Ini bukan pemeriksaan seperti yang dikatakannya. Selena mengutuk Harvey di dalam hatinya, tetapi tetap berwajah tenang di luar. "Ini sudah waktunya aku masuk untuk mengobati Nona Agatha."Selena yang melarikan diri dengan cepat membuat Harvey tersenyum. Seli, kamu mau lari ke mana padahal aku sangat mencintaimu?Saat Agatha menarik kakinya dari air, kakinya sudah sangat merah, dan banyak gelembung air juga yang muncul di kakinya. Agatha sudah menangis karena kesakitan."Agatha, tahanlah, sebentar lagi kamu akan baik-baik saja." Bagaimanapun juga, Bryan masih menyukai Agatha. Dia menghibur Agatha karena melihatnya menangis.Agatha tidak menghiraukannya sama sekali. Dia menatap Harvey sambil menangis. "Harvey, aku sangat kesakitan."Kata-kata Agatha seolah menampar wajah Bryan dengan keras dan mata Bryan mulai dipenuhi kebencian.Selena melihat semuanya dengan jelas dan bahkan merasa tertarik.Sebagai putri dari Arya dan Maisha, Agatha mewarisi kelebihan dari kedua orang tuanya. Jujur sa
"Jangan pergi. Aku mau diobati dan akan mendengarkanmu."Agatha menatap William. "Olesin obatnya."William menatap gelembung-gelembung kecil yang berkilauan di kaki Agatha, lalu berkata dengan ragu, "Sa, saya tidak berani. Lebih baik Tuan Muda saja yang melakukannya."Entah kenapa Kakek tiba-tiba berkata, "Ya, biar Bryan saja. Dia berani dan teliti."Dalam pandangan kakek, Bryan adalah seorang kakak yang penuh kasih sayang. Meski Agatha bukan adik kandungnya, tetapi dia memperlakukan Agatha lebih baik daripada adik kandungnya sendiri.Setelah dia menjadi kepala keluarga, dia tidak memperlakukan Agatha dengan buruk karena latar belakangnya, sebaliknya justru sangat perhatian padanya.Ini membuat kakek sangat tenang.Agatha menggigit bibirnya dan tidak tahu harus berkata apa. Hanya Selena yang tetap tenang sambil menatap mereka berdua seolah-olah sedang menonton pertunjukan yang bagus. Sepertinya hari-hari selanjutnya tidak akan terlalu membosankan.Gelembung yang berkilauan itu sudah sa
"Siapa kamu sebenarnya? Kakek, aku nggak mau diobati olehnya."Agatha merasa ketakutan. Dia bahkan melihat kebencian wanita ini terhadap dirinya dan bayangan Selena dari wanita ini.Tidak pernah ada kabar tentang Selena lagi setelah dia pergi. Ada yang bilang kalau dia sudah meninggal.Di mana pun dia berada sekarang, dia pasti tidak mungkin berwajah seperti sekarang, 'kan?Selena terlihat tenang. "Saya hanya memberikan sedikit pendapat dari percakapan Nona Agatha dan Tuan Harvey tadi. Kenapa Nona Agatha secemas ini? Apa Nona benar-benar melakukan sesuatu yang tidak pantas?"Agatha pasti akan masuk ke lapisan neraka yang terdalam karena sudah membunuh kedua orang tuanya."Agatha, jangan terlalu sensitif gitu. Jadwal dokter sangat padat. Kita bisa memanggilnya ke sini setelah berusaha keras untuk menghubunginya. Jangan terlalu banyak dipikirin. Kalau sakit, tahanlah. Kamu harus menahannya biar kamu bisa berdiri lagi.""Aku harus menahannya sampai kapan?""Perawatan selama tiga bulan, ta
Bryan yang selama ini tidak pernah terlihat adalah yang paling misterius di antara mereka. Pandangan Selena jatuh ke wajah Bryan. "Saya bukan orang Kota Arama. Sepertinya ini tidak ada hubungannya dengan Tuan Bryan."Pada awalnya, Selena sengaja menciptakan citra dirinya sebagai orang yang sulit didekati dan sulit diajak berinteraksi.Hal ini mencegahnya dari keharusan berhubungan dengan orang lain dan meninggalkan kesan pemarah.Namun, yang meminta tolong bukanlah dia, jadi kenapa dia harus peduli dengan pemikiran mereka?Bryan tersenyum canggung. "Ya, tapi kita masih akan bertemu selama tiga bulan, jadi aku ingin mengenal Vanessa lebih baik untuk bisa menjadi teman.""Sepertinya Tuan Bryan salah paham. Saya datang untuk memeriksa, bukan untuk mencari teman."Kata-kata Selena bisa dianggap sangat mempermalukan Bryan. Bagaimanapun juga, Keluarga Wilson adalah keluarga kaya raya. Atas hak apa seorang dokter sepertinya mengatakan hal seperti itu?Ternyata mulut wanita ini seperti itu ter
