Seorang pria yang sedang duduk di meja kerjanya, menatap fokus pada lembaran berkas dokumen pekerjaan yang saat ini dia teliti. Beberapa hari yang lalu terjadi pembobolan dokumen perusahaannya pada orang yang selama ini dipercayainya. Akibatnya, dia dibuat extra sibuk dengan pekerjaannya sampai-sampai melupakan malaikat kecilnya.
Handphonenya berdering, menampilkan nama Kyra❤️ di layar handphonenya. Dia tersenyum dan mengangkat panggilan tersebut.
“Hallo papa,” suara dari seberang terdengar sangat imut di pendengarannya.
“Hai sayang, ada gerangan apa sampai kesayangan papa menelfon di siang hari seperti ini,” ucap Aksa.
“Papa melupakan sesuatu? Papa sudah berjanji padaku,“ rengek suara anak kecil di seberang telfon tersebut.
Aksa terdiam sebentar, seketika dia langsung ingat pada apa yang dijanjikan pada anaknya pagi tadi, bahwa saat jam makan siang dia akan pulang membawakan ice cream. Aksa hanya meringis karena melupakan janjinya itu. Dia sering terlupa pada janjinya akibat pekerjaan yang menumpuk.
“Papa, apa papa mendengarkanku?“ suara dari telfon itu kembali berbunyi.
“Ya sayang papa tidak lupa, 30 menit lagi papa akan sampai di rumah membawakan pesanan princes papa. Tunggu ya,” ucap Aksa sambil menutup dokumen yang ada di depannya.
Setelah panggilan itu terpupus, Aksa segera merapikan mejanya. Saat ini dia masih belum punya sekretaris setelah 1 minggu memecat sekretaris lamanya. Kali ini dia harus benar-benar mencari sekretaris yang bisa dipercayainya.
Dia melangkahkan kaki menuju lift khusus, lift pun bergerak turun sampai lobby parkiran. Setelahnya dia berjalan ke arah mobilnya dan masuk, melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Tapi sebelum itu dia harus membelikan ice cream dulu atau nanti putrinya itu akan cemberut.
~
Aksa Delvin Arrayan, adalah seorang pengusaha muda sukses di kota itu. Di usianya yang sekarang menginjak 27 tahun, dia sudah mempunyai seorang anak perempuan berusia 5 tahun. Dia menyayangi anaknya itu meskipun kelahirannya bukan hal yang dia harapkan.
Dulu, saat usia Aksa baru 15 tahun. Ayahnya meninggal karena serangan jantung mendadak. Membuat Aksa mau tak mau harus dewasa sebelum umurnya. Dia ditinggalkan dengan banyak harta, dan itu juga menyebabkan banyak musuh musuh bisnis ayahnya berusaha untuk menjatuhkannya, termasuk keluarganya sendiri.
Dia mempercayakan perusahaan pada sekretaris ayahnya sampai dia berusia 18 tahun, dia menyelesaikan pendidikan singkat agar bisa segera memegang perusahaan ayahnya kembali. 3 tahun Aksa menjalani bisnis turun-termurun itu ternyata membuat perusahaan itu berkembang pesat. Menjadi pengusaha sukses bukanlah gampang, dan itu semua berkat kerja keras Aksa yang selama ini dia kerjakan.
Suatu hari, bibinya datang kepadanya bersama anaknya untuk tinggal di rumahnya. Katanya itu permintaan terakhir ayahnya. Tapi Aksa tahu bahwalah itu tipu muslihat bibinya, karena Aksa tahu bahwa bibinya mengincar hartanya. Tapi Aksa mendiamkannya, dia ingin lihat seberapa jauh bibinya itu melangkah.
Yang dipikirkan Aksa, bahwa bibinya menyewa seseorang untuk membuat tipu daya di perusahaannya. Tapi dia salah, ternyata dia menggunakan anaknya sendiri sebagai jarum untuk menusuk Aksa.
Malam setelah berkabungnya setiap tanggal kematian ayahnya, Aksa diam sendiri di taman menikmati kesendirianya. Tiba-tiba bibinya datang membawakan minuman hangat dan beberapa cemilan untuknya. Aksa yang tak tahu akal bulus bibinya pun menikmati hidangan yang disediakan itu.
Tapi setelah beberapa menit, seluruh tubuhnya menjadi panas. Nafasnya menderu dan kepalanya sedikit pening. Dia berjalan ke arah kamarnya dan betapa terkejutnya dia bahwa Zeline ada di sini. Zeline mendekati Aksa dan memeluknya. Aksa yang sudah terkena obat, apalagi dengan sentuhan-sentuhan yang diberikan Zeline membuat Aksa melakukan kekhilafan pada Zeline.
Ternyata selama ini Zeline menyukai Aksa, walaupun dia adik sepupunya tapi dia tak perduli, dengan cara apapun dia harus berhasil mendapatkan Aksa. Dengan bantuan ibunya dia yang meletakkan obat itu di minuman Aksa, dan hasilnya seusai rencana. Dengan begini dia bisa memilikinya.
Tapi sejak saat itu, sikap Aksa berubah menjadi dingin dan jika berpapasan dengan Zeline maupun bibinya dia akan selalu menghindar. Hingga kabar itu mengejutkannya, Zeline telah hamil dan anak yang di kandung Zeline adalah anaknya.
Dia memang menikahi Zeline tapi dia tidak pernah menemani Zeline. Bahkan dia melarang Zeline ke kamarnya dan mereka pisah ranjang. Tapi Zeline yang memang menyukai Aksa tidak membiarkan hal itu. Dia tetap berusaha agar cintanya dapat diterima oleh Aksa. Tapi apalah daya, Aksa tak menggubris sama sekali sikap Zeline.
Suatu hari, mereka terlibat pertengkaran saat mereka berkendara. Setelah memaksa Aksa untuk menemaninya berbelanja, Aksa pun setuju dan akan mengantarkan Zeline. Tapi di tengah-tengah perjalanan Zeline merengek lagi agar Aksa dapat menerimanya, dapat menemaninya di saat masa-masa kehamilannya.
Aksa yang dari awal sudah muak dengan semuanya berbalik memarahi Zeline. Mereka terlibat cekcok di dalam mobil. Aksa tidak memperhatikan jalanan, alhasil mereka bertabrakan dengan truck yang melaju dari lawan arah.
Kecelakaan itu membuat Zeline harus melahirkan bayinya di usia kandungan yang masih 7 bulan. Ditambah keadaan Zeline yang kritis karena kecelakaan tersebut. Dia memang tak perduli pada Zeline, tapi dia perduli pada janin yang di kandung oleh Zeline.
Putri kecilnya lahir di dunia ini dengan keadaan yang harus diletakan di inkubator. Dan nasib berkata lain, setelah melakukan operasi untuk melahirkan anaknya, Zeline mengalami koma. Kata dokter kepala Zeline terbentur keras saat kecelakaan itu terjadi.
Aksa hanya diam menerima semua itu, tapi tidak dengan bibinya yang terus-terusan menyalahkannya. Bibinya bahkan melakukan ancaman dengan menggunakan putrinya yang masih terbaring koma, agar anak lelakinya bisa bekerja di perusahaan Aksa. Aksa hanya mengiyakan permintaan bibinya itu yang menurutnya hanya hal sepele.
Zeline masih belum bangun dari tidur panjangnya. Setiap saat dokter mengatakan lebih baik alat-alat yang menancap di tubuh Zeline agar dilepas. Aksa menyetujuinya, tapi bibinya selalu melarangnya untuk melakukan itu. Akhirnya dia hanya membiarkan bibinya merawat Zeline.
Kyra Meisie Arrayan, nama putri kecilnya yang sekarang menginjak usia 5 tahun, selama itu juga Zeline mengalami koma. Kyra dibesarkan oleh perawat yang selalu berganti-ganti.
Bahkan neneknya (Bibi Aksa) hanya sesekali saja menengok cucunya itu, tapi dia selalu ikut campur setiap kali baby sitter yang merawat Kyra. Dia juga selalu mengingatkan Kyra dengan foto-foto Zeline bahwa ibunya sedang tidur panjang, dan meminta Kyra agar tidak melupakannya.
Dia bahkan sering terlihat memarahi baby sitter yang menjaga Kyra, terkadang hal itu membuat Aksa muak. Karena baginya bibinya itu tidak menyayangi cucunya sendiri. Hanya Aksa yang sedari Kyra lahir di dunia ini yang menyanginya. Apapun yang Kyra mau pasti akan diturutinya. Kecuali seorang ibu yang sangat Kyra harapkan.
~
Dia tertawa miris ketika kilasan masa lalunya tiba-tiba lewat begitu saja di pikirannya. Dia berkata dalam hati, berjanji apapun pasti dilakukannya demi putri kecilnya itu bahagia. Termasuk hari ini dia yang harus meninggalkan pekerjaannya, demi membelikan ice cream karena permintaan putrinya.
Dari dalam minimarket dia melihat segerombolan orang di depan yang seperti membuat keributan. Aksa awalnya tak peduli, tapi karena mobilnya berada tepat di samping keributan itu membuat dia mau tak mau menerobos kerumunan.
Dia pun menyeruak masuk ke dalam gerombolan orang-orang tadi. Dia melihat seorang gadis yang sedang dimarahi oleh sopir taksi.
“Ada apa ini? “ kata Aksa memperhatikan seorang gadis yang menangis di hadapannya.
Sang gadis itu pun menoleh ke arahnya setelah dia bersuara tadi. Membuat keramaian yang tadi terjadi seketika menjadi sedikit hening.
**
Hallo readers, yang masih kepo. Tunggu episode selanjutnya ya. 💋💋
Sinokmput
Aletha memandang pada pria yang baru saja bersuara itu, belum sempat Aletha menjawab, sopir taksi tadi sudah menyela duluan.“Ini pak, dia naik taksi udah muter-muter sampai 1 jam tapi pas ditagih uangnya dia tidak punya, jika tidak punya sebaiknya jangan naik taksi, jalan kaki kan bisa. Menyusahkan orang saja," ucap sopir taksi tadi.Aletha menggelengkan kepalanya menatap memelas pada pria tersebut. “Bukan, bukan begitu. Aku juga tidak tahu dompetku di mana. Sungguh aku benar-benar kecopetan tadi, sekarang pun aku bingung, aku baru pertama kali ke kota ini.” Ucap Aletha.“Halah pasti kau cuma cari alasan agar kau bisa kabur tanpa membayar taksi kan," ucap sopir tadi lagi.“Berapa biayanya?“ tanya pria tersebut yang tak lain adalah Aksa.“270 ribu pak,” kata sopir tadi singkat.Aksa mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang, dia menyerahkan 4 lembar uang ratusan dan menyerahkannya pada sopir tadi. “Ini buat bapak, dan tolong segera bubar. Jangan m
Merasa namanya dipanggil, Leta pun menoleh ke arah sumber suara itu. Dia membelalak kaget dengan apa yang di lihatnya. Bibinya berdiri di belakang Aksa dan memandang kaget ke arah Aletha. Begitupun juga dengan Leta.Leta segera beranjak dari duduknya dan menghampiri bibinya. “Bibi,” ucap Leta sambil memeluk bibinya. Setelah dia melepaskannya dia memandang bibinya lagi. “Ini benar-benar Bibi!“Bi Prima tersenyum melihat Aletha, dia mengusap-usap wajah Aletha. Terpancar dari sorotan matanya kalau dia begitu rindu dengan keponakannya itu.“Kenapa tidak menelfon Bibi kalau sudah sampai sini?“ ucap Bi Prima.“Maaf Bibi, Leta kecopetan di jalan tadi. Tuan itu tadi menolong Leta, tak disangka ternyata malah ketemu Bibi di sini. Bibi apakah alamat ini salah?“ kata Leta yang menoleh ke arah Aksa sebentar, lalu kembali melihat bibinya dan menyerahkan secarik kertas yang ada di kantong celananya.“Terimakasih Tuan, sudah mau menolong keponakan saya,” ucap Bi
Pagi-pagi sekali Aletha sudah bangun dari tidurnya. Setelah mencuci wajahnya dia keluar menuju dapur. Jam masih menunjukan setengah 5 pagi, dia membuka kulkas dan melihat bahan-bahan makanan yang ada di sana, akhirnya dia memutuskan untuk membuat nasi goreng dan telur dadar.Bibi Prima keluar dari kamar dan bersiap untuk menuju rumah utama. Dia melihat Aletha yang berkutik di dapur akhirnya dia memutuskan untuk menghampiri Leta terlebih dulu.“Kau memasak apa nak?“ tanya Bibinya.“Eh Bibi, ini Leta membuatkan nasi goreng untuk sarapan,” kata Leta yang tengah mengorek nasi di dalam wajan di atas kompor itu.“Baiklah, Bibi akan ke rumah utama dulu. Setelah selesai kau harus siap-siap ya. Nona Kyra biasanya bangun jam 6 pagi,” kata Bibinya hendak pergi meninggalkan Aletha.“Bibi tidak sarapan terlebih dahulu?" tanya Aletha.“Nanti saja, Bibi sudah kesiangan.” kata Bibinya.Aletha hanya tersenyum mendengar jawaban dari bibinya. Dia menyelesaikan
Aletha menemani Kyra seharian ini. Kyra mengajak Leta berkeliling rumahnya. Dari kolam renang, taman bunga, taman bermain untuknya hingga sebuah ruangan khusus bermain untuknya juga ada.Dengan semangatnya Kyra bercerita pada baby siter barunya itu. Kyra adalah gadis kecil yang energik, suka bercerita dan hobby menggambar. Bahkan di ruangan khusus bermainnya, disediakan alat-alat melukis agar Kyra dapat leluasa menggambar.Saat ini mereka sedang ada di kamar Kyra. Leta sedang menemani Kyra yang menggambar. Dalam gambaran Kyra, terlihat seperti seorang dengan rambut panjang dan mempunyai sayap. (ilustrasikan sendiri jika bocah kecil kalau menggambar itu bagaimana😂)Leta yang penasaran dengan gambaran Kyra mulai menanyakannya."Apa yang sedang kau gambar Kyra?" tanya Leta memperhatikan gambaran Kyra."Kyra sedang menggambar mamah," kata Kyra."Mamah? Kenapa menggambar mamah dengan sayap?" tanya Leta kembali."Kata oma, mama Kyra sedang tidur,
Jelita pergi dari rumah setelah dia memberi kata-kata kasar kepada Leta tadi. Dia akan ke rumah sakit, mengunjungi anaknya. Entah kenapa dia menjadi kepikiran tentang anaknya.Dia pergi diantarkan sopir pribadinya. Meskipun sepenuhnya bukan dia yang memegang kendali rumah itu, tapi dia merasa mempunyai hak atas rumah itu.Dari dulu dia memang berniat menguasai harta adiknya itu. Farzan adalah satu-satunya anak lelaki di keluarganya. Maka dari itu dulu dia mendapat warisan dari ayahnya sangat besar, berbeda dengan saudarinya yang lain. Nurma, adik Farzan itu menerimanya karena dia memiliki usaha sendiri dan terbilang cukup sukses. Tapi tidak dengan Jelita, dia sangat iri kenapa ayahnya dulu tidak adil kepadanya.Akhirnya dia merencanakan pembunuhan kepada Farzan. Entah apa yang dilakukannya, yang membuat Farzan mengalami serangan jantung mendadak dan mengakibatkannya meninggal.Dia berniat memasuki rumah Farzan dan akan menghasut putranya, Aksa. Tapi kematian
Aska baru saja selesai mandi. Saat ini dia sedang duduk santai di balkon kamarnya. Menikmati matahari sore yang mulai menghangat, bahkan sinarnya perlahan menghilang di balik pepohonan.Dia tersenyum ketika teringat kejadian tadi, entah kenapa sejak dia bertemu Leta dia sering memikirkannya. Tangis Leta yang seperti terlihat sangat rapuh. Senyuman Leta yang begitu manis, bahkan kepolosan Leta saat tertidur tadi menghantui pikiran Aksa.Tak mau memikirkannya lagi, akhirnya Aksa beranjak dari duduknya. Berjalan keluar kamar lalu menuruni tangga hendak ke kamar putrinya.Aksa membuka pintu perlahan dan ternyata pemandangan saat tadi Aksa ke sini masih terlihat. Putrinya masih tertidur dengan Leta.Karena hari sudah sore, Aksa terpaksa membangunkan putrinya. Dia berniat mengajak putrinya untuk jalan-jalan malam ini.Dia duduk perlahan di samping ranjang kosong sebelah putrinya itu, mengusap perlahan kepala putrinya berusaha membangunkannya."Kyra, ban
