Ted tidak bilang, Selena sudah lupa hal ini. Sudah berlalu begitu lama, dia paham orang-orang ini hanya ingin melindungi diri mereka sendiri, dan selama bertahun-tahun dia tidak pernah berpikir untuk membalas dendam pada mereka.Sayangnya, kehidupan Keluarga Wuritno ini telah berjalan terlalu lancar dalam beberapa tahun terakhir, sehingga mereka lupa tempat apa ini.Karena Selena tidak menanggapi sikapnya yang pura-pura, dia pun mulai bertingkah sombong.Karena dia tidak tahu malu, Selena pun tidak ingin memanjakannya. Dia berkata dengan suara datar, "Paman, dulu Paman hanya seorang staf kecil di Badan Pertanahan Nasional ketika mengenal ayahku. Saat itu, Paman curhat panjang lebar kepada ayahku ingin naik jabatan. Ayahku yang merekomendasikan Paman, sehingga Paman bisa selangkah demi selangkah menjadi Kepala Dinas Tata Ruang Kota. Aku tidak meminta Paman untuk mengingat kebaikan ayahku. Pada saat itu, Keluarga Bennett jatuh miskin, ayahku di rumah sakit menunggu uang untuk operasi. Ak
Selama sekolah, Alana tidak pernah menyukai Selena. Dia selalu membandingkan dirinya dengan Selena, terutama setelah mengetahui bahwa Darren menyukainya. Alana jadi sering menentang Selena.Kemudian, dia masuk ke kubu Agatha untuk mendapatkan hatinya.Pada waktu itu, masalah timbul karena mulut mereka terlalu bocor. Selena tahu jelas bukan hanya Alana yang terlibat, tapi juga ada orang lain. Selama ayahnya mengetahui kabar kematian Masha, ujung-ujungnya juga akan tetap sama saja.Mendengar kabar bahwa keluarga Madison bangkrut, Selena juga tidak merasa senang di atas penderitaan mereka ataupun menambah penderitaan mereka.Sedikit banyak, dia juga sudah mendengar tentang kabar pernikahan Darren. Namun, pada saat itu, dia sendiri sedang dilanda masalah, jadi dia tidak bisa menghadiri pernikahan Darren secara langsung.Alana berjalan perlahan sambil bergandengan tangan dengan Darren. Dia tidak terlihat sembrono seperti sebelumnya, malah terlihat lebih dewasa dan kalem sekarang.Dengan nad
"Iya, lama gak berjumpa."Dahulu, Darren pernah membantunya. Selena juga tidak melupakan bantuan itu. Jadi, Selena bersikap sedikit lebih ramah padanya.Melihat Selena yang masih sempat berbincang dengan orang lain dan tidak menganggap keluarga Wuritno sama sekali, Nyonya Wuritno pun menyindir dengan sinis, "Ternyata Nona Selena memang punya banyak kenalan pria, ya. Hari ini entah dengan siapa dia datang ke sini, ya?"Selena tersenyum samar, "Kenapa aku harus didampingi seorang pria? Memangnya aku gak bisa datang sendiri? Atau mungkin bibi itu parasit yang bergantung terus dengan pria, makanya bibi menganggap semua orang juga seperti itu?"Dia melihat Selena yang datang dengan tangan kosong. Dia bahkan tidak membawa tas atau pun undangan."Jangan-jangan tujuanmu kesini itu untuk mencari pasangan? Nona Selena, apakah kamu tahu ini bukan acara sembarangan?"Perempuan di sekitarnya berbisik-bisik, dan meskipun para pria tidak bicara, tatapan mereka juga tidak ramah. Namun, Alana mengambil
Rudy mengibaskan tangannya dengan ramah, "Gak usah seformal itu."Dia menatap Selena, segera menyadari bahwa kerumunan ini mengelilinginya, "Apakah terjadi sesuatu?"Ted langsung menyela, "Bukan apa-apa, kok. Hanya masalah sepele. Apakah Pak Rudy mau mengumumkan berita baik hari ini?"Kening Harvey sedikit berkerut. Saat masuk tadi, dia jelas-jelas melihat seseorang menunjuk-nunjuk Selena. Tapi, dia bukanlah seorang pemuda berusia dua puluhan lagi. Dengan adanya Rudy di sini, ini bukan waktu yang tepat untuk bicara. Jadi, dia pun hanya bisa menahannya.Rudy menatap orang-orang itu. Dia menyadari minat mereka pada Molin, jadi dia menjawab Ted terlebih dahulu. Dia pun melambaikan tanganya ke arah Molin, "Moli, ayo kesini."Molin merasa agak gugup. Dia melihat beberapa orang dari keluarga Aswin di antara kerumunan itu. Mereka tidak lagi menatapnya dengan kebencian.Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang tidak dikenalnya. Semua mata tertuju padanya, membuatnya begitu gugup hingga m
