Antara Aku, Suami, dan Maduku – 51“Maaf ya, bu … kami sama sekali tidak bisa berbuat apa – apa. Dan ya, kami juga minta maaf karena mungkin tadi telah membuat ibu Esha tersinggung.”Di luar gedung perusahaan, kedua satpam yang sebelumnya Alysa minta untuk membawa keluar Esha secara paksa tidak pernah berhenti untuk meminta maaf kepada Esha. Entah, mereka sudah menganggap Esha bagian dari keluarga mereka juga. Mereka berdua sama sekali tak enak hati harus bersikap kasar kepada atasannya dahulu. Dan memang bagaimanapun keadaannya, Esha tetaplah pemimpin perusahaan yang terbaik di antara lainnya atau sebelum – sebelumnya.“Tak apa, Pak. Kalian kan hanya menjalankan tugas demi anak dan istri di rumah. lagipula, ini sudah menjadi bagian saya diperlakukan seperti ini.,” balas Esha yang kemudian ia tambah dnegan senyum simpul di wajahnya.“Ah, tapi bagaimanapun dia tidak pantas berbuat seperti itu.” “Betul, sudah seperti iblis saja. Kasar, dan jelek. Tak punya belas kasihan sama sekali…”
ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 52“Mulai besok kalian akan menjalani jam lembur. Dan mulai besok saya akan mulai memberlakukan semua hal dengan sikap tegas, tidak perduli siapa dia dan bagaimana keadaan dia!”Alysa tidak lagi memberikan kesempatan bagi siapapun dia untuk berbicara. Selesai Alysa memberikan perintah , ia lantas membalikkan tubuhnya dan berlalu pergi meninggalkan para pegawai lainnya tanpa kalimat penutup atau sekedar salam.Jangankan untuk mengucapkan salam, Alysa bahkan tidak melihat ke arah mereka. Ekspresi wajahnya nampak kesal dan penuh dengan amarah. Sehingga orang–orang yang melihatnya pun akan mengatakan hal yang serupa yakni ‘judes’.Pun seharusnya pukul segini para karywan sudah harus pulang. alysa tidak perduli. Pulang atau tidak ingin pulang pun bukan urusan dia. Alysa sudah mengatakan dengan jelas bahwa mereka harus lembur mulai besok.Jika hari ini mereka masih betah berada di kantor, ya Alysa tida peduli. Ia lantas menutup dan mengunci ruangannya lalu per
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 53“Kok … perasaanku tidak enak, ya?”Beberapa kali Esha sempat terbangun sebelum masuk waktu subuh. Esha memang sempat terkejut sesaat sebelum dirinya benar – benar sadar. Yang jelas, semalem Esha benar – benar bisa tertidur dengan tenang meski pikirannya saat ini pun sedang kacau. Sejak ia terbangun untuk yang pertama kalinya, Esha tak bisa lagi tidur.Begitu tahu bahwa waktu sudah menunjukkan waktu lima pagi, Esha segera naik ke atas untuk memastikan kalau – kalau mas Bram pulang dan sudah berada di kamar. Namun sejauh ia berkeliling isi rumah, hasilnya selalu nihil. Alhasil Esha memutuskan untuk beribadah sembari menantikan Bram pulang. Esha butuh sandaran, ia butuh beribadah karena Esha merasa bahwa selama ini ia merasa begitu jauh dari Tuhan dan agamanya sendiri.Sembari Esha masih terus berusaha untuk mengingat bacaan sholatnya dengan baik, Esha juga mengumpulkan beberapa amalan – amalan yang bisa menjadi tabungan baginya di akhirat kelak.Sela
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 54“Hutang penjelasan? Ma – maksutnya bagaimana sih, Ma?” ujar Esha dengan ekspresi wajah yang sangat sulit untuk di jelaskan.Sebelumnya, Esha hampir kehabisan cara untuk menarik perhatian mama Lidya agar mau bersikap hangat meskipun mungkin masih sulit untuk bersikap baik dan terbuka dengan menantunya Esha. Tapi Esha sudah sangat terbiasa dengan sikap mama Lidya yang seperti itu. Bahkan, pernah dan seringkali mama Lidya sama sekali tidak pernah menganggap Esha ada.Namun berbeda dengan kesempatan pagi hari ini, Esha yang hanya diam dan duduk di sisi kanan mama Lidya tanpa bicara apapun rupanya mampu membuat mama Lidya akhinrnya terbuka.Ya memang butuh waktu yang lama untuk menarik hati dan simpati dari mama Lidya, namun rasanya kesabaran Esha untuk tetap bertahan di sisi mama Lidya tidak sia – sia. Ia mendapatkan apa yang memang Esha tuju, dan hanya butuh beberapa langkah lagi untuk Esha mengulik semuanya. Perlahan – lahan, … Esha percaya bahwa mama