Hari ini Leta tengah menemani Kyra belajar. Ternyata selama 3 kali dalam seminggu akan datang seorang guru ke sini untuk mengajari Kyra.Aksa sengaja tak menyekolahkan Kyra ke tempat umum karena tak ada yang menjaga Kyra. Saat pendaftaran sekolah kemarin Kyra belum memiliki baby sitter, akibatnya Aksa menyuruh Kyra Home Schooling untuk sementara.Leta senantiasa menemani Kyra, bahkan saat Kyra ngambek tidak ingin belajar Leta bisa membujuknya. Dan di sinilah mereka, berada di taman rumah ini. Karena Kyra tidak ingin belajar di dalam.Melihat Kyra yang mendapat semangat kembali untuk belajar, Aletha meninggalkan mereka. Berjalan menuju dapur hendak membuatkan jus agar Kyra merasa segar.Di dapur sedang sepi, mungkin bibinya sedang mengerjakan pekerjaan yang lain. Leta bergerak membuka tempat penyimpanan. Mencari jeruk dan segera membuatnya menjadi minuman. Ditambah dengan potongan-potongan kecil es batu.Leta kembali ke tempat tadi sambil membawa nampan
Dokter keluar dari ruangan UGD dan langsung disambut Aksa. "Bagaimana, apa lukanya parah? Apa terkena infeksi?" tanya Aksa.Dokter itu tersenyum memandang Aksa. "Tidak apa-apa Tuan, lukanya sudah kami jahit. Meskipun sedikit telat ditangani tapi tidak membuat itu infeksi. Tapi tadi lukanya membengkak, jadi tolong jangan dibiarkan beraktifitas yang berat dulu," ucap dokter itu lalu pamit dan pergi meninggalkan Aksa.Aksa mengangguk, dia akan menyuruh Leta untuk tidak mengurusi Kyra sementara. Dia menoleh ketika pintu itu terbuka kembali dan melihat Leta berjalan keluar. Tangannya tidak diperban melingkar seperti tadi, tapi hanya tertutup pada bagian yang dijahit saja."Apa masih sakit?" tanya Aksa berjalan mendekati Leta."Tidak, dokter memberikan obat bius pada tanganku tadi. Mungkin nanti malam akan terasa ngilu," ucap Leta meringis membayangkan betapa sakit lukanya nanti jika bius itu menghilang.Aksa yang melihat itu menjadi iba pada Leta. "Ayo, kita
*8 tahun kemudian."Papa pulang..."3 anak yang sedang bermain itu menoleh. Melihat papanya yang merentangkan tangan dari arah pintu, membuat Kyra dan juga Reyna berlari ke arah Aksa. 2 gadis kecil beda usia itu memeluk papa mereka dengan erat. Memang, sudah 2 hari mereka tak bertemu karena papanya itu ada bisnis di luar kota.Aksa mengecup pipi Kyra dan Reyna bergantian. Setelahnya, pandangannya beralih pada Raydin yang masih duduk membaca buku. Aksa mendekat ke arah anak lelaki satu-satunya itu."Raydin." panggil Aksa.Anak lelaki itu langsung menoleh dan menatap ke arah papanya. "Ya, Papa.""Kenapa kau tidak memeluk Papa seperti yang lain, kau tidak merindukan Papa?" tanya Aksa."Rindu," ucap Raydin sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Tapi kita sama-sama lelaki ayah, aku tak mau memelukmu."Aksa yang mendengar ini merasa tercengang. Bagaimana bisa anak yang berumur 8 tahun ini berbicara seperti ini? Entah Aksa harus terke
Leta sedang menyirami taman ketika Aksa mendekat. Suaminya itu mengecup wajahnya berkali-kali sebelum pamit pergi ke kantor. Hari demi hari terlewati begitu saja. Kandungan Leta sudah berusia 9 bulan. Kini dirinya sedang menanti kehadiran sang buah hatinya. Tangan Leta yang terbebas dari selang mengelus perutnya dengan lembut, Leta bahkan terdengar bernyanyi di sela-sela kegiatannya itu. "Mama." Kyra berlari menghampirinya, tak ingin membuat anaknya kotor karena sudah rapi, Leta mematikan kran airnya. Dia tersenyum pada putrinya yang memeluk dirinya. "Kakak Kyra berangkat sekolah dulu ya baby twins. Jangan nakal sama mama, dada.." Hanya sebatas itu, dan Kyra kembali berlari menghampiri Rossa yang sudah menunggunya. Leta hanya menatap Kyra dan menggelengkan kepalanya. Dia sangat senang karena Kyra terlihat menyayangi calon adiknya. Akhirnya Leta kembali dengan aktivitasnya lagi. Entah mengapa hari ini Leta sangat bersemangat. Di
