Pagi-pagi sekali Aletha sudah bangun dari tidurnya. Setelah mencuci wajahnya dia keluar menuju dapur. Jam masih menunjukan setengah 5 pagi, dia membuka kulkas dan melihat bahan-bahan makanan yang ada di sana, akhirnya dia memutuskan untuk membuat nasi goreng dan telur dadar.
Bibi Prima keluar dari kamar dan bersiap untuk menuju rumah utama. Dia melihat Aletha yang berkutik di dapur akhirnya dia memutuskan untuk menghampiri Leta terlebih dulu.
“Kau memasak apa nak?“ tanya Bibinya.
“Eh Bibi, ini Leta membuatkan nasi goreng untuk sarapan,” kata Leta yang tengah mengorek nasi di dalam wajan di atas kompor itu.
“Baiklah, Bibi akan ke rumah utama dulu. Setelah selesai kau harus siap-siap ya. Nona Kyra biasanya bangun jam 6 pagi,” kata Bibinya hendak pergi meninggalkan Aletha.
“Bibi tidak sarapan terlebih dahulu?" tanya Aletha.
“Nanti saja, Bibi sudah kesiangan.” kata Bibinya.
Aletha hanya tersenyum mendengar jawaban dari bibinya. Dia menyelesaikan urusannya di dapur. Setelahnya dia menghidangkannya di meja dan di tutup tudung saji. Nanti biar pamannya dan Farrel bangun bisa langsung memakannya.
Leta kembali ke kamarnya dan segera mandi. Dia harus cepat, karena kata bibinya sebentar lagi nona yang akan menjadi majikannya itu akan segera bangun. Leta bergegas bersiap-siap lalu pergi menuju ke rumah utama untuk memulai pekerjaan barunya.
Leta keluar dari rumah bibinya dan sekarang sedang berjalan ke arah rumah utama. Semalam saat berbincang-bincang dengan bibinya, Leta diberitahu jika bibinya bekerja sebagai koki di rumah utama dan memaksakan untuk pegawai yang bekerja di sana juga.
Di sana sudah ada 2 orang yang bekerja sebagai art. Pamanya sendiri di sini sebagai tukang kebun, dan Farrel anak dari bibinya bertugas sebagai sopir yang biasanya mengantarkan tuan Aksa.
Leta sendiri akan menjadi baby sitter untuk nona Kyra, anak dari Aksa. Selama ini baby sitter Kyra selalu berganti-ganti karena tidak tahan dengan nyonya Jelita atau bibinya Aksa.
Bibinya Aksa itu selalu saja menyuruh harus ini dan itu pada baby sitternya Kyra, membuat sebagian besar dari mereka tidak betah. Terhitung sudah banyak yang keluar masuk dari sini hanya menjadi baby sitter Kyra.
Leta juga dinasehati, agar nanti menjadi sabar saat menghadapi nyonya Jelita. Obrolan mereka semalam masih membekas dalam ingatan Leta. Dia juga bertemu dengan Farrel dan pamannya semalam. Banyak hal yang di perbincankan mereka.
Tanpa sadar, langkah Leta sudah sampai di dapur. Dia melihat bibinya sedang menyiapkan sarapan untuk majikannya. Dia berjalan mendekat ke arah bibinya.
“Bibi, emm.. Kamar nona Kyra di mana ya,“ tanya Leta sungkan karena melihat bibinya masih sibuk.
Bibinya yang mendengar itu pun menghentikan aktifitasnya. Dia melihat Leta, tersenyum dan berkata. “Kau lurus saja dari sini. Nanti jika bertemu ruang santai yang di bawah tangga itu, kau belok kanan. Cari pintu bercat biru dengan tulisan di depannya, ada nama princes.”
“Baiklah Bi, terima kasih," ucap Leta tersenyum dan berjalan ke arah yang ditunjukan oleh bibinya tadi.
Saat sampai di bawah tangga dan dia akan berbelok, dia tak sengaja bertemu dengan Aksa.
Aksa berjalan menuruti tangga, saat sampai di anak tangga terakhir dia tak sengaja melihat Aletha.
Leta pun menunduk dan mengucapkan. “Selamat pagi Tuan.”
“Hmm.” kata Aksa singkat. “Kau mau ke kamar Kyra?“ tanya Aksa.
“Iya Tuan,“ jawab Leta
“Baiklah, ayo bareng. Aku juga akan ke sana, “ kata Aksa berjalan duluan di depan Leta.