Pandangan orang-orang yang semula tertuju pada Selena pun beralih ke Alana. Alana menelan ludahnya, dan Rudy berkata, "Gak apa-apa. Ceritakanlah apa yang kamu lihat dengan jujur."Meskipun dia adalah seseorang yang memiliki kekuasaan dan status yang tinggi, saat ini dia terlihat begitu ramah, seperti seorang kakek tetangga yang baik hati.Alana melirik Darren. Dalam situasi ini, Darren hanya bisa pasrah. Dia bisa hadir di pesta semacam ini karena kesempatan yang diberikan oleh kakaknya.Sepertinya dia harus mengucapkan selamat tinggal hari ini!Dia hanya bisa menyetujuinya, "Katakanlah yang sebenarnya."Alana akhirnya menceritakan semuanya dengan rinci, tetapi Nyonya Wuritno jelas tidak senang, "Pak Rudy, gadis ini adalah teman sekelasnya Selena. Cara dia menggambarkannya itu agak memihak dan gak objektif.""Memihak, katamu? Kamu kira Selena bisa hadir di sini karena memanfaatkan kekayaan orang, kan? Secara langsung atau gak langsung, kamu selalu menunjukkan bahwa dia gak layak berada
Keluarga Wuritno yang dulunya sukses, merusak masa depan mereka sendiri dengan mulut mereka yang lancang. Beberapa orang yang dulu menyakiti Selena juga takut Selena akan membalas mereka di kemudian hari.Mata yang semula menatap dengan iri pun berubah menjadi pandangan mengasihani. Di Kota Arama yang selalu dinamis ini, apa gunanya menjadi sukses?Seperti di zaman dulu, di mana semua tanah adalah milik raja. Rudy pun hanya perlu satu alasan bagus untuk menghancurkan keluarga Wuritno.Alana memandang punggung Selena dengan ekspresi penuh ketidakpercayaan, "Kok tiba-tiba Selena bisa menjadi bagian dari keluarga Farrell?""Itu urusan keluarga mereka, mana mungkin kita tahu? Tapi melihat dia sekarang, aku jadi ingat waktu zaman kita sekolah dulu. Bahkan, sekarang dia lebih bersinar dibanding waktu itu."Alana mencubit lengannya, "Kamu masih suka sama dia, ya?""Sudah lama sekali, mana mungkin? Dulu aku cuma kagum akan kecantikannya. Sekarang, aku hanya turut senang atas pencapaiannya."Se
Begitu mata Michelle bertemu tatapan dingin Rudy, dia sadar bahwa hubungan ayah-anak itu sudah lama hilang. Dia sudah menduga akan berakhir seperti ini, tapi Michelle tetap tak bisa menerima kenyataan bahwa setelah dicintai selama bertahun-tahun, tiba-tiba dia dibuang begitu saja."Ayah.""Aku bukan lagi ayahmu. Bersikaplah yang pantas."Setelah semua yang Michelle lakukan pada Molin, fakta bahwa Rudy belum memotongnya menjadi seribu keping saja sudah menunjukkan bahwa dia sudah sangat bersabar.Mira baru saja membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu. Tapi, tiba-tiba saja Michelle berlutut di hadapan Tuan Harold!Tindakan ini mengejutkan semua orang, tetapi Selena sudah menebak jalan pikirannya.Setelah sekian lama menjadi orang bodoh, kali ini Michelle bertindak cerdas juga.Selena awalnya mengira bahwa keluarga Michelle mungkin bersembunyi di pegunungan terpencil atau menyelundup keluar dari kota Arama.Namun, pilihan yang kedua lebih sulit karena mereka langsung menutup semua pos
Hayden sangat murka ketika melihat Michelle. Masih teringat dengan jelas di ingatannya apa yang diperbuat Michelle terhadap Molin.Rudy dan Mira saling melempar pandangan. Mereka bukanlah orang sembarangan. Jadi, mereka tidak akan berkomentar banyak untuk menjaga rahasia keluarga mereka agar tidak menjadi pembicaraan orang lain dan menjadi bahan tertawaan.Selena mendengus kecil, "Dia jadi pintar sekarang."Harvey menenangkannya dengan lembut sambil mengelus kepalanya, "Cepat lambat juga akan begitu. Gak beda jauh juga.""Benar juga," celetuk Selena dengan pandangan dingin.Michelle pantas mati atas apa yang sudah dia perbuat. Selena sama sekali tidak merasa kasihan lagi padanya. Karena dia juga sudah mengeluarkan kartu ASnya, sekarang kita lihat bagaimana Tuan Harold menanggapinya.Michelle menangis sambil berlutut di depannya dengan wajah memelas. "Kakek, kalau kakek pun gak mau menerimaku, aku gak punya tempat lain lagi untuk pergi. Kasihanilah aku, kasihani juga cucumu ini. Dia sud