"Ayo, Ayo, kemarilah! Pertunjukkan akan segera dimulai! Jangan lupa belilah token untuk masuk ke dalam tenda."
"Hei, dimana kami bisa membelinya?"
"Disana! Ada loket kecil di ujung kanan."
"Baiklah, terima kasih."
Orang tadi masih berteriak, beberapa anak kecil berlari dan nampak orang tua mereka kewalahan mengejarnya. Kami langsung menuju ke tenda kecil yang dimaksud "Loket" oleh orang tadi.
"Permisi, kami mau beli tiga token."
"Ya, baiklah semuanya tujuh puluh Rip! Kau mau bayar pakai tunai atau kartu?"
"Kami tidak punya uang, tapi kami bisa bayar dengan yang lain."
"Kalian bercanda! Kalau tidak punya uang jangan kemari!"
"Hei, apa tidak bisa ditukar dengan ini? Ini kacamata canggih, kau saja belum tentu punya."
"Hah! Untuk apa? Aku tidak membutuhkannya! Cepat pergilah!"
"Tunggu dulu! Bagaimana jika kami tukar dengan gelang ini?"
"Ayolah! Kalian buang-buang waktuku saja. Eh... ini... gelang d
Apa yang ada dipikiranku saat ini adalah Serenada. Makhluk itu terus berlari dan kami kehilangan jejaknya secara tiba-tiba. Asnee ingat aroma tubuh monster itu."Sniff....""Hm... kalau dari aromanya dia masih lurus.""Ayo kita kejar lagi!"Dova memacu Hexacycronya lebih cepat lagi. Senjata laser besar sudah ada di tangannya. Bersiap jika tiba-tiba monster itu muncul di hadapan kami. Seketika ada sekelebat bayangan muncul dan menghadang kami. Apalagi ini? Binatang berkaki empat yang wajahnya nyaris sama seperti monster tadi."Grrr...!""Minggir! Jangan halangi kami!""Apa itu, Dova?""Menurut informasi dari kacamataku, hewan ini namanya Harimau. Tapi aneh, warna bulunya putih dan lorengnya hitam.""Graor!""Aarkh! Jangan makan aku!"Asnee sudah panik dan menutupi mukanya. Tapi Harimau yang satu ini hanya melompatinya saja. Kini kami dihadang oleh dua binatang buas sekaligus."Harimau lagi! Tapi
"Anak-anak...! Serang dan tangkap yang berbadan setengah Rusa itu!" "Pilihan kita cuma satu, Majuuu...!" Asnee dan Primerose menggunakan kekuatan tanduk mereka. Banyak dari anak buah sirkus ini terpukul mundur, bahkan mati sia-sia. Aku mengerahkan pukulan jarak jauh yang mampu memukul mundur puluhan orang dihadapanku. Serenada memainkan mereka dan saat nyaris ditangkap, dia langsung menembakkan laser. Sesekali dia mengeluarkan bom asap kecil untuk mengecoh pandangan. Dova terus mengandalkan senjata laser di Hexacycro dan pistol laser miliknya. "Aneh, kenapa rasanya mereka tidak ada habisnya ya!" "Tenagaku sudah tak kuat lagi!" "Asnee! Bertahanlah dulu. Heaargh! Matilah kalian semuaa...!" Laki-laki berkumis aneh itu hanya tertawa sinis sambil diam ditempatnya. Apa mereka yang ada diluar ini bukan manusia asli? Jika hanya hologram semestinya mereka nampak membayang. Tapi mereka semua asli! "Graor!"
"Dok! Dok! Dok!""Datuk...! Tolong buka pintunya!""Iya, sabaaar! Siapa yang datang?"Ekspresi lelaki tua yang membukakan pintu nampak terkejut. Rupanya dia sudah kenal dengan Farhein dan Berlian. Kami semua langsung diminta masuk dan aku ditidurkan diatas kursi yang masih terbuat dari kayu."Farhein, Kenapa dengan anak muda ini?""Dia...ah! Kak Jaqualine menantangnya bertarung. Mereka sama kuatnya dan hasilnya seperti ini. Cepat! Tolonglah, Datuk.... Kalau tidak nyawanya tidak terselamatkan lagi.""Hm... aku rasa tidak. Dia masih bisa bertahan, Farhein."Laki-laki yang dipanggil Datuk itu nampak berkonsentrasi. Tidak nampak apakah dia sedang mengalirkan energi kepadaku. Tapi aku merasakan rasa hangat mengalir di tubuhku."Coba nak, gerakkan tanganmu perlahan.""Masih sakit....""Baiklah aku coba sekali lagi. Farhein, ambilkan air di belakang.""Baik, Datuk.""Ah, ya Berlian. Ambilkan kotak kay
Muncul kendaraan kecil yang menyambut kami setelah turun dari SKYLAR. Ternyata melalui kendaraan inilah kami diantar ke satu rumah. Eh, tapi bangunan mirip rumah biasa ada banyak disini. Hanya dibatasi taman kecil sebelum menuju ke bangunan rumah lainnya."Selamat datang, semuanya! Inilah kediamanku untuk sementara waktu.""Sementara waktu?""Ya, sampai aku selesai menjabat menjadi gubernur disini. Wilayah pemerintahanku tidak hanya kota LampOne-G saja, tapi kota kecil lainnya disekitarnya."Alamsyah mengajak masuk bersama kendaraan kecil yang kami tumpangi. Dia sendiri juga menaiki kendaraan yang sama."Bukannya ingin membuat kalian manja, tapi disini sangat luas. Bisa capek jika harus berjalan biasa. Nah, kendaraan itu akan mengantarkan kalian ke kamar."Setiap orang mendapatkan kamarnya masing-masing. Aku takjub melihat kamarnya. Rasanya seperti kembali lagi ke rumahku yang ada di dalam Dome. Terdapat kamar mandi juga didalam dan ka