Dia tiba-tiba sedikit memahami Harvey. Sahabat terbaiknya sejak kecil meninggal dan meninggalkan keinginan terakhirnya agar dia menjaga Agatha.Namun, Agatha bukanlah orang yang baik hati. Selena memikirkannya dengan saksama. Mungkin dia sendiri tidak bisa melakukannya lebih baik daripada Harvey.Kalau Agatha tidak membuat Harvey kehilangan kesabarannya, mana mungkin Harvey akan bersikap dingin padanya?Saat mendengar nama ini, Harvey mencibir, "Aku merasa muak saat mendengar nama ini keluar dari mulutmu. Yang berbuat baik padaku itu Kavin, bukan kamu, Agatha. Semua kebaikannya sudah habis digunakan olehmu."Dia menatap mata Agatha. "Sejak hari kamu mendorong Seli dari kapal pesiar, kamu sudah pantas mati!"Setelah dia selesai mengatakan itu, Chandra menutup jendela mobil lalu menekan pedal gas.Agatha melompat ke depan dengan sekuat tenaga dan jatuh ke atas salju. Dia mengulurkan tangannya untuk meminta Harvey berhenti. "Harvey, jangan tinggalkan aku! Aku mohon! Aku tahu aku salah, ak
Mobil tidak pulang ke rumah, tetapi pergi ke sebuah hotel.Begitu mereka naik lift, Selena bertanya, "Kenapa kamu membawaku ke tempat seperti ini?"Harvey menggaruk hidungnya. "Waktu yang aku habiskan bersamamu dulu terlalu sedikit. Meski kita sudah menikah, kita nggak terlihat seperti sepasang kekasih biasa. Aku ingin melakukan hal-hal yang belum pernah kita lakukan bersama, Seli."Cahaya yang berkilauan turun dari atas kepala dan jatuh ke mata lembut Harvey. Jantung Selena berdebar setelah mendengarnya.Sepertinya Harvey berubah.Setelah itu, Selena melihat Harvey membungkuk dan berkata dengan lembut di telinganya, "Bukannya bakal lebih seru kalau kita lakuin di lantai seratus?"Selena kehilangan kata-kata.Pria mesum ini.Harvey menariknya keluar dari pintu lift dengan tidak tahu malu.Pintu lift terbuka dan Selena didorong masuk ke kamar.Begitu masuk, Selena terkejut dengan segala sesuatu yang ada di depan matanya.Seluruh suite dihias dengan mawar dan karpetnya juga ditutupi deng
Matahari belum terbit, tetapi ponsel Harvey terus bergetar. Dia ingin mematikannya dan tidur lagi, tetapi ternyata itu panggilan dari Afraska.Afraska tidak akan menghubunginya kalau tidak ada hal yang penting."Paman Afraska, ada apa?" Harvey melirik orang yang ada di pelukannya. Dia sengaja memelankan suaranya agar tidak mengganggu Selena."Orang itu terluka."Rasa kantuk Harvey langsung menghilang. "Kapan dia terluka? Kenapa aku nggak dapat kabar?""Setengah jam yang lalu. Sekarang orang di atas mendesakku untuk memberikan berita.""Aku akan segera ke sana."Harvey menutup teleponnya, menatap Selena yang baru saja bangun dari pelukannya, mencium bibirnya, dan berkata, "Maaf, Seli, ada urusan yang harus kutangani."Selena tahu kalau Harvey selalu sibuk dengan urusannya, jadi dia mengangguk dan tidur lagi.Melihat sikapnya yang cuek, Harvey tidak tahu harus tertawa atau menangis.Kalau dulu saat fajar dia harus pergi, Selena pasti tidak bisa tidur, segera bangun dan mengantarnya pergi
Saat Harvey tiba di rumah sakit, wajah Afraska terlihat sangat muram."Paman Afraska, gimana kondisinya?"Afraska menggelengkan kepalanya, "Kondisinya nggak bagus. Semua dokter terbaik sudah pergi ke sana, tapi peluru itu tepat mengenai bagian atas jantung Pak Rudy, dan posisinya terlalu berbahaya. Kalau sekarang nggak diambil, dia masih bisa bernapas, tapi kalau pengambilannya gagal, dia akan mati di tempat. Dia bahkan sudah pingsan sekarang.""Siapa yang akan melakukan operasinya?""Itu masih belum ditentukan. Yang terpenting sekarang adalah menjaga nyawa Pak Rudy. Barusan Hayden juga datang.""Hayden nggak akan bisa menemui guru dalam keadaan seperti ini." Harvey mendengkus dingin."Benar, aku ingin memberitahumu satu hal. Masih ada satu orang yang bisa melakukan operasi ini di dunia ini. Kamu harus menemukannya sebelum Hayden dan menyelamatkan Pak Rudy. Ini akan sangat menguntungkan kampanyemu.""Siapa?""Fred, si dokter legendaris."Harvey mengerutkan keningnya. "Bukannya dia suda