketika mengetahui kematian putra dan menantunya. Dia segera dilarikan ke rumah sakit, sehingga pemakaman Calvin dilaksanakan dengan terburu-buru.Pada hari yang kelabu itu, Selena melihat seorang wanita yang mengenakan baju hitam. Wanita itu berdiri lama di depan batu nisan sembari memegang payung hitam.Wajah cantik itu terlihat suram, dia tak pernah menyangka bahwa Calvin akhirnya akan memilih bunuh diri bersama Maisha.Semua hal yang sudah dia rencanakan selama bertahun-tahun berakhir dengan sia-sia.Daripada berlutut dan memohon belas kasihan darinya, Calvin lebih memilih untuk mati.Pada akhirnya, permintaan Erna tidak terkabul, cintanya tidak berbalas.Selena berjalan mendekatinya dan berkata, "Inikah akhir yang kamu inginkan?"Erna menoleh
Di bawah guyuran hujan lebat, Selena berdiri cukup lama di depan makam sembari menggenggam sebuah payung, tubuhnya basah kuyup. Harvey yang menyadari keadaannya meliriknya dengan tajam dan berkata, "Ayo pulang, sudah larut malam."Selena berdiri di sana dengan mulut yang tertutup rapat, seolah-olah akan menghilang kapan saja.Lagi-lagi, dia kehilangan seorang kerabat. Wajahnya yang terlihat sangat kesepian itu berhasil membuat Harvey merasa iba.Dia merentangkan kedua tangannya, ingin menarik waniita itu ke dalam dekapannya. Namun, dari balik payung hitamnya, Selena hanya menatapnya dengan ekspresi datar. Sorot matanya terlihat dingin, membuatnya merasa sangat cemas."Seli, jangan sedih, kamu masih punya aku."Justru karena itulah Selena merasa sedih.Angin pegunungan berembus kencang, tubuh Selena yang ramping tampak semakin tegar.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung pergi. Kini, dia tidak punya apa-apa lagi yang bisa membuat dirinya merasa kehilangan.Selena yang diam se
Isaac tahu kalau Selena sudah mengetahui identitasnya. Tatapannya pada wanita itu menyiratkan rasa bersalah."Kak Selena.""Isaac, sudah lama nggak bertemu," Selena berinisiatif menyapanya untuk mengurangi kecanggungan di antara mereka.Dia menundukkan kepala sambil memainkan jari-jarinya, seperti seorang anak yang telah melakukan kesalahan. "Kamu sudah tahu kalau aku adalah Leo.""Hm.""Maaf, aku nggak bermaksud menyembunyikannya darimu, aku ...""Aku seharusnya bisa sadar dari dulu. Waktu aku diculik, ada seseorang yang menelepon penculiknya, dan orang itu adalah kamu, 'kan? Jadi, kamu bisa menemukanku dengan mudah dan mencoba membawaku pergi."Isaac menyadari bahwa dia telah menyembunyikan segalanya dan terlibat dengan orang-orang yang menyakiti Selena."Kak Selena, semua ini kesalahanku. Kalau kamu marah atau membenciku, aku rela menerimanya dengan lapang dada. Sungguh, aku nggak pernah berniat untuk menyakitimu.""Aku tahu."Jika Isaac ingin membunuhnya, dia tentu tidak akan hidup
Selena sudah berencana untuk pergi ke pulau bersama Isaac demi menyelamatkan Arya. Sebelum berangkat, ada satu hal penting yang harus dia lakukan.Isaac merasa agak heran ketika mobil mereka berhenti di tepi pantai. "Kak Selena, kakak mau ngapain di sini?""Nggak ada yang penting, cuma mau menyelesaikan sesuatu dengan seseorang," kata Selena seraya menutup pintu mobil.Posturnya yang terlihat tegar membuat Isaac merasa cemas. Selena banyak berubah dibandingkan dengan terakhir kali mereka bertemu. Wanita itu terlihat jauh lebih tenang.Apakah dia benar-benar akan mencari Lanny? Nggak, nggak mungkin! Lanny itu manusia iblis, mana mungkin dia mencarinya?' Pikiran tersebut terus menghantui kepala Isaac."Kak Selena, jangan bertindak bodoh!" Isaac menggedor jendela mobil dengan panik, tetapi Selena tetap tidak bergeming.Selena tahu ini adalah satu-satunya kesempatan baginya untuk membunuh Lanny.Setelah hari ini, dia benar-benar akan meninggalkan Kota Arama. Entah dia akan meninggal karena
Lanny tidak pernah berpikir bahwa selain bisa menemukan identitasnya, Selena juga berhasil mengatur pertemuan dengannya melalui Tuan Y. Wajahnya langsung berubah pucat. "Apa hubunganmu dengan Tuan Y?"Ekspresi wajahnya terlihat kesal, seolah-olah Selena telah merebut orang penting baginya.Selena samar-samar bisa menebak perasaan wanita yang ada di hadapannya ini terhadap Sean. Dia tersenyum tipis. "Tebak saja."Kalimat ambigu seperti itu makin membuat Lanny cemburu. "Aku tahu kamu wanita jalang yang suka menggoda pria. Sungguh, kamu sama sekali nggak pantas untuk kakakku. Pas sekali kamu datang sendiri ke depan mataku, aku jadi nggak perlu repot-repot mencarimu."Lanny hendak bangkit untuk menyerang Selena. Namun, sebelum dia sempat berdiri, kepalanya terasa pusing dan tubuhnya kembali terduduk."Kamu mencampurkan obat ke dalam air minumku ya?"Selena berjalan mendekat ke arahnya selangkah demi selangkah. "Ini semua aku pelajari darimu, Nona Lanny. Sudah saatnya kita menyelesaikan sem