Share

Catatan Keempat puluh Sembilan : Malam Hari di Padang Pasir

Dalam perjalanan pulang, aku selalu melihat ke arah cincin batu Kecubung itu. Warna ungunya menghipnotis mataku, seolah ingin selalu kulihat.

"Kau percaya pada kata-katanya dan juga cincin itu, Artemis?"

Aku hanya menghela napas panjang, lalu menatap ke arah Abdullah. Sebenarnya antara percaya dan tidak! Tapi siapa lagi yang bisa memberikan informasi tentang letak Nuuswantaara itu kalau bukan dari Anas.

"Bagaimana aku menjawab pertanyaanmu itu, Abdullah? Satu sisi aku membutuhkan informasi tentang tempat itu, sisanya aku harus membuktikan dulu baru percaya."

"Hah! Kupikir kau orang yang mudah sekali percaya akan hal itu, Artemis!"

Tangan Abdullah membuka pintu rumahnya sendiri, ia justru masuk belakangan dan mempersilahkan aku terlebih dahulu. Kami berdua sudah disambut oleh Emilia yang nampak lebih rapi penampilannya kali ini. Biasanya dia masih mengenakan apronnya dan sibuk melakukan sesuatu di dapur.

"Hei, kalian berdua sudah pulang? Baguslah! Aku butuh sesuatu lagi untuk membetulka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status