"Papa... Kyra ikut..."Niat hati hanya ingin mengajak sang istri, kini Aksa hanya bisa menghembuskan nafas kasar ketika Kyra merengek ingin ikut.Gadis kecil itu tak sengaja memergoki kedua orang tuanya yang bersiap-siap ingin pergi. Tak ingin ditinggalkan, akhirnya dia mengeluarkan jurus merengeknya agar dirinya bisa ikut."Papa."Kyra kembali berucap ketika dirinya tak direspon, gadis kecil itu mendekati Aksa dan menggoyang-goyangkan lengan Aksa. Tatapan matanya yang terlihat sangat imut tak kuasa menahan Aksa. Akhirnya lelaki itu mengangguk dan tersenyum pada putrinya."Yeay...," sorak Kyra senang."Sekarang segera bersiap-siap... Minta kakak Rossa untuk ikut juga ya." pinta Aksa.Kyra langsung melaksanakan perintah papanya. Dia terlihat senang, bahkan saat turun dia terlihat bernyanyi, menirukan lagu anak-anak.Akhirnya, Farrel juga ikut mengantarkan mereka. Itu karena Aksa tak tega jika Rossa harus menemani Kyra send
"Aksa.""Hem." Aksa langsung menoleh ketika Leta memegang pundaknya, wanita itu menatapnya dengan pandangan rumit membuat Aksa menjadi heran."Aku ingin tahu keadaan Zeline." lirih Leta."Sudah kukatakan Leta, jangan ungkit lagi wanita itu. Kenapa kau begitu keras kepala." gerutu Aksa.Leta tampak menghela nafas, susah sekali meminta hal ini pada suaminya. Dia sudah berkali-kali membahas ini, tapi Aksa langsung menghindarinya. Kini Leta tak membiarkan hal itu terjadi, dia mengunci ruang kerja Aksa dan menyembunyikan kuncinya."Aku mohon, ini yang terakhir. Aku ingin melihat keadaannya." kata Leta."Kau terlalu baik Leta, kau bahkan tetap memaafkan wanita itu meskipun kau selalu dibuat menderita olehnya." Aksa tampak menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Baiklah, tapi janji ini yang terakhir. Dan jangan ungkit masalah wanita itu lagi di depanku."Leta tersenyum manis, dia bahkan langsung memutar kursi Aksa ke arahnya. Dengan cepa
WARNING, area dewasa!!! Harap bijak memilah sebuah cerita.Entah mengapa jantung Aksa menjadi berdebar ketika melihat gunung kembar Leta sedikit terbuka. Dia memang sedang membantu Leta melepaskan gaunnya agar dia bisa bisa tertidur nyaman.Tapi sepertinya sekarang dia malah terjebak. Hasratnya tiba-tiba menjadi naik, dan dia tidak tahan. Aksa menggoda Leta, mencoba mengecupi pipi, bibir, leher dan dada atas Leta.Tak ayal karena itu Leta menjadi terusik dari tidurnya. Dia membuka matanya perlahan dan langsung kaget melihat Aksa ada di atas tubuhnya."Aksa, apa yang kau lakukan?""Aku menginginkanmu Leta."Leta tak sempat berucap lagi ketika Aksa dengan cepat membungkam bibirnya. Lelaki itu melumatnya dengan lembut, memberikan permainan yang cukup lama sampai Leta benar- benar terbuai.Tangan Leta langsung merangkul ke leher Aksa, dia memejamkan matanya dan menikmati ciuman Aksa.Aksa yang mendapat respon ini segera menur
Guan itu melekat pas di tubuh Leta. Perutnya yang membuncit tak menghalangi kecantikannya malam ini. Wanita itu bahkan terlihat sangat anggun. Kalung permata yang digunakannya senada dengan anting dan cincin yang terpasang di jari manisnya. Rambutnya dicurly, sebagian dirapikan ke arah belakang. Leta benar-benar cantik malam ini."Kau siap?" Aksa tiba-tiba ada di belakang Leta dan memeluknya. Dia mengecup singkat pipi istrinya dan menatapnya lewat cermin."Aku sedikit gugup." Memang, baru kali ini Leta menghadiri pesta. Dan pesta kali ini bukan sembarang pesta. Aksa membuat perayaan kehamilan Leta yang menginjak 7 bulan. Dia bahkan mengundang seluruh karyawannya untuk hadir, tentunya dengan para kolega bisnisnya juga."Tak apa, aku akan ada di sisimu," ucap Aksa sambil tersenyum.Aksa lalu menggandeng tangan Leta untuk turun ke bawah. Di sana sudah ada Farrel dan Kyra yang menunggu. Sebagian orang bahkan sudah berangkat duluan ke kantor Aksa.