“Eh,” Leta kaget dan mendongakkan kepala. Melihat Aksa yang sudah berjalan di depannya. Leta pun mengikutinya.
Sesampainya di depan pintu bercat biru, ada sebuah gantungan nama yang tertempel di pintu, di sana bertuliskan Princess Kyra, Leta melihat Aksa membuka pintu dan masuk ke dalam, dia pun mengikutinya.
Aletha segera menuju ke kamar mandi dan membersihkan kamar mandi, dia juga menyiapkan air hangat untuk nonanya itu mandi. Setelahnya dia keluar, mengambil pakaian yang berserakan dan membawanya ke keranjang pakaian kotor. Tak lupa dia membersihkan mainan-mainan yang berserakan, sambil mendengar obrolan majikannya itu bersama putrinya.
“Hai sweet heart, bangun sudah pagi. Apa putri papa ini ingin menjadi putri tidur?“ kata Aksa pelan sambil mengelus-elus kepala putrinya berharap akan bangun.
Tapi yang dibangunkan hanya menggeliat dan kembali melanjutkan tidur.
Aksa yang melihat itu menjadi gemas, dia menggelitiki perut anaknya itu.
“Ahaha ha ha, Papa geli, Papa,” kata Kyra yang langsung bangun dan terduduk dengan mata yang masih sayup.
“Ayo bangun, dan segera mandi. Putri papa bau, kalau ingin menjadi princes harus wangi dan bersih,” kata Aksa sambil tersenyum pada Kyra.
Leta yang melihat keakrapan itu merasa senang.
Tiba-tiba Aksa berdiri dan menatap ke arah Leta. “Tolong bantu Kyra untuk bersiap, aku tunggu di ruang makan.“ kata Aksa lalu berjalan keluar setelah mengecup kening putrinya.
“Halo tuan putri, waktunya mandi,“ kata Leta lembut mendekati Kyra
"Kakak yang kemarin bersama papa?" tanya Kyra.
"Ya, dan kau boleh memanggilku kakak Leta, kakak akan menjadi baby switter untuk Kyra," ucap Leta tersenyum.
“Em apa kakak yang akan menemani Kyra mulai sekarang?“ kata Kyra masih dengan suara serak khas bangun tidur.
“Ya, kakak akan menjadi pengawal untuk tuan putri,” kata Leta tersenyum memandang Kyra.
“kakak tidak akan meninggalkan Kyra seperti kakak sitter yang lain kan?“ tanya Kyra lagi.
Leta hanya terdiam, sambil mengingat pembicaraan bibinya tadi malam. Bahwa sudah banyak baby sitter yang berganti-ganti untuk membantu merawat Kyra. Akhirnya Leta pun tersenyum lagi ke arah Kyra dan mengelus kepalanya.
“Kakak janji tidak akan meninggalkan Kyra," kata Aletha. “Kita bisa berjanji kelingking, agar Kyra percaya kalau kakak tidak berbohong.“ imbuhnya.
Kyra yang mendengar itu pun tersenyum dan mengarahkan kelingkingnya di hadapan Leta. Leta yang melihat itu langsung menautkan kelingkingnya ke jari Kyra.
“Janji?“ kata Kyra.
“Kakak Janji,” ucap Aletha.
Kyra yang merasa senang itu langsung memeluk Leta. Dan berlompat-lompat kecil di dalam pelukan itu.
“Baiklah, sekarang waktunya mandi. Kau dengar kata papamu? Princes harus bersih dan wangi,“ kata Aletha menggoda Kyra.
Kyra hanya tertawa dan segera turun dari ranjangnya, berlari kearah kamar mandi. Leta menyusul kemudian.
Setengah jam membantu Kyra bersiap-siap, setelah selesai Leta mengajak Kyra ke ruang makan karena sudah ditunggu papanya tadi. Mereka berjalan beriringan dengan Kyra yang menggandeng tangan Leta.
Sesampainya di ruang makan, di sana dia melihat Aksa dan satu wanita setengah baya duduk di depan Aksa. Wanita itu melihatnya dengan tatapan yang rumit, menurut Leta.
“Papa,” Kyra melepaskan genggaman tangannya pada Leta dan berjalan ke arah Aksa.
“Hai sayang, kau sudah wangi,“ kata Aksa menggendong Kyra dan memangkunya. Mencium puncak kepala Kyra dan menggesek-gesekan hidungnya pada rambut Kyra.
