Tanpa sadar, Maya memundurkan langkah, membuat pelukan Juan terlepas begitu saja. Pandangan wanita itu tampak tak fokus, Maya seakan kehilangan arah, kehilangan pegangan setelah mendengar rentetan berita yang membuat jiwanya tertarik lepas. Apalagi saat telinganya menangkap gumaman Juan yang semakin menusuk hatinya.
“Mulan?” beonya, mengulang berkali-kali nama yang sudah sangat akrab di telinganya.
Maya memang ingin bertemu dengan Mulan. Namun, bukan seperti ini caranya. Dia hanya ingin meminta maaf dan menjalin pertemanan dengan benar. Namun, kedatangan Mulan dan bagaimana perasaan Juan yang sangat kuat pada wanita itu, jelas tidak bisa Maya anggap remeh. Dia harus melakukan sesuatu sebelum terlambat. Mulan tidak boleh kembali dan berada di sekitar Juan yang kembali gamang dengan perasaannya.
“Di mana dia?” tanya Maya, menatap lekat sang kakak yang tampak kacau.
Juan tampak menarik napas panjang. Ditanya seperti itu, dia kembali m
Mendapatkan tamu tak diundang jelas bukan hal yang menyenangkan, apalagi bila tamu itu adalah orang yang tidak ingin ditemui. Mulan hanya diam, menatap sang tamu dengan tatapan kurang bersahabat. Bahkan Alex yang sejak tadi berada di dekatnya tak dia hiraukan.Maya, si tamu yang dimaksud sudah berdiri tegap di samping ranjang di mana Mulan beristirahat. Wanita yang dihindari Mulan sebisa mungkin malah datang dan mengagetkannya sesaat.“Hmm, aku keluar saja,” kata Alex yang merasa suasana mulai tegang. Dua wanita yang saling menatap lelat tanpa kata itu sama-sama butuh waktu. Tidak ada jawaban, Alex tetap keluar dan memberi waktu sebanyak mungkin.Sampai suara pintu terdengar, suara helaan napas panjang terdengar berikutnya. Maya yang sejak tadi berdiri, berjalan dan duduk di tempat Alex tadi. Tepat di samping Mulan. Dia memperhatikan setiap inci tubuh Mulan dengan seksama.“Bagaimana kabarmu?” tanyanya basa-basi.Mulan seaka
“Aku harus mencari cara untuk menyingkirkan Mulan,” gumam Maya pelanDia pulang dalam keadaan kesal, tidak ada hasil yang didapatkannya. Jangankan menyuruh Mulan pergi, Maya pun belum mendapatkan jawaban atas siapa ayah dari anak yang dikandung Mulan. Meski sebenarnya, tanpa bertanya pun Maya yakin siapa ayahnya.Tiba di rumah, Maya segera masuk ke dalam kamarnya. Tidak ada bayangan Juan di sana, mungkin pria itu sudah pergi ke kantor. Maya mendengus, cinta yang terlalu besar membuatnya hampir gila. Dia selalu merasa ketakutan setiap detiknya. Tidak sanggup rasanya bila kehilangan pria itu.Lagi, Maya mendesah panjang. Dia merobohkan tubuhnya tengkurap di ranjang empuknya. Matanya terpejam, merasakan beban pikirannya yang semakin menumpuk rasanya.Tanpa disadari, seseorang sudah menyelinap masuk ke dalam. Mengunci pintu tanpa suara, dan menghampiri keberadaan Maya yang masih bertahan di posisinya.Orang tersebut memperhatikan setiap inc
Maya lekas membuka pintu hingga memperlihatkan sang kakak keduanya yang sudah berdiri di sana. Maya berusaha memasang wajah tenang, meski gemuruh di dadanya tak mau berhenti. Dalam hati dia meyakinkan diri berharap tidak ada yang mencurigakan dari penampilannya.“Kakak?” sapa Maya dengan senyum tipisnya.“Boleh masuk?”Maya mengangguk. Ada kerutan samar di keningnya melihat Julian yang tampak tak biasa. Senyum pria itu bahkan terasa sangat dipaksakan. Maya makin bingung saat pria itu banyak diam dan hanya menghembuskan napas kasar.“Kenapa, Kak?” tanya Maya lebih dulu. Mulai tidak sabar dengan keterdiaman sang kakak.“Kamu kenal Mulan?” tanya Julian dengan nada rendahnya.'Mulan lagi,' rutuk Maya dengan kekesalannya. Dia mulai sedikit curiga dengan sikap sang kakak. Dia memberikan anggukan kaku, menunggu maksud pertanyaan sang kakak. “Juan sempat menceritakan tentang dia.”