Alamsyah datang menaiki kendaraan kecilnya, sebelumnya dia sudah berpesan agar kami berkumpul di ruang tengah tempat kami tinggal sementara ini. Farhein sudah pulang ke Hutan Bukit Alam Tuo. Sengaja pertemuan ini dilakukan malam hari agar tidak ada yang mencuri dengar."Kalian harus segera pergi, bukan bermaksud mengusir tapi kita tak pernah tahu. Apakah Profesor Madrosa masih baik-baik saja atau tidak. Komunikasi kami sempat terputus selama satu bulan.""Jadi, kami selanjutnya harus mengarah kemana?""Ke Pulau Van Java. Tapi tolong lewat jalur laut saja."Jalur laut sejauh ini tidak terlalu mendeteksi adanya pendatang dari negara lain. Alamsyah berpikir jalur ini lebih aman untuk kami. Sebab bila menerbangkan SKYLAR, maka dikhawatirkan menara pengawas di Kota Meichartaka akan mendeteksi kami sebagai penyusup."Tidak ada ampun bagi penyusup. Kenapa jalur laut tidak seketat itu? Karena laut disini sangat berbahaya. Beberapa kali muncul p
"Apa yang terjadi tadi? Perutku mual sekali! Hngg...!"Serenada berlari kembali ke kamar mandi. Ini sudah ketiga kalinya dia muntah. Asnee hanya memegang kepalanya dan tubuhnya sudah berubah menjadi setengah Rusa.Sementara aku dan Dova hanya diam dan terduduk cukup lama dibawah panel. Kurasa inilah pengalaman pertama dan kalau perlu terakhir kalinya nyaris mati ditelan pusaran air. W115 juga mendatangiku dan bertanya soal itu."Biarkan aku dan Dova menenangkan diri dulu, W115.""Baik, Tuan. Maafkan saya."Aku dan Dova hanya saling memandang. Napas kami masih terengah-engah. Akhirnya aku duluan yang mencoba bangkit dan duduk di tempatku seperti biasanya. Dova masih terduduk dibawah sambil berteriak pada W115 agar diambilkan segelas air.Kondisi mulai kondusif, aku harap tidak ada lagi kejadian seperti tadi. Perjalanan berlangsung tenang dan sepertinya ini sudah mulai masuk malam hari. Lampu depan dan samping SKYLAR aku hidu
"Cepat sekali makhluk itu berenang!""Hei, apa yang kalian lakukan?""Sst... diam dulu Serenada! Kami sedang mengejar makhluk aneh itu."Badannya yang kira-kira sebesar manusia itu tak membuatnya lambat dalam berenang. Gerakan sirip belakangnya nampak cepat sekali. Makhluk itu akhirnya menengok ke belakang. Sepertinya dia tahu kalau kami mengikutinya."Astaga! Wajahnya menjijikkan sekali!""S-seperti manusia tapi dipenuhi apa itu...? Hm...ya, menurut informasi di kacamataku badannya dipenuhi sisik. Termasuk di beberapa bagian wajahnya.""Fokus kita kejar saja, Dova! Eeeh... apa ini?""Gerombolan ikan? Uwaaaa...!""Duk! duk! duk!"Akhirnya hilang juga sebanyak apa ikan yang sempat menabrak kaca depan SKYLAR. Untung saja kacanya tidak pecah. Tapi kami jadi kehilangan jejak makhluk tadi. Kemana perginya ya?"PERINGATAN! OKSIGEN SUDAH MENIPIS!""Kita naik ke permukaan dulu untuk mengambil oksigen. Naikkan tuasn
Aku mendekati Serenada dan Asnee, mereka berdua nampak bahagia membuat bangunan dari pasir. Meski menurutku bentuknya aneh. Dova sebenarnya mengajakku ke tempat lain. Tapi aku tak mau dan memilih disini saja. Tiba-tiba air laut datang dan menghancurkan apa yang sudah dibuat oleh mereka berdua."Kita terlalu dekat dengan laut, jadi ombak mudah sekali menghancurkan buatan kita.""Nah, aku baru tahu. Jadi air laut yang mendekati daratan disebut ombak ya."Asnee hanya mengangguk. Dia sibuk membuat yang baru lagi. Dova berdiri diantara kami semua dan menantang untuk saling membuat sesuatu dari pasir di pantai ini."Apa saja! Tidak harus bangunan.""Baiklah, siapa takut?""Kita bagi jadi dua tim saja! Aku dan Asnee sedangkan kau dan Artemis.""Hehe... karya kami akan lebih bagus. Ayo, Artemis!"Sinar matahari semakin panas, tapi tidak kami hiraukan. Dova sudah lupa dengan masalah yang tadi. Dia fokus dengan tantangan yang dibua