Semua manusia bisa memanfaatkan kekuatan pikirannya. Bukan hanya digunakan untuk berpikir dan memerintahkan organ tubuh saja.
Pemanfaatan kekuatan pikiran manusia sudah lama ada sejak nenek moyang dulu. Semakin lama akhirnya ditinggalkan karena sudah ada teknologi yang bisa membantu manusia.
Azka hanya mengulang perkataannya kemarin. Sebelum ia mau melatih kami sepenuhnya. Hari ini dan besok dia libur jadi ada banyak waktu yang bisa dilakukan bersama kita.
"Tapi itu bukan sihir ya?"
Asnee bertanya tentang hal itu. Apalagi itu sihir? Aku tak pernah tahu. Azka hanya menjelaskan bahwa itu memang kemampuan alami manusia. Tidak ada sangkutannya dengan sihir, mantra atau hal lainnya yang berbau magic.
"Jadi, sihir itu sesuatu yang sulit dilogika oleh manusia ya Azka?"
"Ya, begitulah Artemis. Memang di Nuuswantara ini masih ada yang percaya dengan hal seperti itu. Meski sudah banyak terbukti bohongnya dan sangat sedikit sekali yan
Memang menggunakan kekuatan pikiran itu asik. Tapi Dova mengingatkan kami untuk lebih baik menggunakan pedal kaki saja. Lalu untuk apa fitur pengendali pikiran diberikan pada Hexacycro?"Tentu saja untuk digunakan! Untuk apa aku dan Azka iseng menambahkan kalau tidak pernah digunakan?""Menggunakan kekuatan pikiran itu mudah. Kalian cukup fokuskan lalu perintahkan Hexacycro yang ada didepan kalian agar melayang. Rasanya tidak perlu latihan khusus.""Tapi kami tetap butuh latihan terutama untuk Asnee. Dia baru pertama kali memakai alat seperti ini.""Iya, benar apa kata Serenada. Selama ini aku hanya mengadalkan lari saja untuk pergi dengan cepat."Dova menghela napas panjang. Dia akhirnya memberitahu kami bagaimana cara menggunakannya. Termasuk fitur apa yang ditambahkan didalamnya."Senjata laser tentu saja ada. Tapi aku menambahkan bom asap kecil, lampu senter untuk malam hari dan ada tambahan dari Azka.""Pengaktifan pelindun
Asnee masih mengeluh badannya pegal semua. Janet, robot milik Azka itu mencoba mengecek seluruh badannya. Memang ada beberapa yang memar saja, tapi tidak sampai luka. Perlahan Janet mengoleskan salep khusus pada bagian yang lebam."Aduh... jangan ditekan. I-itu masih sa-sakit....""Maaf, Tuan.""Tahanlah sebentar, Asnee. Haah...! Kenapa bisa jadi begini?"Dova nampak pusing, padahal alat itu sudah diatur agar lebih mudah untuk menjaga keseimbangan. Tetap saja seperti Asnee ini masih terjatuh. Tapi Azka ada solusinya, dia akan memodifikasi ulang Hexacycro milik Asnee."Khusus hanya milikmu saja, Asnee."Tak ada tanggapan dari Asnee karena dia masih fokus pada rasa sakit di badannya. Azka masuk ke dapur sebentar. Dova memilih bersantai di kursi ruang tengah. Serenada sepertinya perhatian sekali pada Asnee. Nah, apa aku bilang kalau dia sudah cocok jadi kakaknya saja."Sudah... sudah....""Baik, Tuan. Ini sudah selesai
Sebenarnya apa yang membuat Azka memaksa untuk menambahkan sesuatu pada SKYLAR, masih menjadi misteri bagiku. Dia tidak mau mengatakannya selama masih berada di dalam Absolute Car. Kali ini Asnee tidak ikut, dia mau di rumah saja katanya."Sudah sampai, ayo kita turun!""Hei, Azka jawab dulu pertanyaanku yang tadi. Kenapa kau ngotot sekali ingin menambahkan sesuatu pada SKYLAR kami?""Sebenarnya... aku hanya iseng."Hah...! Iseng? Apa kalau libur begini tidak ada yang bisa dikerjakannya selain utak atik membuat alat baru? Azka hanya terkekeh saja setelah menjawab pertanyaanku itu. Dia dan Dova sama saja menurutku.Pintu SKYLAR aku buka dan kami bertiga masuk. Azka tertarik pada W115 dalam kondisi nonaktif. Memang bentuknya menjadi seperti kapsul besar jika dia dalam kondisi mati. Aku memang lupa menchargernya dan baru hari ini aku colokkan kabel ke lubang port daya yang ada di badannya."Itu akan berubah wujud. Lihat saja n