“Tunggu!” teriak Juan yang sudah mencekal Mulan lebih dulu.Mulan yang sejak tadi berlari tak tentu arah, menghentikan kakinya dengan tubuh tegang. Dia kira sejak tadi yang mengejarnya adalah Alex, tapi kenapa malah Juan yang kini berdiri tegap di depannya. Ke mana perginya Alex?Mulan berusaha menarik lengannya yang masih dicekal Juan, tapi pria itu seakan tidak ingin melepaskannya dengan mudah.“Lepas.”“Sebenarnya apa yang ada di pikiran kamu! Kamu tidak ingat sedang hamil, kenapa harus lari-larian,” omel Juan yang sejak tadi merasa khawatir. Padahal niatnya ingin berkata halus dan dan membujuk wanita itu, tapi tetap saja, rasa khawatir malah membuatnya kesal.Juan sudah menahan diri untuk tidak memeluk Mulan saat ini. Bagaimanapun, Juan tahu etikanya. Mulan pasti akan risih bila dirinya terlalu agresif.“Kamu baru saja sembuh. Jangan membahayakan kandunganmu,” lanjutnya karena belum mendapa
Alex menemui Mulan, duduk berdampingan dengan wanita itu. Mereka masih di rumah sakit, tertahan karena Juan dan Joe yang terus mengintai keberadaan mereka. Seakan tidak membiarkan sesenti saja pergi. Dua bersaudara itu terus memaksa Mulan untuk tinggal dengan mereka.Padahal Alex sudah ingin membawa Mulan ke apartemennya sendiri. Namun, bila berhadapan dengan dua pria dan pengawalnya yang lumayan banyak, tetap saja Alex mengalah. Tidak ingin menimbulkan kericuhan“Maaf, ya, kamu juga terjebak di sini karena aku,” sesal Mulan, menatap Alex dengan sendu.Alex memberikan senyum menenangkan, mengusap surai hitam Mulan dengan lembut. Hal kecil yang tak luput dalam perhatian Juan. Alex tersenyum dalam hati. Memiliki kesenangan sendiri menggoda pria itu.“Jangan pikirkan itu. Aku tidak masalah di sini sama kamu,” katanya sok manisMulan yang tadinya berwajah sendu, berubah bingung dengan sikap kawannya itu. Namun, kedipan pria itu
Bruce menyelipkan sebatang rokok di sela jarinya. Menghisap nikotin itu sedalam-dalamnya, dan memainkan asapnya keluar perlahan mulut. Pikirannya sedang tidak tenang, dan beberapa batang nikotin mungkin bisa membantu menenangkan sarafnya.Pikirannya kembali melayang tentang Maya. Pada pertemuan mereka pertama kali dan bagaimana perasaannya terpikat pada wanita itu.Bruce yang saat itu baru menyelesaikan pendidikan militernya, mendapatkan tawaran dari Kriss sebagai pengawal pribadi pria itu. Bruce jelas menolak. Cita-citanya ingin menjadi prajurit negara, bukan malah melindungi sebuah keluarga dengan bisnis besarnya.Namun, saat tak sengaja Bruce melihat Kriss dengan putrinya pertama kali, saat itulah ada yang berdesir di dadanya. Wajahnya yang datar hanya menatap Maya dengan tajam. Merekam setiap sikap anggun dan tutur lembut yang mampu menggetarkan dadanya.Untuk pertama kalinya, Bruce melakukan sesuatu yang irasional. Dia menyetujui permintaan Kriss tan
Setelah malam panjang yang berpeluh, Maya bangun lebih dulu. Hal pertama yang dirasakannya hanya tubuh yang terasa remuk redam. Belum lagi selangkangannya yang terasa perih. Dia melirik ke samping, Bruce masih tertidur dengan tenang di sana.Sekelebat pengalaman mereka berputar kembali. Maya memukul kepalanya berkali-kali, mengutuk sikapnya yang sangat murahan hingga pasrah dengan perbuatan pria itu. Tak dipungkiri, dia pun menikmati. Rasa pria itu tidak mengecewakannya. Bruce memperlakukannya dengan hati-hati, penuh kelembutan, tapi cukup memuaskan di waktu bersamaan.Entah Maya harus memaki atau menikmati. Terlalu naïf bila dia menyalahkan pria itu. Dia termenung, merasa bingung dengan dirinya saat ini.“Sudah bangun?”Suara bernada serak itu berhasil membuyarkan lamunan Maya. Dia menoleh dan melihat pria itu yang kini menyanggah kepalanya dengan tatapan lekat padanya. Pemandangan bak Dewa Yunani. Sangat menggairahkan di pagi seperti in
Entah bermimpi apa Maya semalam. Detik ini dia tidak berhenti mendapatkan kejutan. Bukan sesuatu yang menyenangkan, malah sebaliknya.Padahal detik sebelumnya dia merasa bahagia. Tentang perasaannya yang terasa ringan, entah karena percintaan panas atau Juan yang tiba-tiba minta maaf padanya. Keduanya membuat perasaanya lebih baikNamun, di detik berikutnya, Maya seakan terlempar ke neraka. Perasaannya hancur berkeping-keping. Kakinya seakan tidak kuat berpijak lagi. Hampir dia tumbang, tapi Bruce yang saat itu berada di ruangan yang sama dengannya, langsung sigap menahan bobot tubuhnya.Juan saja sampai mematung, kalah cepat dengan kegesitan Bruce.“Kamu tidak apa-apa?” bisik Bruce, yang hanya bisa didengar keduanya.Maya mengangguk lemas. Dia melepaskan rangkulan pria itu di pinggangnya. Dengan pelan, dia melangkah mendekati Mulan. Tatapannya kosong, sorot matanya tidak dapat diterjemahkan. Hingga saat dua wanita kembar itu berhadapan