"Iya, lama gak berjumpa."Dahulu, Darren pernah membantunya. Selena juga tidak melupakan bantuan itu. Jadi, Selena bersikap sedikit lebih ramah padanya.Melihat Selena yang masih sempat berbincang dengan orang lain dan tidak menganggap keluarga Wuritno sama sekali, Nyonya Wuritno pun menyindir dengan sinis, "Ternyata Nona Selena memang punya banyak kenalan pria, ya. Hari ini entah dengan siapa dia datang ke sini, ya?"Selena tersenyum samar, "Kenapa aku harus didampingi seorang pria? Memangnya aku gak bisa datang sendiri? Atau mungkin bibi itu parasit yang bergantung terus dengan pria, makanya bibi menganggap semua orang juga seperti itu?"Dia melihat Selena yang datang dengan tangan kosong. Dia bahkan tidak membawa tas atau pun undangan."Jangan-jangan tujuanmu kesini itu untuk mencari pasangan? Nona Selena, apakah kamu tahu ini bukan acara sembarangan?"Perempuan di sekitarnya berbisik-bisik, dan meskipun para pria tidak bicara, tatapan mereka juga tidak ramah. Namun, Alana mengambil
Rudy mengibaskan tangannya dengan ramah, "Gak usah seformal itu."Dia menatap Selena, segera menyadari bahwa kerumunan ini mengelilinginya, "Apakah terjadi sesuatu?"Ted langsung menyela, "Bukan apa-apa, kok. Hanya masalah sepele. Apakah Pak Rudy mau mengumumkan berita baik hari ini?"Kening Harvey sedikit berkerut. Saat masuk tadi, dia jelas-jelas melihat seseorang menunjuk-nunjuk Selena. Tapi, dia bukanlah seorang pemuda berusia dua puluhan lagi. Dengan adanya Rudy di sini, ini bukan waktu yang tepat untuk bicara. Jadi, dia pun hanya bisa menahannya.Rudy menatap orang-orang itu. Dia menyadari minat mereka pada Molin, jadi dia menjawab Ted terlebih dahulu. Dia pun melambaikan tanganya ke arah Molin, "Moli, ayo kesini."Molin merasa agak gugup. Dia melihat beberapa orang dari keluarga Aswin di antara kerumunan itu. Mereka tidak lagi menatapnya dengan kebencian.Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang tidak dikenalnya. Semua mata tertuju padanya, membuatnya begitu gugup hingga m
Pandangan orang-orang yang semula tertuju pada Selena pun beralih ke Alana. Alana menelan ludahnya, dan Rudy berkata, "Gak apa-apa. Ceritakanlah apa yang kamu lihat dengan jujur."Meskipun dia adalah seseorang yang memiliki kekuasaan dan status yang tinggi, saat ini dia terlihat begitu ramah, seperti seorang kakek tetangga yang baik hati.Alana melirik Darren. Dalam situasi ini, Darren hanya bisa pasrah. Dia bisa hadir di pesta semacam ini karena kesempatan yang diberikan oleh kakaknya.Sepertinya dia harus mengucapkan selamat tinggal hari ini!Dia hanya bisa menyetujuinya, "Katakanlah yang sebenarnya."Alana akhirnya menceritakan semuanya dengan rinci, tetapi Nyonya Wuritno jelas tidak senang, "Pak Rudy, gadis ini adalah teman sekelasnya Selena. Cara dia menggambarkannya itu agak memihak dan gak objektif.""Memihak, katamu? Kamu kira Selena bisa hadir di sini karena memanfaatkan kekayaan orang, kan? Secara langsung atau gak langsung, kamu selalu menunjukkan bahwa dia gak layak berada
Keluarga Wuritno yang dulunya sukses, merusak masa depan mereka sendiri dengan mulut mereka yang lancang. Beberapa orang yang dulu menyakiti Selena juga takut Selena akan membalas mereka di kemudian hari.Mata yang semula menatap dengan iri pun berubah menjadi pandangan mengasihani. Di Kota Arama yang selalu dinamis ini, apa gunanya menjadi sukses?Seperti di zaman dulu, di mana semua tanah adalah milik raja. Rudy pun hanya perlu satu alasan bagus untuk menghancurkan keluarga Wuritno.Alana memandang punggung Selena dengan ekspresi penuh ketidakpercayaan, "Kok tiba-tiba Selena bisa menjadi bagian dari keluarga Farrell?""Itu urusan keluarga mereka, mana mungkin kita tahu? Tapi melihat dia sekarang, aku jadi ingat waktu zaman kita sekolah dulu. Bahkan, sekarang dia lebih bersinar dibanding waktu itu."Alana mencubit lengannya, "Kamu masih suka sama dia, ya?""Sudah lama sekali, mana mungkin? Dulu aku cuma kagum akan kecantikannya. Sekarang, aku hanya turut senang atas pencapaiannya."Se