Kyra yang mendapat perlakuan itu tertawa, tapi setelahnya dia cemberut. “Papa jangan mengacak-ngacak rambut Kyra, “
“Baiklah-baiklah. Sekarang duduk dan makan sarapanmu,“ kata Aksa menggendong Kyra dan meletakkannya di bangku sebelahnya.
“Pagi Oma,“ kata Kyra pada wanita yang ada di depan Aksa tadi.
“Pagi sayang,“ jawab wanita paruh baya itu seadanya.
Mereka memakan sarapan mereka, sesekali Kyra mengoceh tentang mainan-mainan baru yang dimilikinya. Aksa senantiasa mendengarkannya.
Setelah sarapan selesai, Aksa berdiri dan mencium pipi anaknya. “Papa berangkat dulu ya, akhir pekan nanti kita jalan-jalan, “
"Benarkah?" tanya Kyra.
Aksa hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum.
“Yey.. Hati-hati papa.” ucap Kyra senang, karena dijanjikan jalan-jalan oleh papanya.
Setelahnya Aksa berjalan meninggalkan ruang makan. Dia sempat melirik sekilas Aletha yang berdiri di belakang Kyra.
Keadaan seketika hening. Kyra masih memakan sarapannya, dan Leta masih setia berdiri di belakang Kyra.
“Selalu ingatkan Kyra tentang mamanya,“ kata wanita itu menatap dingin ke arah Leta, dan berjalan meninggalkannya.
Leta yang mendengar itu sedikit bingung, apa yang di maksud oleh nyonyanya itu? Kenapa harus mengingatkan. Memangnya ke mana mama Kyra. Karena Leta belum diceritakan oleh bibinya tentang hal ini.
~
Gimana readers, masih setia kan? Ikuti terus ya.. 💋💋
Sinokmput
Aletha menemani Kyra seharian ini. Kyra mengajak Leta berkeliling rumahnya. Dari kolam renang, taman bunga, taman bermain untuknya hingga sebuah ruangan khusus bermain untuknya juga ada.Dengan semangatnya Kyra bercerita pada baby siter barunya itu. Kyra adalah gadis kecil yang energik, suka bercerita dan hobby menggambar. Bahkan di ruangan khusus bermainnya, disediakan alat-alat melukis agar Kyra dapat leluasa menggambar.Saat ini mereka sedang ada di kamar Kyra. Leta sedang menemani Kyra yang menggambar. Dalam gambaran Kyra, terlihat seperti seorang dengan rambut panjang dan mempunyai sayap. (ilustrasikan sendiri jika bocah kecil kalau menggambar itu bagaimana😂)Leta yang penasaran dengan gambaran Kyra mulai menanyakannya."Apa yang sedang kau gambar Kyra?" tanya Leta memperhatikan gambaran Kyra."Kyra sedang menggambar mamah," kata Kyra."Mamah? Kenapa menggambar mamah dengan sayap?" tanya Leta kembali."Kata oma, mama Kyra sedang tidur,
Jelita pergi dari rumah setelah dia memberi kata-kata kasar kepada Leta tadi. Dia akan ke rumah sakit, mengunjungi anaknya. Entah kenapa dia menjadi kepikiran tentang anaknya.Dia pergi diantarkan sopir pribadinya. Meskipun sepenuhnya bukan dia yang memegang kendali rumah itu, tapi dia merasa mempunyai hak atas rumah itu.Dari dulu dia memang berniat menguasai harta adiknya itu. Farzan adalah satu-satunya anak lelaki di keluarganya. Maka dari itu dulu dia mendapat warisan dari ayahnya sangat besar, berbeda dengan saudarinya yang lain. Nurma, adik Farzan itu menerimanya karena dia memiliki usaha sendiri dan terbilang cukup sukses. Tapi tidak dengan Jelita, dia sangat iri kenapa ayahnya dulu tidak adil kepadanya.Akhirnya dia merencanakan pembunuhan kepada Farzan. Entah apa yang dilakukannya, yang membuat Farzan mengalami serangan jantung mendadak dan mengakibatkannya meninggal.Dia berniat memasuki rumah Farzan dan akan menghasut putranya, Aksa. Tapi kematian
