Antara Aku, Suami, dan Maduku – 46“Percayalah, Esha … tidak ada yang tidak mungkin selagi kita tak pernah berhenti berusaha. Dan aku kemari karena aku hendak menyampaikan bahwa kondisi ibu mertuamu sudah membaik. Mari kita temui dia. Jangan sampai dia menunggu terlalu lama,” ujar dokter Haris dengan penuh kelembutan. “Sungguh, dok? Mama sudah sadarkan diri?” Dokter Haris mengangguk cepat, dan membentangkan tangan kanannya guna mempersilahkan Esha untuk segera pergi. Tak ketinggalan, senyum manis yang kiranya masih merekah indah di sudut bibirnya meski itu hanya beberapa detik saja. Sementara Esha juga tak bisa berkata banyak. Selain memang suasana menjadi canggung, Esha juga enggan bertanya lebih jauh. Keterangan dari Dokter Haris sudah cukup untuk membawanya khawatir dan cemas dengan keadaan sang Ibu mertuanya sehingga Raline segera bergegas untuk pergi.Padahal, pada dasarnya Esha masih begitu penasaran dengan apa yang bisa ia peroleh dari diskusinya bersama dengan dokter Haris,
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 46“Jangankan untuk mengurus saya sakit, hal mudah yang hanya sekedar memberikan saya cucu pun dia tidak bisa. Lalu apa yang harus saya harapkan dari dia dokter?”Mama Lidya memang keras. Dari sorot matanya pun sudah sangat jelas terlihat. Yang semula terkesan bodoamat dan enggan berbicara banyak karena Esha, kini mama Lidya justru terkesan bersikukuh menjelaskan semua rasa kesal dan bencinya dia terhadap sang menantu tertuanya.Jujur, dokter Haris pun sempat terkejut barang sebentar mendengar penuturan mama Lidya yang seperti itu. Namun, karena memang dokter Haris sudah tahu sebelumnya bagaimana sifat dan watak keluarga Bram, maka dokter Haris menanggapinya dengan santai. “Maaf … menurut saya, apa yang Anda bicarakan sudah sangat keterlaluan. Bukankah ini tidak pantas untuk di dengar?” ujar dokter Haris sembari menarik senyum simpul di wajahnya.Bukannya mengalah dan menyadari kekhilafan dari ucapannya, mama Lidya justru semakin menjadi – jadi. Kedua
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 48“Kalau kamu memang tidak bisa mengurus perusahaan dan tidak pernah ada di lokasi perusahaan seperti ini, aku akan mengambil alih perusahaan ini!” ujar Alysa setengah memekik seperti orang yang memang setengah memaksa. “Bicara apa kamu, Alysa? Jangan mengatakan hal – hal yang bisa membuatku marah. Kamu pikir kamu siapa? dan jangan bicara omomg kosong ya, saya ini selalu di kantor. baru kali ini saya pergi keluar itupun karena panggilan dari Mas Bram,” balas Esha yang tak mau kalah. “Ya sudah kalau kamu masih akan tetap bersikukuh seperti itu. Tunggu saja perusahaan ini akan jatuh ke tanganku.”TUT!Panggilan Alysa untuk Esha telah berakhir. Padahal, Esha masih ingin mengatakan sesuatu yang mungkin sangat perlu untuk dia katakan.Esha belum bicara banyak. Ia juga tak lantas marah atau mengamuk tak karuan. Yang Esha lakukan saat ini masih diam berdiri sembari kembali mengingat ucapan Alysa.‘Kenapa … kenapa Alysa bisa – bisanya mengatakan hal semacam
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 49“Mulai besok aku yang akan gantikan mbak Esha disini. Yah, lebih tepatnya di ruangan ini.”Esha masih tak bisa percaya. Ekspresi wajahnya menunjukkan betapa ia sangat bingung dengan ucapan Alysa. “Hey. Saya tidak sedang bercanda. Kamu, jangan main – main dengan saya, Alysa. Sekarang kamu angkat kaki dari ruangan saya dan kantor saya. Saya tidak sedang berbicara dengan istri dari suamiku atau siapapun itu. Saat ini, kamu adalah orang lain bagi saya. Silahkan pergi!” Bukannya berhenti berulah dan keluar dari ruangan kerja Esha, Alysa justru semakin berani dan menjadi – jadi. Ia kini melipat kedua lengan panjangnya yang lentik itu ke depan dadanya sembari menatap tajam ke arah Esha.“Seharusnya kamu itu sadar diri mbak … kamu bukan siapa – siapa lagi di perusahaan ini. justru aku lah yang sebenarnya berhak untuk mengusir kamu dari sini. Bagaimana pun, perusahaan ini sudah menjadi milik aku, bukan milik kamu. Kamu lah yang menjadi orang asing di sini,