Begitu mata Michelle bertemu tatapan dingin Rudy, dia sadar bahwa hubungan ayah-anak itu sudah lama hilang. Dia sudah menduga akan berakhir seperti ini, tapi Michelle tetap tak bisa menerima kenyataan bahwa setelah dicintai selama bertahun-tahun, tiba-tiba dia dibuang begitu saja."Ayah.""Aku bukan lagi ayahmu. Bersikaplah yang pantas."Setelah semua yang Michelle lakukan pada Molin, fakta bahwa Rudy belum memotongnya menjadi seribu keping saja sudah menunjukkan bahwa dia sudah sangat bersabar.Mira baru saja membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu. Tapi, tiba-tiba saja Michelle berlutut di hadapan Tuan Harold!Tindakan ini mengejutkan semua orang, tetapi Selena sudah menebak jalan pikirannya.Setelah sekian lama menjadi orang bodoh, kali ini Michelle bertindak cerdas juga.Selena awalnya mengira bahwa keluarga Michelle mungkin bersembunyi di pegunungan terpencil atau menyelundup keluar dari kota Arama.Namun, pilihan yang kedua lebih sulit karena mereka langsung menutup semua pos
Hayden sangat murka ketika melihat Michelle. Masih teringat dengan jelas di ingatannya apa yang diperbuat Michelle terhadap Molin.Rudy dan Mira saling melempar pandangan. Mereka bukanlah orang sembarangan. Jadi, mereka tidak akan berkomentar banyak untuk menjaga rahasia keluarga mereka agar tidak menjadi pembicaraan orang lain dan menjadi bahan tertawaan.Selena mendengus kecil, "Dia jadi pintar sekarang."Harvey menenangkannya dengan lembut sambil mengelus kepalanya, "Cepat lambat juga akan begitu. Gak beda jauh juga.""Benar juga," celetuk Selena dengan pandangan dingin.Michelle pantas mati atas apa yang sudah dia perbuat. Selena sama sekali tidak merasa kasihan lagi padanya. Karena dia juga sudah mengeluarkan kartu ASnya, sekarang kita lihat bagaimana Tuan Harold menanggapinya.Michelle menangis sambil berlutut di depannya dengan wajah memelas. "Kakek, kalau kakek pun gak mau menerimaku, aku gak punya tempat lain lagi untuk pergi. Kasihanilah aku, kasihani juga cucumu ini. Dia sud
Mana ada yang gratis di dunia ini?Dia pikir status anaknya akan melindunginya, tapi keluarga Aswin mungkin berencana untuk memisahkannya dari anaknya. Hayden bahkan mungkin ingin melenyapkan mereka berdua sekaligus.Kalau itu Hayden, jika dia sudah berhasil melarikan diri, lebih baik dia tinggal di pegunungan terpencil untuk melahirkan daripada hidup di tempat yang sangat berbahaya.Dulu, dia sendiri juga dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh Arya, dan harus bekerja keras untuk menyokong keluarganya. Tidak seperti Michelle yang sepertinya tidak tahan hidup susah.Michelle akan menjadi korban keserakahannya sendiri suatu hari nanti. Kecerdikannya kalah telak dari Mia.Orang yang tega mengkhianati ibu yang sudah merintis masa depan untuknya itu pasti akan menerima balasan dari perbuatannya, cepat ataupun lambat.Selena menggoyangkan gelas minumannya, raut wajahnya terlihat sangat dingin."Selena, sudah lama sekali gak bertemu. Melihatmu baik-baik saja seperti ini membuatku merasa le
Selena sama sekali tidak ingin mendengar ucapan manis dari orang-orang tersebut. Melihat raut muka Selena yang terlihat tidak nyaman, Harvey pun segera duduk di sampingnya untuk menghentikan percakapan yang tidak perlu.Begitulah manusia. Di saat kamu sukses, semua orang akan mendekatimu. Tapi, di saat kamu terpuruk, bahkan teman baik yang telah bersahabat selama puluhan tahun pun bisa mengkhianatimu dalam sekejap.Jadi, dia merasa tidak perlu terlibat dalam interaksi sosial yang tidak berguna. Karena, kekuatan sesungguhnya berasal dari dirinya sendiri.Tidak jauh dari sana, dia melihat Michelle yang sedang menyantap makanannya dan masih bersikap angkuh seperti biasanya.Selena tertawa kecil, "Sebenarnya, kadang-kadang bermuka tebal juga bukan hal yang buruk. Yang penting kita bisa mencapai tujuan kita, gak peduli gimana pun caranya."Molin sangat penakut dibandingkan dengannya. Ini karena lingkungan Molin sejak kecil, dan juga penderitaannya selama tinggal dengan keluarga Aswin.Harve