Aska baru saja selesai mandi. Saat ini dia sedang duduk santai di balkon kamarnya. Menikmati matahari sore yang mulai menghangat, bahkan sinarnya perlahan menghilang di balik pepohonan.Dia tersenyum ketika teringat kejadian tadi, entah kenapa sejak dia bertemu Leta dia sering memikirkannya. Tangis Leta yang seperti terlihat sangat rapuh. Senyuman Leta yang begitu manis, bahkan kepolosan Leta saat tertidur tadi menghantui pikiran Aksa.Tak mau memikirkannya lagi, akhirnya Aksa beranjak dari duduknya. Berjalan keluar kamar lalu menuruni tangga hendak ke kamar putrinya.Aksa membuka pintu perlahan dan ternyata pemandangan saat tadi Aksa ke sini masih terlihat. Putrinya masih tertidur dengan Leta.Karena hari sudah sore, Aksa terpaksa membangunkan putrinya. Dia berniat mengajak putrinya untuk jalan-jalan malam ini.Dia duduk perlahan di samping ranjang kosong sebelah putrinya itu, mengusap perlahan kepala putrinya berusaha membangunkannya."Kyra, ban
Hari ini Leta tengah menemani Kyra belajar. Ternyata selama 3 kali dalam seminggu akan datang seorang guru ke sini untuk mengajari Kyra.Aksa sengaja tak menyekolahkan Kyra ke tempat umum karena tak ada yang menjaga Kyra. Saat pendaftaran sekolah kemarin Kyra belum memiliki baby sitter, akibatnya Aksa menyuruh Kyra Home Schooling untuk sementara.Leta senantiasa menemani Kyra, bahkan saat Kyra ngambek tidak ingin belajar Leta bisa membujuknya. Dan di sinilah mereka, berada di taman rumah ini. Karena Kyra tidak ingin belajar di dalam.Melihat Kyra yang mendapat semangat kembali untuk belajar, Aletha meninggalkan mereka. Berjalan menuju dapur hendak membuatkan jus agar Kyra merasa segar.Di dapur sedang sepi, mungkin bibinya sedang mengerjakan pekerjaan yang lain. Leta bergerak membuka tempat penyimpanan. Mencari jeruk dan segera membuatnya menjadi minuman. Ditambah dengan potongan-potongan kecil es batu.Leta kembali ke tempat tadi sambil membawa nampan
Dokter keluar dari ruangan UGD dan langsung disambut Aksa. "Bagaimana, apa lukanya parah? Apa terkena infeksi?" tanya Aksa.Dokter itu tersenyum memandang Aksa. "Tidak apa-apa Tuan, lukanya sudah kami jahit. Meskipun sedikit telat ditangani tapi tidak membuat itu infeksi. Tapi tadi lukanya membengkak, jadi tolong jangan dibiarkan beraktifitas yang berat dulu," ucap dokter itu lalu pamit dan pergi meninggalkan Aksa.Aksa mengangguk, dia akan menyuruh Leta untuk tidak mengurusi Kyra sementara. Dia menoleh ketika pintu itu terbuka kembali dan melihat Leta berjalan keluar. Tangannya tidak diperban melingkar seperti tadi, tapi hanya tertutup pada bagian yang dijahit saja."Apa masih sakit?" tanya Aksa berjalan mendekati Leta."Tidak, dokter memberikan obat bius pada tanganku tadi. Mungkin nanti malam akan terasa ngilu," ucap Leta meringis membayangkan betapa sakit lukanya nanti jika bius itu menghilang.Aksa yang melihat itu menjadi iba pada Leta. "Ayo, kita
Leta menyentuh bibirnya. Dia masih teringat dengan ciuman Aksa tadi, membuat dia tersenyum sendiri. Bahkan saat mengingatnya wajahnya bersemu merah. Dia menguburkan wajahnya di bantal. Entah mengapa jantungnya berdetak kencang.Tapi Leta juga sedih, dia tidak bisa memberikan jawaban pada Aksa. Karena jika dipikir, Aletha tak pantas bersanding dengan Aksa. Lelaki berpendidikan tinggi, punya usaha di mana-mana, rumah yang super besar dan ketampanan yang luar biasa.Sedangkan Leta? Dia hanyalah perempuan yang tak punya apa-apa, dia bahkan bekerja sebagai baby sitter, dia merasa tak pantas dicintai oleh Aksa. Tapi hati tak bisa berbohong, jauh di lubuk hatinya, Leta juga mempunyai perasaan kepada Aksa.Semakin memikirkannya semakin membuatnya sedih, dia mencoba melupakan. Selamanya dia tidak akan pantas untuk bersanding dengan Aksa.Leta lalu memejamkan matanya, membuang semua fikiran yang menggangggunya lalu sebisa mungkin tertidur.**Pagi ini Aksa
Meskipun mereka sedang menjalani hubungan. Tapi hubungan mereka tidak diketahui siapapun. Itu karena permintaan Leta. Dia belum siap jika nanti ada yang menghujatnya. Apalagi status Aksa masihlah suami orang.Mereka menjalaninya seperti biasa. Jika di depan orang mereka akan seperti majikan dan baby sitter, tapi jika di belakang mereka selalu memadu kasih.Meskipun kadang Leta menghindari, tapi kelakuan Aksa terkadang membuat dia geli. Karena Aksa terus-terusan membuat alasan agar Leta berada di sisinya.~Malam sudah sangat larut saat Aksa datang ke rumah belakang, mencari Leta dengan alasan Kyra sedang demam. Bibi Prima dan Leta yang mendengar itu langsung panik, bahkan bi Prima ingin ikut menyusul. Bagaimana pun, bi Prima sudah menganggap nonanya itu seperti cucunya. Dia juga merasa kasian setiap kali Kyra ditekan oleh neneknya.Tapi Aksa tak membiarkan hal itu terjadi, Aksa beralasan bahwa bibi Prima haruslah beristirahat. Leta yang mendengar itu juga
Aksa mengajak Kyra dan Leta pergi jalan-jalan, tadi pekerjaan dia selesai lebih cepat dan dia memutuskan untuk segera pulang untuk menemui dua pujaan hatinya.Saat ini mereka sedang berada di pasar malam, tidak seperti dulu saat Aksa bermain dengan Kyra dan Leta hanya mengikuti. Sekarang giliran Aksa lah yang mengikuti Kyra dan Leta yang bermain.Mereka sangat kompak, berjalan bergandengan tangan. Seperti seorang ibu dan anak. Aksa selalu tersenyum menikmati momen seperti ini.Kyra menggandeng tangan Leta menuju ke permainan komedi putar, mengajak Leta untuk ikut menaikinya juga.Leta menoleh ke arah Aksa yang memandangnya dengan senyuman, saat Aksa sudah mendekat, Leta meminta Aksa untuk membayar karcistnya. Setelahnya dia dan Kyra memasuki permainan itu.Kyra memilih untuk menaiki gajah, dan Leta duduk di sebelah Kyra menaiki kuda. Permainan pun diputar, setiap melewati Aksa, Leta dan Kyra akan melambaikan tangan.Aksa menunggu di bangku yang berad
*8 tahun kemudian."Papa pulang..."3 anak yang sedang bermain itu menoleh. Melihat papanya yang merentangkan tangan dari arah pintu, membuat Kyra dan juga Reyna berlari ke arah Aksa. 2 gadis kecil beda usia itu memeluk papa mereka dengan erat. Memang, sudah 2 hari mereka tak bertemu karena papanya itu ada bisnis di luar kota.Aksa mengecup pipi Kyra dan Reyna bergantian. Setelahnya, pandangannya beralih pada Raydin yang masih duduk membaca buku. Aksa mendekat ke arah anak lelaki satu-satunya itu."Raydin." panggil Aksa.Anak lelaki itu langsung menoleh dan menatap ke arah papanya. "Ya, Papa.""Kenapa kau tidak memeluk Papa seperti yang lain, kau tidak merindukan Papa?" tanya Aksa."Rindu," ucap Raydin sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Tapi kita sama-sama lelaki ayah, aku tak mau memelukmu."Aksa yang mendengar ini merasa tercengang. Bagaimana bisa anak yang berumur 8 tahun ini berbicara seperti ini? Entah Aksa harus terke
Leta sedang menyirami taman ketika Aksa mendekat. Suaminya itu mengecup wajahnya berkali-kali sebelum pamit pergi ke kantor. Hari demi hari terlewati begitu saja. Kandungan Leta sudah berusia 9 bulan. Kini dirinya sedang menanti kehadiran sang buah hatinya. Tangan Leta yang terbebas dari selang mengelus perutnya dengan lembut, Leta bahkan terdengar bernyanyi di sela-sela kegiatannya itu. "Mama." Kyra berlari menghampirinya, tak ingin membuat anaknya kotor karena sudah rapi, Leta mematikan kran airnya. Dia tersenyum pada putrinya yang memeluk dirinya. "Kakak Kyra berangkat sekolah dulu ya baby twins. Jangan nakal sama mama, dada.." Hanya sebatas itu, dan Kyra kembali berlari menghampiri Rossa yang sudah menunggunya. Leta hanya menatap Kyra dan menggelengkan kepalanya. Dia sangat senang karena Kyra terlihat menyayangi calon adiknya. Akhirnya Leta kembali dengan aktivitasnya lagi. Entah mengapa hari ini Leta sangat bersemangat. Di