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 50“Mbak, aku beri tahu ya … aku melakukan ini juga karena izin dari mas Bram. jadi kalau mbak tidak terima atau ingin marah, silahkan mbak katakan saja pada suamimu itu mbak. Aku tidak akan bertindak kasar kalau kau bisa bekerja sama dengan aku. Kamu sendiri tahu kan mbak bagaimana sifat dan karakterku?” bisik Alysa di telinga Esha. Tak hanya itu, Alysa juga sempat menatam tajam ke arah Esha seolah ia memang tidak akan pernah takut pada seorang Esha. Alysa tidak akan pernah takut dengan siapapun itu sekalipun dia adalah Bram atau mama Lidya.Jujur saja, Esha benar – benar merasa seperti dikhianati oleh orang terdekatnya. Bukan seperti, memang nampaknya Bram dan Alysa sengaja melakukan ini pada Esha tanpa sepengetahuannya.Yang jelas untuk saat ini, Esha tidak mampu membendung bulir – bulir kristal bening yang mulai mengalir dari sudut pelupuk matanya itu. Meski tak banyak, tetap saja kedua pipi Esha nampak basah dan sembab.Maka dengan cepat, Esha men
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 51“Maaf ya, bu … kami sama sekali tidak bisa berbuat apa – apa. Dan ya, kami juga minta maaf karena mungkin tadi telah membuat ibu Esha tersinggung.”Di luar gedung perusahaan, kedua satpam yang sebelumnya Alysa minta untuk membawa keluar Esha secara paksa tidak pernah berhenti untuk meminta maaf kepada Esha. Entah, mereka sudah menganggap Esha bagian dari keluarga mereka juga. Mereka berdua sama sekali tak enak hati harus bersikap kasar kepada atasannya dahulu. Dan memang bagaimanapun keadaannya, Esha tetaplah pemimpin perusahaan yang terbaik di antara lainnya atau sebelum – sebelumnya.“Tak apa, Pak. Kalian kan hanya menjalankan tugas demi anak dan istri di rumah. lagipula, ini sudah menjadi bagian saya diperlakukan seperti ini.,” balas Esha yang kemudian ia tambah dnegan senyum simpul di wajahnya.“Ah, tapi bagaimanapun dia tidak pantas berbuat seperti itu.” “Betul, sudah seperti iblis saja. Kasar, dan jelek. Tak punya belas kasihan sama sekali…”
ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 52“Mulai besok kalian akan menjalani jam lembur. Dan mulai besok saya akan mulai memberlakukan semua hal dengan sikap tegas, tidak perduli siapa dia dan bagaimana keadaan dia!”Alysa tidak lagi memberikan kesempatan bagi siapapun dia untuk berbicara. Selesai Alysa memberikan perintah , ia lantas membalikkan tubuhnya dan berlalu pergi meninggalkan para pegawai lainnya tanpa kalimat penutup atau sekedar salam.Jangankan untuk mengucapkan salam, Alysa bahkan tidak melihat ke arah mereka. Ekspresi wajahnya nampak kesal dan penuh dengan amarah. Sehingga orang–orang yang melihatnya pun akan mengatakan hal yang serupa yakni ‘judes’.Pun seharusnya pukul segini para karywan sudah harus pulang. alysa tidak perduli. Pulang atau tidak ingin pulang pun bukan urusan dia. Alysa sudah mengatakan dengan jelas bahwa mereka harus lembur mulai besok.Jika hari ini mereka masih betah berada di kantor, ya Alysa tida peduli. Ia lantas menutup dan mengunci ruangannya lalu per
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 53“Kok … perasaanku tidak enak, ya?”Beberapa kali Esha sempat terbangun sebelum masuk waktu subuh. Esha memang sempat terkejut sesaat sebelum dirinya benar – benar sadar. Yang jelas, semalem Esha benar – benar bisa tertidur dengan tenang meski pikirannya saat ini pun sedang kacau. Sejak ia terbangun untuk yang pertama kalinya, Esha tak bisa lagi tidur.Begitu tahu bahwa waktu sudah menunjukkan waktu lima pagi, Esha segera naik ke atas untuk memastikan kalau – kalau mas Bram pulang dan sudah berada di kamar. Namun sejauh ia berkeliling isi rumah, hasilnya selalu nihil. Alhasil Esha memutuskan untuk beribadah sembari menantikan Bram pulang. Esha butuh sandaran, ia butuh beribadah karena Esha merasa bahwa selama ini ia merasa begitu jauh dari Tuhan dan agamanya sendiri.Sembari Esha masih terus berusaha untuk mengingat bacaan sholatnya dengan baik, Esha juga mengumpulkan beberapa amalan – amalan yang bisa menjadi tabungan baginya di akhirat kelak.Sela