Share

-6

Penulis: Arfah arfah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-29 12:14:57

Anji dan Erik menatap bocah kecil yang ada di hadapan mereka dengan serius, menyimpulkan sendiri opini mereka sembari bersnostalgia tentang apa yang terjadi pada keluarga pelaku.

"Ngelihatnya jangan begitu." Gio sedari tadi benar-benar tidak nyaman saat kedua temannya itu terus menurus menatap Livla, anak lelaki berusia enam tahun yang ditemukan oleh Damian.

Livla saja, sedari tadi gemetar ketakutan. Jika keduanya terus menatap anak itu dengan intens, Livla mungkin tidak berani buka mulut untuk menjelaskan apa yang terjadi kepada keluarganya.

"Lo ngintrogasi bocah jangan gitu juga woi, dia ketakutan," tambah Gio lagi.

Erik menatap kesal pada Gio, lalu menyuruh pemuda itu yang  bicara Livla saja. "Lo aja deh yang nanya, ngeselin mulu dari tadi."

Gio memberikan tatapan tajamnya pada sahabatnya itu, lalu menatap pada Damian memohon pertolongan. "Lo aja, Dam. Kan, lo yang nemu."

Terpaksa, Damian lah yang akhirnya mengajukan pertanyaan kepada Livla. Ditatapnya bocah itu seperti dia menemukannya untuk pertama kali, lalu memberikan soal yang menggangu mereka. "Apa yang kamu lakukan di atas plafon tadi?"

Livla menjawab dengan cepat, "Aku bersembunyi."

"Apa yang membuat kamu bersembunyi?"

"Ketakutan." Saat menjawab, pertanyaan Damian yang kedua, mata Livla sudah berkaca-kaca, dia seolah teringat kejadian kemarin malam yang membuat Ibu dan Kakaknya menghilang.

Damian kembali melanjutkan, "Lalu dimana anggota keluarga lainnya?"

"Dibawa oleh seorang kelompok penjahat, Ibu menyuruhku naik ke sana menggunakan tangga dan saat itu aku hanya mendengar kakak perempuanku dan ibu menjerit, mereka tidak menemukan aku hanya saja ... kedua orang yang paling kusayang menghilang."

"Ayah? Dia bahkan semalam tidak pulang sama sekali," tambah Livla.

"Kakak dan ibunya telah  diculik," ucap Erik.

"Apa ayahmu selalu jarang di rumah saat malam?" tanya Erik.

Livla menggeleng dan menjawab, "Dia selalu di rumah dan patuh dengan ucapan Ibu, hanya saja ... keduanya bertengkar sebelum Ayah pergi. Lalu aku tidak melihat Ayah lagi hingga kini."

"Ibunya tahu tentang mereka," ucap Damian.

"Tentang orang yang makai baju jas itu?" tanya Livla.

"Kamu lihat?" tanya Anji.

"Aku lihat, hanya sekilas. Mereka bawa senjata juga, pisau."

"Sepertinya bukti tentang mereka telah dimusnahkan, pasalnya tidak ada apa pun di sana yang mencurigakan," ujar Damian.

"Tetap lanjutkan penyelidikkan, gua nggak bakal berhenti cari tuh dalangnya," ucap Gio.

                                                                                 ****

Naya menyusun buah-buah dan sayuran di kulkas, dikagetkan karena datangnya Aslan yang tiba-tiba memeluknya dengan sedih. "Ma ... Papa dari tadi cuekkin Aslan terus, diajak main sama Aslan malah nggak mau. Mama bujuk, Papa dong."

Naya mensejajarkan tingginya dengan Aslan,  berjongkok di depan anak itu sembari  mengelus rambut putranya. "Sayang ... Papa kamu lagi sibuk kerja. Aslan nggak seharusnya gangguin Papa yah, emang Aslan nggak sayang Papa? Kalau diganggu terus, Papa nggak bisa beliin mama tas."

Aslan cemberut, bukannya membujuk papanya. Mamanya malah menasaehatinya, kini dia tidak tahu harus mengatakan apalagi selain bertanya dengan sedih. "Mama lebih sayang Papa yah dibanding, Aslan sendiri?"

Kini, Naya kikuk untuk menjawab. Dia diberatkan dengan dua pertanyaan ini tetapi, dia punya cara untuk menangani setiap pertanyaan Aslan. "Siapa bilang, mama hanya sayang Papa. Aslan kan, anak Mama. Aslan udah buat hidup mama lebih berwarna, mama bangga punya anak seperti Aslan."

Senang hati, Naya dihadiahi pelukan oleh Aslan. Gemas dengan tingkah bocah itu, Naya pun balas memeluknya dengan erat. "Mama sayang banget sama, Aslan. Sekarang, ayok rebahan di kamar. Nanti Mama bawain susu nemenin, kamu tidur."

"Benaran, Ma?" tanya Aslan senang.

"Benar, dong. Mama janji nggak bakal balik tidur sama papa lagi kan?" tanya Aslan ragu.

"Iya, untuk malam ini kamu bebas peluk mama."

Aslan yang semulanya sedih, kini kembali ceria lagi. Hal itu, cukup membuat Naya tenang. Anak itu memang sedari pagi mencari Damian. Namun, sayang papanya baru pulang setelah selesai membeli sayur dan buah. Kulkas telah penuh, sekarang dia hanya memberikan Aslan dan Damian susu putih.

"Sudah lelah bekerja untuk Axel, dia malah sibuk dengan urusan kantor. Bukannya, ada sekertarisnya," gerutu Naya.

Selesai membuatkan susu, Naya lebih dulu mengantarkannya pada Damian. Saat sampai di ruangan kerja suaminya, Naya melihat pria itu memakai kaos hitam polos hingga menampilkan otot lengannya. Kemeja pria itu disampirkan di kursi yang dia duduki, terlihat serius menatap layar komputernya.

"Susu kamu," ucap Naya dan, meletakkanya pada meja.

"Mana, Aslan?" tanya Damian.

"Udah mau bobo," balas Naya jutek.

Damian mengerutkan keningnya lalu berdiri mengikuti Naya keluar setelah menghabiskan susunya dan mematikan komputer. Dia malah memilih mengekori wanita itu, saat menaruh gelas yang tadinya dia minum dan kembali membawa satu gelas lagi untuk Aslan.

"Kenapa ngikut terus?" tanya Naya kesal.

"Kamu marah sama saya?" tanya Damian.

"Nggak," balas Naya dan langsung masuk ke kamar Aslan.

Damian pun ikut masuk ke sana dan membuat Aslan sedikit kesal melihat papanya itu. "Papa ngapain di sini?"

"Ngikut, mama," balas Damian.

"Minum dulu susu kamu!" perintah Naya yang langsung diangguki cepat oleh Aslan.

Selesai menghabiskan susunya, Aslan menatap Damian lagi. "Malam ini, mama tidurnya sama Aslan, papa pergi ajar di kamar lain."

"Kenapa begitu? Papa, kan tidur biasanya sama mama kamu," balas Damian.

Naya tidak ambil pusing dengan perbincangan dua orang ini, dia malah keluar menaruh gelas susu tadi.

"Papa tiap hari tidurnya sama mama terus, Aslan juga pengen."

"Wajar, Aslan."

"Yaudah, papa nggak boleh permasalahin Aslan dong. Anak mama kan, Aslan."

"Papa ini pasangan mama kamu, nggak ngebolehin Aslan tidur sama pasangan papa."

"Percuma, mama udah janji tidur sama Aslan." Aslan memeletkan lidahnya mengejek Damian.

"Papa ngelarang!"

"Nggak perduli, mama tidurnya sama Aslan malam ini."

"Mama kamu selalu ngikut apa kata papa."

"Aslan juga tuh, selalu diturutin."

"DIAM! INI MALAM TIDUR DI SINI SEMUANYA!"

Teriakan Naya mengaggetkan Aslan dan Damian, anak dan ayah itu seperti terhipnotis melihat Naya yang kesal dengan tingkah mereka. Lantas, keduanya diam tidak berani berbicara terlebih dahulu.

Akhirnya mereka bertiga tidur bersama dalam kamar Aslan, anak itu masih memeluk Naya bahkan ketika sudah terlelap. Sedangkan Naya dan Damian, masih terjaga di antara keheningan malam.

"Besok, kita bisa jengukin Axel. Papa juga lagi mau ngomong penting sama saya," ucap Damian.

Naya mengangguk, lalu bertanya, "Gimana penyelidikkan tadi?"

"Belum ada kemajuan," ucap Damian.

"Tetap jaga diri kamu baik-baik, nanti," nasihat Naya.

"Kamu khawatir sama saya?" tanya Damian.

Naya menghela napas dan menghembuskanya dengan kasar lalu menjawab, "Kamu emang suka buat aku khawatir."

Damian terdiam sesaat mendengar jawaban jujur dari Naya yang sedikit menggangunya, dia pikir dengan kejadian pertengkaran mereka, wanita itu lebih banyak menunjukkan ekspresinya sekarang. Berbeda dengan dahulu, tunduk dan takut atas aturan dan perintahnya.

"Nayaka, kenapa kamu masih bertahan menjadi pasangan saya?" tanya Damian.

"Aslan, dia anak kamu ...gimana aku bisa misahin kalian hanya karena keegoisan aku?"

Bab terkait

  • Antara Aku Dan Kamu    -7

    Naya telah usai menjenguk Axel, di depan ICU ada Mamanya yang sedang duduk bersama Aslan, sedangkan papanya dan Damian entah kemana karena sosok keduanya tidak terlihat sedikit pun di sini."Papanya Aslan, kemana?" tanya Naya pada Tiara."Sama Papa kamu, di luar.""Sedang apa?""Katanya mau ngomong penting ma," imbuh Aslan yang tadi sedikit mendengar ucapan Opanya.Di taman depan rumah sakit, Mario mengajak Damian untuk berbicara sebentar disebuah kursi putih panjang yang ada di sana, entah apa yang ingin dibicarakan Mario, Damian sendiri pun masih merasa bingung."Damian, kamu bahagia menikah dengan Naya?" tanya Mario membuka pembicaraan."Yah ... saya bahagia Pa."Mario t

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Antara Aku Dan Kamu    -8

    Nayaka dikejutkan akan sebuah hal yang diberitahu oleh Mario kepadanya, yaitu menggantikan Axel mengurus perusahaan atas persetujuan dari Damian. Bukannya tidak senang tapi, bukankah hal ini yang selalu dilarang keras oleh lelaki itu?Apa jangan-jangan, sikap Damian kemarin karena hal ini? Jika benar, kenapa Damian mengizinkannya?Naya memegang dokumen penting yang diberikan oleh Mario tadi, lalu keluar menghampiri Damian yang masih berbicara dengan Gio di ruang tamu.Bukan hanya keduanya yang ada di sana, sosok anak kecil juga seorang gadis berkumpul bersama keduanya. Naya tahu, hal yang mereka bicarakan adalah hal yang sangat penting."Aku pengen bicara sama kamu."

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Antara Aku Dan Kamu    -9

    Usai membereskan pakaiannya, Naya melihat Damian yang hanya terdiam pada ranjang. Aslan, kini tidur di samping Damian karena asik menonton dua orang tuanya mengatur pakaian kerja itu. Lantas, Naya mendekat pada keduanya lalu mengusap kepala Aslan dengan lembut."Besok, Aslan sama aku ikut ke kantor aja yah," ucap Naya."Aslan tetap sama saya, berbahaya jika kamu bersama dia," balas Damian.Naya menggeleng tidak setuju lalu berkata, "Kamu sibuk, gimana mau jaga Damian. Lagian nanti aku mau dibantu kok sama orang-orang di kantor sana nanti.""Kenapa kamu semakin banyak membantah ucapan saya, Nayaka?"Naya terdiam seketika, menunduk takut berbicara lagi. Wanita itu lalu menggendong Aslan yang mulai menggeliat dalam tidurnya, dan pergi meninggalkan Damian tanpa kata.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Antara Aku Dan Kamu    -10

    Mobil Damian sampai di depan kantor, Rudi juga para pekerja lainya langsung menyambut kedatangan mereka. Aslan yang melihat Rudi dari dalam mobil begitu kesenangan saat lelaki itu membuka mobil Papanya."Om Rudi!"Aslan berteriak heboh, yang membuat sekertaris Damian itu tersenyum masam saat melihat anak jelmaan bosnya itu ikut datang.Rudi membukakan pintu mobil untuk Aslan, dan dengan cepat Aslan turun memeluk kakinya dengan erat. Rudi bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi, habislah sudah riwayatnya hari ini."Eh ... anaknya bos datang.""Gantengnya, makin gede makin cakep yah.""Mirip Bapak Damian banget kan?""Iya, duh ... semoga gua nanti punya anak seganteng itu."Damian mendengar kasak kusuk karyawan yang membicarakan Putranya. Jelaslah, bibitnya yang satu ini m