"Papa... Kyra ikut..."Niat hati hanya ingin mengajak sang istri, kini Aksa hanya bisa menghembuskan nafas kasar ketika Kyra merengek ingin ikut.Gadis kecil itu tak sengaja memergoki kedua orang tuanya yang bersiap-siap ingin pergi. Tak ingin ditinggalkan, akhirnya dia mengeluarkan jurus merengeknya agar dirinya bisa ikut."Papa."Kyra kembali berucap ketika dirinya tak direspon, gadis kecil itu mendekati Aksa dan menggoyang-goyangkan lengan Aksa. Tatapan matanya yang terlihat sangat imut tak kuasa menahan Aksa. Akhirnya lelaki itu mengangguk dan tersenyum pada putrinya."Yeay...," sorak Kyra senang."Sekarang segera bersiap-siap... Minta kakak Rossa untuk ikut juga ya." pinta Aksa.Kyra langsung melaksanakan perintah papanya. Dia terlihat senang, bahkan saat turun dia terlihat bernyanyi, menirukan lagu anak-anak.Akhirnya, Farrel juga ikut mengantarkan mereka. Itu karena Aksa tak tega jika Rossa harus menemani Kyra send
"Aksa.""Hem." Aksa langsung menoleh ketika Leta memegang pundaknya, wanita itu menatapnya dengan pandangan rumit membuat Aksa menjadi heran."Aku ingin tahu keadaan Zeline." lirih Leta."Sudah kukatakan Leta, jangan ungkit lagi wanita itu. Kenapa kau begitu keras kepala." gerutu Aksa.Leta tampak menghela nafas, susah sekali meminta hal ini pada suaminya. Dia sudah berkali-kali membahas ini, tapi Aksa langsung menghindarinya. Kini Leta tak membiarkan hal itu terjadi, dia mengunci ruang kerja Aksa dan menyembunyikan kuncinya."Aku mohon, ini yang terakhir. Aku ingin melihat keadaannya." kata Leta."Kau terlalu baik Leta, kau bahkan tetap memaafkan wanita itu meskipun kau selalu dibuat menderita olehnya." Aksa tampak menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Baiklah, tapi janji ini yang terakhir. Dan jangan ungkit masalah wanita itu lagi di depanku."Leta tersenyum manis, dia bahkan langsung memutar kursi Aksa ke arahnya. Dengan cepa
WARNING, area dewasa!!! Harap bijak memilah sebuah cerita.Entah mengapa jantung Aksa menjadi berdebar ketika melihat gunung kembar Leta sedikit terbuka. Dia memang sedang membantu Leta melepaskan gaunnya agar dia bisa bisa tertidur nyaman.Tapi sepertinya sekarang dia malah terjebak. Hasratnya tiba-tiba menjadi naik, dan dia tidak tahan. Aksa menggoda Leta, mencoba mengecupi pipi, bibir, leher dan dada atas Leta.Tak ayal karena itu Leta menjadi terusik dari tidurnya. Dia membuka matanya perlahan dan langsung kaget melihat Aksa ada di atas tubuhnya."Aksa, apa yang kau lakukan?""Aku menginginkanmu Leta."Leta tak sempat berucap lagi ketika Aksa dengan cepat membungkam bibirnya. Lelaki itu melumatnya dengan lembut, memberikan permainan yang cukup lama sampai Leta benar- benar terbuai.Tangan Leta langsung merangkul ke leher Aksa, dia memejamkan matanya dan menikmati ciuman Aksa.Aksa yang mendapat respon ini segera menur
Guan itu melekat pas di tubuh Leta. Perutnya yang membuncit tak menghalangi kecantikannya malam ini. Wanita itu bahkan terlihat sangat anggun. Kalung permata yang digunakannya senada dengan anting dan cincin yang terpasang di jari manisnya. Rambutnya dicurly, sebagian dirapikan ke arah belakang. Leta benar-benar cantik malam ini."Kau siap?" Aksa tiba-tiba ada di belakang Leta dan memeluknya. Dia mengecup singkat pipi istrinya dan menatapnya lewat cermin."Aku sedikit gugup." Memang, baru kali ini Leta menghadiri pesta. Dan pesta kali ini bukan sembarang pesta. Aksa membuat perayaan kehamilan Leta yang menginjak 7 bulan. Dia bahkan mengundang seluruh karyawannya untuk hadir, tentunya dengan para kolega bisnisnya juga."Tak apa, aku akan ada di sisimu," ucap Aksa sambil tersenyum.Aksa lalu menggandeng tangan Leta untuk turun ke bawah. Di sana sudah ada Farrel dan Kyra yang menunggu. Sebagian orang bahkan sudah berangkat duluan ke kantor Aksa.
