"Astaga! Aku duluan yang mencobanya kalau begitu.""Hei, aku juga mau! Jangan lama-lama ya, Dova!""Nah, apa aku bilang tadi. Penampilanmu berbeda kan, Artemis!""Serenada, seberapa bedanya penampilanku sekarang?""Kau sangat... sangat... uugh! Aku tak tahu lagi, Artemis! Haruskah aku mengakui kalau kau sekarang nampak lebih TAMPAN!"Aku jadi malu mendengarnya, apalagi itu Serenada sendiri yang berbicara. Sampai kutepuk pipi ini berulang kali. Semoga saja ini bukan mimpi!Begitu penasarannya dengan penampilanku yang sekarang, aku sampai meminta ditunjukkan melalui cermin. Akira cukup mendorong badanku ke sisi kiri ruangan ini. Ternyata memang ada cermin besar disini! Wah, penampilanku total berubah. Tak pernah kusangka bisa menjadi seperti ini."Jadi, mesin itu bisa menyesuaikan mana yang cocok.""Dan bisa sesuai keinginan kita juga. Kau kan sepertinya takut kalau kumis tipismu itu menghilang. Pasti didalam tadi kau tidak minta untuk dicukur habis.""Hm... ya tapi lebih rapi. Sejujurny
"Baiklah, kita sudah sampai. Tunggu sampai sabuk pengamannya terbuka secara otomatis."Akhirnya terbuka juga sabuknya dan kami bisa turun. Aku dan kedua temanku itu takjub melihat isi pusat kota Ichi Hana di malam hari. Rasanya berbeda sekali! Disini ada banyak gedung dan tampilan iklan entah produk apa. Aku tak paham sebab masih banyak yang menggunakan bahasa asli sini."Ayo, mau sampai kapan kalian bertiga bengong disitu!""Ah, iya!"Kata siapa kalau tidak banyak manusianya justru sepi? Kota ini tetap nampak ramai, tapi ada beberapa pemandangan aneh disini. Ada satu, dua ah mungkin lebih dari itu laki-laki yang menggandeng tangan robot humanoid berpenampilan seksi. Lebih baik nanti saja kutanyakan pada Akira."Saat malam hari, memang ada banyak yang datang dari distrik mana saja untuk sekedar makan malam.""Lalu saat siang hari?""Ah, tidak banyak! Sebab disini rasanya panas! Hanya beberapa yang berani keluar saat siang hari itu juga langsung masuk ke dalam gedung. Berbeda saat malam
"Huh! Sayangnya kau tidak punya tempat tinggal di pusat kota ya, Akira.""Dulu ada, tapi aku menyerahkan kembali pada pemerintah. Semua keluargaku meninggal disana dan tak ada yang tersisa kecuali aku. Lagipula aku tinggal di distrik N-19, jadi untuk apa mempertahankan tempat tinggal keluargaku dulu?"Aku menyodok pinggang Dova dan dia membalasnya lagi. Duh, untuk apa sih mau tinggal di pusat kota? Seharusnya dia bersyukur sudah bisa tinggal di rumah Akira daripada harus tetap tidur di SKYLAR."Ah, Nanako....""Kau suka padanya, Dova? Ternyata itu alasanmu mau tinggal di pusat kota.""Memang kenapa, Artemis? Apa manusia buatan sepertiku tak boleh mengenal cinta?"Mulai lagi dia menyebut tentang asal mula dirinya sebagai manusia buatan. Aku benci itu! Semua manusia sama, mau dia terlahir dari mesin atau rahim asli."Tapi, Nanako itu aslinya sudah berumur empat puluh tahun loh!""Hah? Kau tidak sedang bercanda bukan, Akira?""Tidak! Lalu kalian kira aku masih berumur berapa?""Biar aku y
Panasnya pusat kota Ichi Hana memang luar biasa! Rasanya seluruh tubuhku ini telah basah oleh keringat. Aku sudah berganti memakai pakaian lama. Mana itu bahannya tebal tidak seperti kemeja yang kemarin."Sepertinya kau butuh minuman dingin, Artemis!""Ya, itu pasti!""Kau juga sih! Kenapa mengganti pakaian dengan yang lama?""Entahlah, rasanya aku jadi orang yang berbeda dengan memakai kemeja putih berbahan tipis itu.""Padahal menurutku, kau lebih tampan dengan kemeja biasa.""Ulangi kata-katamu sekali lagi, Serenada!""Eh, tidak jadi deh!""Hahaha... kalian ini memang asli berpacaran ya!""Tidak, enak saja!"Aku dan Serenada menutup mulut masing-masing. Kenapa bisa bersamaan begini saat menanggapi kata-kata Akira tadi? Tapi tunggu sebentar! Serenada tadi bilang lagi kalau aku lebih tampan dengan kemeja biasa. Kulihat wajahnya kini nampak memerah malu."Oh ya, Akira! Kenapa tempat ini diberi nama Ichi Hana?""Ada satu pohon Sakura yang tak pernah gugur daunnya. Bunganya pun juga ada
"Dova kau mau ikut?""Kemana dulu, Artemis?""Ke Hutan Tanpa Nama bersama Akira. Katanya mau mengajak kita ke guru beladirinya, dia menyebutnya Sensei Hachiro.""Aku tidak tertarik! Kecuali kalian mau ke pusat kota lagi.""Kita akan ke pusat kota saat tahun baru 2051 nanti!"Dova melipat tangannya diatas dada, dia berpikir cukup lama. Beberapa kali aku meliriknya sambil menyiapkan Pentarec. Serenada yang paling bersemangat hari ini, dia tak sabar ingin belajar ilmu beladiri. Pada akhirnya Dova mengangguk sambil tersenyum juga."Yes! Ayo bersiaplah, Dova!""Kalian mau pakai alat itu?""Ya, memangnya kenapa?""Sst... mari kuberitahu satu rahasia di distrik ini!"Akira mengajak kami keluar, lalu meminta kami meninggalkan Pentarec di rumahnya. Dia hanya diam diatas jalanan depan rumah ini. Nah, lalu apa istimewanya?"Jalanan di distrik N-19 ini dibuat spesial! Kita cukup berdiri disini saja, gerakkan kaki kalian seperti meluncur dengan sepatu roda.""Bagaimana kalau nanti kami terjatuh?""
Memang berlatih ilmu baru tidak bisa cepat. Aku, Akira dan Serenada yang akhirnya datang kemari. Rupanya Akira sudah lebih mahir dalam melakukan gerakan beladiri. