Ketika melihat miniatur pelacak di atas meja, wajah Chandra memucat."Ba ... Bagaimana bisa seperti ini? Apa yang sebenarnya Nyonya lakukan?"Harvey mengambil pelacak itu dan memasukkannya kembali, lalu berkata, "Kembalikan ke Kenneth dan jangan beri tahu pada siapa pun.""Baik, Tuan Harvey."Harvey memainkan klip dasi. Dia merasa skeptis semenjak Selena mengusulkan untuk menjadi asisten pribadinya.Dengan kepribadian Selena yang ingin menjauh dari Harvey, bagaimana bisa dia berinisiatif untuk tetap berada di sisi Harvey?Kecuali Selena merencanakan sesuatu pada Harvey.Apa itu uang?Selena dapat dengan mudah menyumbangkan uang satu triliun, jadi uang bukanlah masalah.Kalau begitu hanya masalah Arya.Ketika memikirkan ekspresi ragu-ragu Selena hari ini, apakah dia sudah menemukannya?Ketika melihat Harvey tak berbicara, Chandra tak bisa menebak isi pikirannya, jadi dia bertanya dengan hati-hati, "Nyonya di sini ... ""Untuk saat ini jangan bertindak sembarangan. Aku ingin melihat trik
Akhirnya Selena menghela napas lega. Pria itu benar-benar menakutkan!Kenapa orang ini tidak pulang lebih awal untuk menenangkan Agatha dan malah bersembunyi di sini?"Tuan Harvey, kebetulan sekali."Harvey menatap Selena dari atas hingga bawah, lalu memasang ekspresi dingin dan berkata, "Aku sengaja menunggumu di sini."Selena merasa ada yang tidak beres dengan Harvey. Cahaya korek api terpantul di wajah Harvey. Setengah cahaya dan setengah bayangan, seolah-olah itu ada jalinan antara malaikat dan iblis."Menungguku?" Selena menelan ludah, aura dingin yang memancar dari tubuhnya sedikit menakutkan.Harvey tak mengatakan apa-apa dan berjalan ke depan tanpa ragu.Selena tidak tahu apa yang ada di pikiran Harvey. Dia mengikuti Harvey di belakang dan lift langsung menuju ke lantai paling atas.Angin bertiup kencang di atap. Meskipun ini musim pancaroba, angin malam masih bercampur dengan rintikan hujan. Terasa begitu dingin sedingin punggung Harvey.Selena pun menciutkan lehernya ke dalam
Anehnya, Harvey tidak marah dan malah membuang puntung rokok dari jemarinya.Selena tidak menghentikan begitu Harvey berjalan ke arahnya, lalu Harvey berkata dengan suara samar, "Selena, lebih baik kamu nggak bohong padaku."Harvey terus menatap punggung Selena dan mengira Selena akan berbalik. Namun, Selena bahkan tak menoleh ke arahnya.Angin bertiup kencang, menghilangkan sisa percikan api terakhir pada puntung rokok. Sosok Selena pun menghilang dari atap.Harvey menatap langit berbintang di atas kepalanya dengan lapisan awan menutupinya. Dia hanya bisa melihat satu hingga dua bintang yang samar-samar.Sebenarnya apa tujuan tersembunyi Selena?Harvey memikirkan perkataan Selena saat itu. Kalau Lanny tidak dibunuh oleh Arya, lalu siapa?"Tuan Harvey, Nyonya sudah pergi sejak beberapa waktu yang lalu." Chandra seolah-olah berdiri di kegelapan dari bayangan Harvey.Harvey menghela napas panjang dan merespons, "Chandra, aku ingin kamu mengecek sekali lagi tentang masalah Lanny.""Apa in
Setelah Selena pulang, dia melihat pelacak sekali lagi dan menemukan bahwa kecuali pelacak yang sudah masuk ke dalam tong sampah dan menghilang dari radarnya, beberapa lainnya hampir sama seperti di tempat aslinya dan tidak ada perubahan yang signifikan.Telepon George masih dalam keadaan mati dan Selena menghela napas.Walaupun kebenaran semakin dekat, tetapi selalu ada lapisan kabut di hadapannya yang tidak bisa ditiup maupun dilihat dengan jelas.Untungnya proyek ini berjalan dengan sangat lancar. Proposal perencanaannya disetujui oleh perusahaan mitra dan waktu pertemuannya sudah disepakati.Selena mengenakan pakaian formal khusus dan telapak tangannya sedikit dialiri keringat.Setelah mendorong pintu, wajahnya menunjukkan senyuman pegawai kantor dan berkata, "Halo, saya Selena Bennett dari Grup Irwin."Orang yang duduk di atas kursi mengenakan jas putih dengan alis dan mata yang halus. Sudut bibirnya sedikit terangkat lembut dan berkata, "Kak Selena, kita bertemu lagi."Selena ter
Saat membahas tentang Farrel, Lala memutar bola matanya dan berkata dengan sinis, "Satu kata, mesum.""Dia sangat mesum?""Ya, jangankan wanita, bahkan lalat betina yang terbang di hadapannya pun bakal dilirik."Selena merasa ada yang tidak beres. Apa orang ini adalah dalang di baliknya?"Kak Selena, apa anak ini memprovokasimu?" tanya Lala sambil menatap wajah Selena."Nggak apa-apa. Aku hanya asal tanya."Mata Lala berputar dengan cepat dan berkata, "Kali ini berkat bantuanmu, kita bisa mendapatkan kerja sama ini dan berhasil menyelesaikan tugas penjualan. Sebentar lagi dia bakal datang."Ketika Lala berbicara, dia menunjuk ke seorang pria yang mengenakan jas dan dasi di tikungan jalan, lalu berkata, "Lihat, baru saja diomongin, dah nongol saja."Selena melihat ke arah yang Lala tunjuk dan tampaklah Farrel yang berusia sekitar 35 tahun, tingginya rata-rata, dan memiliki sepasang mata yang bersinar seperti mata tikus yang tajam.Mereka saling bertatapan dan Farrel melihat Selena dari
Di rumah sakit.Arya masih terbaring di atas ranjang rumah sakit seperti sebelumnya. Dia mengandalkan infus nutrisi dan berbagai instrumen serta perlengkapan untuk bertahan hidup setiap hari.Tubuh Arya semakin menurun dengan kecepatan yang terlihat dengan mata telanjang, terutama saat anggota tubuhnya secara bertahap menyusut.Seperti bunga yang kehilangan vitalitasnya, bertahan dengan sisa nutrisi tanah yang tersisa.Selena sudah beberapa hari tidak menjenguk dan tiap kali dia melihat ayahnya, dia merasa semakin sedih.Pipi Arya semakin cekung, dan air mata Selena jatuh di punggung tangannya yang kisut."Ayah ... "Selena berharap keajaiban terjadi suatu hari nanti. Arya akan bangun dan melihatnya walaupun hanya sekilas atau bahkan mengucapkan sepatah kata pun untuknya."Kak Selena, jangan sedih."Issac menepuk punggung Selena dengan lembut, sementara Selena menundukkan kepalanya karena tidak ingin orang lihat kerapuhannya saat ini.Ketika Selena menutupi wajahnya dan diam-diam menan
Issac mengantarkan Selena sampai ke apartemen. Issac memiliki kepolosan dari seorang pemuda dan sifat sopan seorang pria dewasa.Issac membukakan pintu mobil untuk Selena secara pribadi dan melilitkan syal yang baru saja dibelinya dari dalam tas ke leher Selena."Nggak usah. Aku nggak merasa dingin, kok.""Ini syal baru. Cewek harus menjaga tubuhnya tetap hangat," jelas Issac."Baiklah. Kamu hati-hati di jalan. Terima kasih."Issac masih tersenyum dan berkata, "Jajan malam ini nggak usah dihitung. Kak Selena masih berutang traktir aku makan besar.""Dasar kamu." Selena mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Issac dengan lembut sembari berkata, "Kamu masih sama seperti waktu kecil dulu."Saat itu Selena berjanji akan memberikannya sebuah hadiah. Anak ini selalu mengingatnya. Dia akan menanyakannya pada Selena setiap beberapa waktu sekali."Kalau begitu kita janjian lagi nanti.""Ya."Setelah melihat mobil itu menjauh, Selena baru berbalik dan masuk ke dalam lift.Perkataan Issac ada
Selena tersenyum dengan senyuman sarkas.Selena membuka jari Harvey satu persatu dan berkata, "Tuan Harvey, aku nggak pernah meminta apa pun darimu, apalagi posisi Nyonya Irwin yang kamu sebutkan. Kalau aku bisa melepaskannya, aku nggak akan memikirkannya lagi."Di dalam mata Harvey yang berkilauan, sudut bibir Selena sedikit terangkat. Dengan suara yang tenang, dia berkata, "Dulu aku selalu berpikir kalau angin musim pancaroba nggak sebanding denganmu. Akan tetapi aku berdiri sendirian di tempat yang sama, menunggumu hingga musim kemarau dan hujan terlewati. Aku tidak bisa menunggumu lebih lama lagi, jadi aku harus menyeret tubuhku yang lelah perlahan ke depan. Kemudian, aku menyadari bahwa badai di musim hujan dan terik yang panjang di musim kemarau itu jauh lebih baik darimu."Selena perlahan mengangkat tangannya dan jemarinya yang ramping membelai wajah orang yang ada di hadapannya, orang yang pernah dia cintai dengan sepenuh jiwa dan raganya."Harvey, aku nggak bisa menyangkal kal