Aku masih mempelajari peta digital yang diberikan oleh Azka ke dalam Chromabook. Area B-neo saja sangat luas dan itu sebenarnya belum kami jelajahi sepenuhnya. Sayangngnya aku masih harus meraba dimana tempat tinggal Profesor Madrosa."Hei, Artemis. Kau tidak tidur?""Kalau kau mau tidur duluan, silahkan.""Serius sekali! apa yang membuatmu belum bisa tidur?"Aku melirik ke kanan atas dan mendapati Serenada ikut mengintip dari balik kasurnya. Supaya lebih jelas, peta digital Nuuswantaara aku tunjukkan padanya."Sudah jelas?""Sangat jelas! Memangnya mataku minus ya, sampai harus kau dekatkan seperti itu?""Daripada kau penasaran terus, Serenada.""Oh ya, Artemis. Setelah perjalanan kita yang panjang ini, pernahkah kau terpikir bagaimana jika yang bernama Madrosa itu sudah mati?"Deg! Seketika jantungku berdegup kencang. Tak pernah aku terpikir sampai sana. Andai iya terjadi, tentu saja perjalanan ini menjadi
"Bukan tanpa alasan aku menuju kesana, Dova.""Iya, tapi setidaknya dipikir dulu Artemis!""Baiklah...kalau memang kau punya alasan. Apa alasanmu Artemis?"Pertama, aku mungkin bisa bertanya pada orang-orang disana dimana tempat tinggal Profesor Madrosa? Rasanya tidak mungkin satu daratan sebesar Andalas Land ini berbahaya.Kedua, ada sesuatu hal yang rasanya mengundangku untuk kesini. Seperti magnet menarikku begitu saja. Dua alasan ini rasanya kuat untuk menjawab pertanyaan Serenada."Jadi, itu alasanmu Artemis.""Ya, itu alasanku. Ayolah! Jangan berpikir yang negatif dulu, Serenada.""Sejujurnya untuk kali ini aku tidak sependapat denganmu. Tapi jika itu alasan terkuatmu, silahkan saja."Dova meninggalkan ruang kendali. Ketika tidak sependapat denganku, selalu saja itu yang dia lakukan. Pergi ke ruang pribadinya atau tidur."Hm... bau masakan. Kau Serenada....""Sejak tadi aku berada disini, A
Sepertinya tadi langit masih gelap. Tapi kini sudah terang lagi. Sinar matahari membangunkanku yang tertidur sambil duduk di kursi ruang kendali SKYLAR. Aroma harum makanan menggoda hidungku. Saat aku keluar dari ruang kendali, Dova dan Serenada sudah berebut sesuatu."Hei, buat saja sendiri! Aku susah payah belajar memasak dengan W115.""Aku mau yang ini saja!""Asnee, apa itu yang mereka ributkan sejak tadi?""Nasi goreng."Serenada akhirnya menyerah dan memilih melepaskan masakan pertama buatannya itu. W115 ternyata sudah membuatnya lagi untukku, Serenada dan juga Asnee. Dova hanya melirik sedikit lalu berfokus pada makanan yang disantapnya."Ini juga sama saja, Serenada.""Tapi itu masakan buatanku yang pertama kali. Dibantu W115 tentunya."Agaknya lucu baru kali ini manusia belajar dengan robot. Tapi daripada tidak ada yang bisa memasak sama sekali di SKYLAR ini. Tetap kuhargai usaha Serenada untuk bisa membuat masak
"Ayo, Ayo, kemarilah! Pertunjukkan akan segera dimulai! Jangan lupa belilah token untuk masuk ke dalam tenda.""Hei, dimana kami bisa membelinya?""Disana! Ada loket kecil di ujung kanan.""Baiklah, terima kasih."Orang tadi masih berteriak, beberapa anak kecil berlari dan nampak orang tua mereka kewalahan mengejarnya. Kami langsung menuju ke tenda kecil yang dimaksud "Loket" oleh orang tadi."Permisi, kami mau beli tiga token.""Ya, baiklah semuanya tujuh puluh Rip! Kau mau bayar pakai tunai atau kartu?""Kami tidak punya uang, tapi kami bisa bayar dengan yang lain.""Kalian bercanda! Kalau tidak punya uang jangan kemari!""Hei, apa tidak bisa ditukar dengan ini? Ini kacamata canggih, kau saja belum tentu punya.""Hah! Untuk apa? Aku tidak membutuhkannya! Cepat pergilah!""Tunggu dulu! Bagaimana jika kami tukar dengan gelang ini?""Ayolah! Kalian buang-buang waktuku saja. Eh... ini... gelang d
Apa yang ada dipikiranku saat ini adalah Serenada. Makhluk itu terus berlari dan kami kehilangan jejaknya secara tiba-tiba. Asnee ingat aroma tubuh monster itu."Sniff....""Hm... kalau dari aromanya dia masih lurus.""Ayo kita kejar lagi!"Dova memacu Hexacycronya lebih cepat lagi. Senjata laser besar sudah ada di tangannya. Bersiap jika tiba-tiba monster itu muncul di hadapan kami. Seketika ada sekelebat bayangan muncul dan menghadang kami. Apalagi ini? Binatang berkaki empat yang wajahnya nyaris sama seperti monster tadi."Grrr...!""Minggir! Jangan halangi kami!""Apa itu, Dova?""Menurut informasi dari kacamataku, hewan ini namanya Harimau. Tapi aneh, warna bulunya putih dan lorengnya hitam.""Graor!""Aarkh! Jangan makan aku!"Asnee sudah panik dan menutupi mukanya. Tapi Harimau yang satu ini hanya melompatinya saja. Kini kami dihadang oleh dua binatang buas sekaligus."Harimau lagi! Tapi