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 55“Siapa sih sayang? Siapa yang menelepon? Apa itu telepon dari Mas Bram? sungguh itu dari suamiku?” Jelas sekali, terdengar bahwa suara Alysa nampak parau. Meski memang tak tahu yang sesungguhnya, namun itu sudah cukup menerangkan bahwa sepertinya Alysa merasa sedikit panik sebab pertanyaan panjang darinya belum dijawab oleh laki - laki yang ia panggil sayang tersebut.“Siapa sih??” tanyanya sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sebelumnya.‘Shuttt!’ ujar laki – laki tersebut.Sengaja, mama Lidya sama sekali tidak bersuara. Karena jujur saja, mama Lidya jauh lebih terkejut kala ia tahu bahwa yang mengangkat panggilannya bukanlah suara wanita melainkan suara laki – laki lain yang jelas bukan Bram.“Halo?? Siapa ini? kau tuli?” teriak pria tersebut. Mama Lidya dan Esha masih saling berpandangan satu sama lain. Sementara Alysa bersama sang kekasih pun melakukan hal yang sama. Mereka mulai mencurigai orang yang menghubunginya sebab tak ada jawaban dari
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 56“Kamu pasti tahu kan bahwa Alysa seperti itu? Tapi kenapa Esha, kenapa kamu tidak mengatakan hal ini pada mama? Apa … apa kepergian Bram gara – gara Alysa? Tapi, rasanya tidak mungkin. Tidak mungkin Alysa berani berbuat seperti ini. argh!!!! Kepalaku semakin sakit jika harus memikirkan akan hal ini,” ujar mama Lidya.Perlahan namun pasti, mama Lidya semakin intens dan bertambah kuat menekan – nekan pelipisnya sendiri. Dan memang, mama Lidya nampak lemas dan hampir terjatuh begitu saja di lantai.Mengetahui akan hal itu, tentu saja Esha secara sigap segera menangkap kepala mama Lidya yang hampir tersungkur. “Oh!? Mama !!” pekik Esha segera memasang tubuhnya untuk menyelamatkan mama Lidya yang tak kuasa mnahan rasa sakitnya. Sembari tertatih – tatih berjalan menuju ke kamar sembari membawa mama Lidya masuk, Esha lantas melamunkan hal – hal yang membuatnya semakin bingung karena tidak masuk akal, termasuk bagaimana bisa mas Bram pergi tanpa memberi kab
ANTARA SUAMI, AKU, DAN MADUKU – 57“Alysa!! Dimana kamu! Keluarlah … aku tahu kamu di dalaam sana. Keluar atau aku akan membuka rumah kamu secara paksa!” ujar Esha dengan nada bicara yang terdengar semakin tinggi pada setiap intonasi katanya.“Alysaa!!!”Dor! Dor!! Dor!“Alysa!!” teriak Esha sekali lagi. Ah tidak, bukan hanya sekali. Namun berkali – kali. Sampai – sampai, rasanya urat leher Esha hampir putus karena ulahnya sendiri. Esha tidak bisa begini terus. Ia sudah berulang kali memanggil – manggil nama Alysa, juga sudah berulang kali menghubungi ponsel Alysa. Alhasil, Esha mencari jalan apapun itu agar bisa masuk ke dalam rumah Alysa. Namun baru ssaja Esha hendak membuka paksa pintu rumah Alysa, sebuah mobil putih dengan nomor polisi B 2306 VV masuk ke dalam pekarangan rumah Alysa. Dan tentu saja hal ini membuat tindakan Esha menjadi terhenti seketika. Esha menatap ke arah sorot lampu mobil tersebut dan memperhatikan dengan jelas siapa gerangan pemilik mobil tersebut.Tidak
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 58DrtDrt“Itu pasti Alysa kan?” ujar laki – laki itu.Esha tidak menjawab. ia hanya memberikan sinyal isyarat dengan gerakan kedua alisnya bahwa ia sama terkejutnya dengan si laki – laki itu. Maka dengan segera mereka cepat bergerak menuju ke sumber suara. Dan benar saja, keduanya menemukan Alysa lengkap dengan tumpukan botol – botol yang berserakan di sekitar tubuhnya.Aroma alkohol begitu menguak hebat selagi Esha dan laki – laki itu mencoba datang untuk mendekat. Benar – benar seperti sebuah kapal pecah yang yang berpindah ke dalam sebuah bilik kamar sempit berukuran 6 m x 6 m tersebut.“Argh, Alysa benar – benar sialan!” teriak laki – laki itu merasa kesal sembari mengibaskan tangannya ke depan wajahnya seolah ia berusaha untuk menghilangkan bau alkohol yang menyeruak hebat dari dalam kamar Alysa.Sebab merasa penasaran, Esha mencoba untuk mendekati tubuh Alysa yang terbaring tak sadarkan diri. Namun tangan kekar laki – laki itu mencoba menghalan