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Antara Aku Dan Kamu    -11

    Mobil yang dipakai Naya telah sampai dengan aman di depan kantor Damian, pria tua atau supir pribadi Axel langsung pamit pergi lantaran harus menjemput anaknya di kampus. Naya masuk ke sana sendirian sembari melihat ke sekeliling kantor itu. Semuanya banyak telah berubah, beberapa karyawan yang dia kenal kini telah dipindahkan pada anak perusahaan lainnya, semenjak dia mengandung Aslan, kakinya sudah tidak menapak di perusahaan Damian, dan ini untuk pertama kalinya dia datang dan itu terasa sangat asing baginya. Dulu, dia akan dibawa oleh Damian sekedar formalitas atau memberitahukan kepada semua orang bahwa dia telah menikah dan memiliki istri. Sekarang juga, dia datang sebagai istri Damian tetapi, tidak ada pria itu di sampingnya untuk sekedar memperkenalkan atau memeluk pinggangya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • Antara Aku Dan Kamu    -12

    Sebuah pesan masuk dalam ponsel Damian, rupanya itu dari Rudi yang memberitahukannya tentang kedatangan Nayaka. Pria itu lalu menunjukkan chat dari Rudi kepadanya untuk wanita yang ada di hadapannya."Anda lihat? Istri saya lagi menunggu di ruangan sekertaris saya? Jadi silahkan keluar.""Damian! Aku rela jauh-jauh ke sini cuman buat kamu! Kenapa sampai sekarang kamu nggak pernah ngehargain, aku sih?""Saya pikir ada sesuatu yang penting perlu anda bicarakan, rupanya hanya mengemis cinta. Lalu apa yang anda sebut, aku-kamu? Are you crazy?"Mata Aneth berkaca-kaca, dia tidak ingin pergi di sini sebelum Damian mau menerimanya sebagai wanita yang jatuh cinta kepada lelaki. "Damian, kamu nggak cinta sama dia!""Keluar! Atau saya yang akan menyeret anda."Tubuh Aneth

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-19
  • Antara Aku Dan Kamu    -1

    Pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar, suara cekikikan anak berumur enam tahun terdengar pada telinga Naya, wanita itu telah usai menyiapkan air hangat untuk Damian di bathtub.Saat berjalan keluar dari kamar mandi, Naya menemukan pemilik asal suara tadi telah merangkak pada tubuh Damian yang masih tertidur di ranjang."Papa! Bangun! Aslan, udah siap mau ke sekolah."Naya tersenyum mendengar celotehan anak itu yang masih setia dipunggung Damian, dilangkahkan kakinya mendekati keduanya, lalu Naya duduk di ranjang meneliti piyama yang masih dikenakan Aslan."Mama, kok papa nggak bangun? Aslan kan mau sekolah," ucapnya lagi menatap Naya dengan semangat menggebu-gebu."Sayang, kalau mau ke sekolah, harus mandi dulu terus pakai seragam, nah lalu kamu harus sarapan biar semangat nanti di sana. Sekarang, Aslan ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Antara Aku Dan Kamu    -2

    Menjadi ibu rumah tangga selama tujuh tahun, lalu merawat Damian dan Aslan sudah menjadi kebiasaan bagi Naya selama ini. Dia sudah merasakan pahit manisnya menghadapi Damian dan juga mengasuh Aslan hingga berumur enam tahun sekarang.Bukan tidak ingin bekerja, hanya saja, salah satu peraturan Damian adalah tidak menyuruh Naya bekerja. Padahal, saat kuliah dia mengambil jurusan bisnis dan manajemen mengingat perusahaan ayahnya yang menciptakan produk-produk berkualitas di sana.Namun, dia harus menelan kepahitan karena hidupnya kini telah diatur oleh Damian. Tidak ada baju kerja, mau pun komputer di depan matanya yang sering dia impikan.Lamunan Naya buyar tatkala ponselnya berbunyi, ada panggilan yang berasal dari ibunya. Sigap, Naya langsung menekan tombol hijau untuk menerima panggilan di layar.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29

Bab terbaru

  • Antara Aku Dan Kamu    -12

    Sebuah pesan masuk dalam ponsel Damian, rupanya itu dari Rudi yang memberitahukannya tentang kedatangan Nayaka. Pria itu lalu menunjukkan chat dari Rudi kepadanya untuk wanita yang ada di hadapannya."Anda lihat? Istri saya lagi menunggu di ruangan sekertaris saya? Jadi silahkan keluar.""Damian! Aku rela jauh-jauh ke sini cuman buat kamu! Kenapa sampai sekarang kamu nggak pernah ngehargain, aku sih?""Saya pikir ada sesuatu yang penting perlu anda bicarakan, rupanya hanya mengemis cinta. Lalu apa yang anda sebut, aku-kamu? Are you crazy?"Mata Aneth berkaca-kaca, dia tidak ingin pergi di sini sebelum Damian mau menerimanya sebagai wanita yang jatuh cinta kepada lelaki. "Damian, kamu nggak cinta sama dia!""Keluar! Atau saya yang akan menyeret anda."Tubuh Aneth

  • Antara Aku Dan Kamu    -11

    Mobil yang dipakai Naya telah sampai dengan aman di depan kantor Damian, pria tua atau supir pribadi Axel langsung pamit pergi lantaran harus menjemput anaknya di kampus. Naya masuk ke sana sendirian sembari melihat ke sekeliling kantor itu. Semuanya banyak telah berubah, beberapa karyawan yang dia kenal kini telah dipindahkan pada anak perusahaan lainnya, semenjak dia mengandung Aslan, kakinya sudah tidak menapak di perusahaan Damian, dan ini untuk pertama kalinya dia datang dan itu terasa sangat asing baginya. Dulu, dia akan dibawa oleh Damian sekedar formalitas atau memberitahukan kepada semua orang bahwa dia telah menikah dan memiliki istri. Sekarang juga, dia datang sebagai istri Damian tetapi, tidak ada pria itu di sampingnya untuk sekedar memperkenalkan atau memeluk pinggangya.

  • Antara Aku Dan Kamu    -10

    Mobil Damian sampai di depan kantor, Rudi juga para pekerja lainya langsung menyambut kedatangan mereka. Aslan yang melihat Rudi dari dalam mobil begitu kesenangan saat lelaki itu membuka mobil Papanya."Om Rudi!"Aslan berteriak heboh, yang membuat sekertaris Damian itu tersenyum masam saat melihat anak jelmaan bosnya itu ikut datang.Rudi membukakan pintu mobil untuk Aslan, dan dengan cepat Aslan turun memeluk kakinya dengan erat. Rudi bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi, habislah sudah riwayatnya hari ini."Eh ... anaknya bos datang.""Gantengnya, makin gede makin cakep yah.""Mirip Bapak Damian banget kan?""Iya, duh ... semoga gua nanti punya anak seganteng itu."Damian mendengar kasak kusuk karyawan yang membicarakan Putranya. Jelaslah, bibitnya yang satu ini m

  • Antara Aku Dan Kamu    -9

    Usai membereskan pakaiannya, Naya melihat Damian yang hanya terdiam pada ranjang. Aslan, kini tidur di samping Damian karena asik menonton dua orang tuanya mengatur pakaian kerja itu. Lantas, Naya mendekat pada keduanya lalu mengusap kepala Aslan dengan lembut."Besok, Aslan sama aku ikut ke kantor aja yah," ucap Naya."Aslan tetap sama saya, berbahaya jika kamu bersama dia," balas Damian.Naya menggeleng tidak setuju lalu berkata, "Kamu sibuk, gimana mau jaga Damian. Lagian nanti aku mau dibantu kok sama orang-orang di kantor sana nanti.""Kenapa kamu semakin banyak membantah ucapan saya, Nayaka?"Naya terdiam seketika, menunduk takut berbicara lagi. Wanita itu lalu menggendong Aslan yang mulai menggeliat dalam tidurnya, dan pergi meninggalkan Damian tanpa kata.

  • Antara Aku Dan Kamu    -8

    Nayaka dikejutkan akan sebuah hal yang diberitahu oleh Mario kepadanya, yaitu menggantikan Axel mengurus perusahaan atas persetujuan dari Damian. Bukannya tidak senang tapi, bukankah hal ini yang selalu dilarang keras oleh lelaki itu?Apa jangan-jangan, sikap Damian kemarin karena hal ini? Jika benar, kenapa Damian mengizinkannya?Naya memegang dokumen penting yang diberikan oleh Mario tadi, lalu keluar menghampiri Damian yang masih berbicara dengan Gio di ruang tamu.Bukan hanya keduanya yang ada di sana, sosok anak kecil juga seorang gadis berkumpul bersama keduanya. Naya tahu, hal yang mereka bicarakan adalah hal yang sangat penting."Aku pengen bicara sama kamu."

  • Antara Aku Dan Kamu    -7

    Naya telah usai menjenguk Axel, di depan ICU ada Mamanya yang sedang duduk bersama Aslan, sedangkan papanya dan Damian entah kemana karena sosok keduanya tidak terlihat sedikit pun di sini."Papanya Aslan, kemana?" tanya Naya pada Tiara."Sama Papa kamu, di luar.""Sedang apa?""Katanya mau ngomong penting ma," imbuh Aslan yang tadi sedikit mendengar ucapan Opanya.Di taman depan rumah sakit, Mario mengajak Damian untuk berbicara sebentar disebuah kursi putih panjang yang ada di sana, entah apa yang ingin dibicarakan Mario, Damian sendiri pun masih merasa bingung."Damian, kamu bahagia menikah dengan Naya?" tanya Mario membuka pembicaraan."Yah ... saya bahagia Pa."Mario t

  • Antara Aku Dan Kamu    -6

    Anji dan Erik menatap bocah kecil yang ada di hadapan mereka dengan serius, menyimpulkan sendiri opini mereka sembari bersnostalgia tentang apa yang terjadi pada keluarga pelaku."Ngelihatnya jangan begitu." Gio sedari tadi benar-benar tidak nyaman saat kedua temannya itu terus menurus menatap Livla, anak lelaki berusia enam tahun yang ditemukan oleh Damian.Livla saja, sedari tadi gemetar ketakutan. Jika keduanya terus menatap anak itu dengan intens, Livla mungkin tidak berani buka mulut untuk menjelaskan apa yang terjadi kepada keluarganya."Lo ngintrogasi bocah jangan gitu juga woi, dia ketakutan," tambah Gio lagi.Erik menatap kesal pada Gio, lalu menyuruh pemuda itu yang

  • Antara Aku Dan Kamu    -5

    Naya dan Aslan telah dipindahkan pada Mansion Damian yang terletak jauh dari perkotaan. Namun, saat tadi ingin membawa mertuanya, mereka memilih berada di rumah Gio yang dekat dengan rumah sakit juga sengaja memancing para pelaku juga antek-anteknya keluar dari sarang mereka. Hal itu, guna membantu menemukan pelaku dengan cepat.Aslan pun hanya bisa belajar di rumah dan Naya mengikuti peraturan baru yang dibuat oleh Damian. Alasannya sudah jelas, melindungi mereka dari sasaran pembunuh. Jika Axel ingin dimusnahkan, bagaimana dengan Naya yang satu darah dengannya. Entahlah, Damian yakin yang melakukan hal ini adalah, saingan bisnis Alex."Kamu udah ngasih tahu gurunya, Aslan?" tanya Naya pada Damian yang dari tadi sibuk menerima telepone.Damian mengangguk singkat, lalu menjawa

  • Antara Aku Dan Kamu    -4

    Damian menarik napasnya dalam-dalam berusaha mengontrol emosinya, sedikit lagi tangannya hampir saja sudah mendarat pada pipi Naya. Bahkan, jika dia benar-benar memukul Naya, Damian yakin dia tidak bisa berhenti.Sebaiknya, dia memilih untuk mengalah. Kakinya perlahan meninggalkan kamar dengan sekali hentakan pintu kamar yang keras.Yah, Damian pergi dari hadapan Naya yang ketakutan. Membawa mobilnya pergi dari sana, seolah ingin hilang dari kehidupan Naya jauh-jauh. Namun, ucapan Naya selalu terngiang-ngiang pada kepalanya yang membuat dia terganggu.Endingnya, dia hanya singgah pada bar milik temannya yang tidak jauh dengan kantornya. Membawa air mineral, pada botol kecil yang usai dia teguk.Bartender yan

DMCA.com Protection Status