Kabar bahagia itu disambut baik oleh Prima dan Gandhi, mereka tak menyangka jika selama ini anaknya, Farrel menyukai seseorang yang dekat dengan mereka. Mereka sudah bekerja bersama selama 5 tahun terakhir, cukup tahu dengan bagaimana sikap Rossa selama ini.Leta juga ikut bahagia, bahkan Aksa menjanjikan akan mengurusi semua keperluan pernikahan mereka. Tapi Farrel bilang jika mereka belum terburu-buru untuk hal itu.Aksa sedang di kantor saat ini, kebetulan Leta datang mengantarkan makan siang untuknya. Sejak kehamilannya memasuki trimester kedua, Leta memang selalu ingin dekat dengan suaminya.Hal itu tak membuat Aksa terganggu, dia malah senang acapkali Leta menemani dirinya di kantor. Meskipun kadang wanita itu suka merengek dan meminta hal yang cukup aneh bagi Aksa.Tok.. Tok... Tok...Aksa menoleh ke arah pintu, dia melihat Vino yang berjalan masuk sambil membawa map di tangannya."Tuan, ini berkas yang perlu Anda tanda tangani.
"Kau ingin anak laki-laki atau perempuan sayang?" tanya Aksa mendongak menatap Leta. Saat ini dia sedang tidur di paha Leta, menatap perut Leta dan sesekali menciuminya."Laki-laki atau perempuan sama saja. Yang terpenting mereka sehat dan lahir dengan selamat." jawab Leta.Aksa tersenyum, dia mengusap lagi perut istrinya itu. Meskipun baru menginjak 3 bulan, perut Leta memang sudah terlihat membuncit. Mungkin itu efek dari bayi kembar yang dikandungnya."Bisakah kita tidur, aku lelah." Leta menutup buku yang sedang dibacanya, dia lalu meletakkan buku tersebut di nakas. Tatapan matanya terlihat sayu, Aksa yang melihat hal itu langsung duduk dan membiarkan istrinya berbaring."Tidurlah, aku akan memelukmu sampai pagi."Leta tersenyum, dia mendekatkan lagi tubuhnya pada Aksa. Menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Aksa, tangannya juga memeluk tubuh Aksa seperti sebuah guling.~Kehamilan Leta tak membuat susah dirinya. Bahkan Leta terl
Ketika sampai di rumah sakit, Sam segera berlari menuju ruang UGD. Dia menanyakan pada seorang suster tentang pasien yang mengalami tabrak lari. Ternyata Zeline benar-benar di sana dan sedang ditangani oleh dokter. Hampir 1 jam akhirnya seorang dokter keluar dari sana. Sam yang melihat itu langsung mendekatinya. "Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Sam. "Anda keluarga pasien?" tanya Dokter dengan nametag Ridwan tersebut. "Tidak, saya temannya. Keluarganya ada di luar negeri semua," ucap Sam berbohong. "Kondisi pasien masih belum stabil, suster akan membawanya ke kamar rawat. Biarkan pasien beristirahat sampai kondisinya pulih." kata Dokter Ridwan. "Lalu... lalu bagaimana dengan bayinya?" tanya Sam dengan gugup. Dokter Ridwan tampak menghela nafas, dia menggeleng pelan menampilkan senyuman yang dipaksakan. "Maaf Tuan, kami sudah berusaha. Tapi takdir berkehendak lain, pasien mengalami keguguran." Sam mematung menden