ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 27“Jangan berusaha mengingatku kalau memang kamu tidak tahu dan tidak ingat … tak apa, santai saja, Esha … lagipula kita memang belum pernah mengenal sebelumnya.”Esha tersenyum getir, menanggapi pria ini. ‘Siapa laki – laki ini sebenarnya?’Namun karena Esha merasa tak bisa melanjutkan hubungan dan permintaannya jika memang ia tidak tahu persis siapakah sosok orang yang dihadapannya, maka Esha bertekad harus tahu terlebih dahulu apa maksut dari kalimatnya tadi.“Ah tidak – tidak. Bukan aku tidak ingat, aku benar – benar merasa … merasa familiar, namun aku masih belum bisa menemukan siapa Anda sebenarnya?” ujar Esha sembari menyampaikan permohonan maafnya dengan kedua tangan yang ia rapatkan di depan dadanya.Pria itu tertawa renyah. “Aku kerabat jauh dari Alysa. Aku juga tak tahu bagaimana bisa Alysa menikah dengan laki – laki yang sudah memiliki istri sempurna sepertimu. Kalau saya pikir – pikir, rasanya wajar karena memang keluarga Alysa punya andil
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 28‘Orang cerdas memang sulit untuk dimengerti!’ batin Esha dalam hati.Ciit!Secara mendadak mobil Esha harus terhenti karena tepat di depan lampu merah terjadi kecelakaan yang baru saja terjadi. Maka secara otomatis, mobil Esha pun secara mendadak harus ikut terhenti tiba – tiba.Namun fokus Esha bukan pada bagaimana dan siapa yang mengalami kecelakaan tersebut. Orang – orang yang hadir dan melihat mungkin akan panik dan sibuk menyelamati korban kecelakaan tersebut, namun Esha justru tidak dapat mengalihkan pandangannya pada sosok perempuan yang ia kenal.‘Alysa?!’Ya, siapa lagi kalau bukan Alysa. Esha baru saja melihat Alysa berada dalam mobil seseorang. Mobil yang baru saja melintas tak jauh dari mobil Esha terhenti. Esha sangat yakin bahwa itu adalah Alysa, sebab mobil yang mereka tumpangi adalah mobil sport keluaran terbaru dengan bagian atas yang terbuka.Namun sudah barang tentu itu bukan mobil Mas Bram, suami Esha. Bram bukan tipikal pria yang
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 29“Berarti benar bahwa apa yang aku lihat tadi memang Alysa …” gumam Esha dengan lirih. Sembari ia meluruskan pinggangnya yang mulai terasa pegal selama kurang lebih satu jam duduk di kursi kantornya.“Maaf, Bu. Ada berkas yang perlu ibu tanda tangani …” Suara sekretaris pribadi Esha, sontak saja membuat Esha menjadi terkesiap dan segera menerima berkas – berkas dan dokumen tersebut.“Sepertinya ibu Esha akhir – akhir ini nampak kurang fokus. Apa sedang ada masalah, Bu? Maaf jika saya lancang …” ujar wanita muda yang Esha angkat sebagai sekretarisnya.Esha melirik sekilas sembari sedikit menunjukkan senyumnya. Ia tahu sekretarisnya memang ramah, usianya pun masih sangat muda dan terlihat polos, maklum ia memang datang dari desa. Tapi semenjak Esha mengenal Alysa, ia menjadi lebih berhati – hati untuk bisa memberikan kepercayaannya pada orang lain. Dari Alysa, Esha pun sebetulnya sedikit banyak mendapatkan ilmu baru bagaimana menyikapi orang baru yang
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 30“Aku bukannya – Aish!! Baiklah! Aku tunggu kamu. Tidak lebih dari sepuluh menit, lebih dari itu aku akan pergi sendiri." Bram berusaha berteriak untuk menjangkau Esha yang mulai berdiri lebih jauh darinya, terlebih Esha saat ini sudah berada di lantai dua tepat di sisi kamarnya.Esha yang mendengarnya, hanya menarik sudut pinggir bibirnya seraya berkata. ‘Terserah!’Esha masuk, dan mulai bersiap. Ia membersihkan diri secepat mungkin, dan mulai menghias dirinya senatural mungkin dengan tambahan sedikit sentuhan make up. Esha tidak akan memburu – buru dirinya sendiri sekalipun waktu yang ia gunakan akan lebih dari sepuluh menit.Dan benar saja, tepat ketika Esha selesai, waktu di arloji tangannya sudah menujukkan waktu lebih dari lima belas menit yang lalu. Dan Esha tetap berjalan santai menuju ke bawah.Sekalipun terlambat, rupanya Bram masih saja setia menunggu di bawah dengan kondisi wajah yang mungkin amat sangat kesal. Esha tak bisa melihatnya jel
ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 31“Ya tapi kenapa, Bram? Maksut mama kenapa kamu tinggal dia di rumah, sementara kamu membawa istri pertama kamu. Wajar dong jika memang Alysa sering merasa kesal dan cemburu. Kamu ini benar – benar tidak adil, Bram?!”“Tidak adil yang bagaimana, Ma?” sahut Bram mencoba menanggapi.Pembicaraan mereka yang semula maasih terbilang santai, kini mulai terasa panas dan penuh dengan penekanan. Bagi yang tidak terlibat, mereka hanya diam dan memikirkan penilaian mereka masing – masing.Terlebih bagi Esha, ingin sekali Esha masuk dan menyela pembicaraan mama mertuanya dengan Bram. namun Esha sadar bahwa kehadirannya bahkan tak pernah di lihat sedikit pun oleh Lidya. Maka sekalipun ia berbicara, Lidya tidak akan pernah mendengarkannya.Dan justru, dengan begitu bukannya pembelaan yang akan ia dapatkan melainkan hanya akan membuat dirinya malu dengan sendirinya di hadapan keluarga Bram. “Yah … seharusnya kamu bisa bersikap adil, begitu lo. Kamu tahu, mama sangat
Antara aku suami dan maduku – 33“Bagaimana kalau ini tidak berhasil, Esha?” ujar Bram yang kini sudah lengkap mengenakan pakaian sebagai seorang pasien sebuah rumah sakit.Esha menarik sudut bibirnya dengan teratur, menciptakan senyum yang terlukis indah di wajah mungilnya. Tangannya pun tak tinggal diam, Esha berusaha menepuk bahu Bram dengan lembut.“Nggak akan terjadi apa – apa, tenang saja. Dan semua akan berjalan dengan lancar, jangan khawatir…” sanggah Esha dengan suara yang begitu lirih.Masih dengan tatapan yang hangat dari seorang Esha, rupanya Bram tak puas hanya mendapatkan sebuah sentuhan tangan saja. Bram secara spontan menarik tubuh Esha dan mendekapnya dengan begitu erat. “Aku … jujur saja aku tidak yakin kalau ini berhasil. Aku ragu …” pekik Bram dengan getar suaranya. Esha yang masih terkejut dengan pelukan dari Bram, tidak berusaha untuk mengelak sama sekali. “Kamu bisa percaya padaku kalau kamu ragu.”Bram lantas melepaskan dekapannya. “Kau tahu usiaku kan? Apa ka
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 34Sepanjang perjalanan pulang, Esha terus saja memikirkan bagaimana keberlangsungan hubungannya saat ini. dari awal Esha mengambil keputusan untuk menghubungi dokter Luis tidak lain dan tidak bukan hanyalah karena rasa simpati dan kasihan yang ia punya untuk suaminya, tidak lebih dari itu.Esha masih tidak habis pikir, mengapa Bram tidak mau melakukan operasi. Bahkan, Esha bisa mengambil kesimpulan, bisa jadi cerita yang Bram bagikan kepada dirinya, juga orang tuanya adalah karangan semata?‘Apa jangan – jangan … sebenarnya memang mas Bram sendiri yang enggan untuk mengobati kelainannya? Tetapi kenapa ia justru melampiaskan kesalahannya seolah – olah papa dan mamanya lah yang salah dan tak mau mendengarkan penderitaannya selama ini?’ gumam Esha sembari mengemudikan mobilnya.Pandangan Esha memang lurus ke depan, tapi dari pandangan itu nampak kosong. Esha, sudah terbiasa menjadi wanita yang hidup dan bertahan seorang diri, memikirkan dan memecahkan mas
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 35Yang ada di dalam pikiran Bram, ‘Memangnya kalau aku menjalani operasi ini dan aku melakukan terapi seperti permintaan mereka, aku bisa sembuh total begitu? Aku bahkan tidak yakin ini akan berhasil ...’ Bram membatin dalam dirinya. “Sudah, lakukan saja Mas … kamu mau menyenangkan aku kan? Mau sampai kapan kita begini terus. Aku kan juga butuh belaian dan kasih sayang dari kamu, Mas.” Alysa tetap bersikukuh pada argumennya bahwa Bram harus sembuh dengan dalih kebutuhan biologisnya.Padahal, kalau Alysa … dia bisa mendapatkan laki – laki perkasa dan gagah yang jauh lebih muda daripada Bram. alysa hanya bersandiwara di depan mereka semua. Alysa bertahan pada perniakahan ini hanya dengan satu alasan, yakni harta. Sejauh satu sampai dua tahun pernikahannya bersama Bram, ia sudah mendapatkan rumah yang ia inginkan. Masih banyak yang Alysa inginkan dari keluarga Prawiryo melalui Bram, termasuk perusahaan yang kini telah menjadi atas nama Esha.‘Aku bahkan