Kabar bahagia itu disambut baik oleh Prima dan Gandhi, mereka tak menyangka jika selama ini anaknya, Farrel menyukai seseorang yang dekat dengan mereka. Mereka sudah bekerja bersama selama 5 tahun terakhir, cukup tahu dengan bagaimana sikap Rossa selama ini.Leta juga ikut bahagia, bahkan Aksa menjanjikan akan mengurusi semua keperluan pernikahan mereka. Tapi Farrel bilang jika mereka belum terburu-buru untuk hal itu.Aksa sedang di kantor saat ini, kebetulan Leta datang mengantarkan makan siang untuknya. Sejak kehamilannya memasuki trimester kedua, Leta memang selalu ingin dekat dengan suaminya.Hal itu tak membuat Aksa terganggu, dia malah senang acapkali Leta menemani dirinya di kantor. Meskipun kadang wanita itu suka merengek dan meminta hal yang cukup aneh bagi Aksa.Tok.. Tok... Tok...Aksa menoleh ke arah pintu, dia melihat Vino yang berjalan masuk sambil membawa map di tangannya."Tuan, ini berkas yang perlu Anda tanda tangani.
"Kau ingin anak laki-laki atau perempuan sayang?" tanya Aksa mendongak menatap Leta. Saat ini dia sedang tidur di paha Leta, menatap perut Leta dan sesekali menciuminya."Laki-laki atau perempuan sama saja. Yang terpenting mereka sehat dan lahir dengan selamat." jawab Leta.Aksa tersenyum, dia mengusap lagi perut istrinya itu. Meskipun baru menginjak 3 bulan, perut Leta memang sudah terlihat membuncit. Mungkin itu efek dari bayi kembar yang dikandungnya."Bisakah kita tidur, aku lelah." Leta menutup buku yang sedang dibacanya, dia lalu meletakkan buku tersebut di nakas. Tatapan matanya terlihat sayu, Aksa yang melihat hal itu langsung duduk dan membiarkan istrinya berbaring."Tidurlah, aku akan memelukmu sampai pagi."Leta tersenyum, dia mendekatkan lagi tubuhnya pada Aksa. Menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Aksa, tangannya juga memeluk tubuh Aksa seperti sebuah guling.~Kehamilan Leta tak membuat susah dirinya. Bahkan Leta terl
Ketika sampai di rumah sakit, Sam segera berlari menuju ruang UGD. Dia menanyakan pada seorang suster tentang pasien yang mengalami tabrak lari. Ternyata Zeline benar-benar di sana dan sedang ditangani oleh dokter. Hampir 1 jam akhirnya seorang dokter keluar dari sana. Sam yang melihat itu langsung mendekatinya. "Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Sam. "Anda keluarga pasien?" tanya Dokter dengan nametag Ridwan tersebut. "Tidak, saya temannya. Keluarganya ada di luar negeri semua," ucap Sam berbohong. "Kondisi pasien masih belum stabil, suster akan membawanya ke kamar rawat. Biarkan pasien beristirahat sampai kondisinya pulih." kata Dokter Ridwan. "Lalu... lalu bagaimana dengan bayinya?" tanya Sam dengan gugup. Dokter Ridwan tampak menghela nafas, dia menggeleng pelan menampilkan senyuman yang dipaksakan. "Maaf Tuan, kami sudah berusaha. Tapi takdir berkehendak lain, pasien mengalami keguguran." Sam mematung menden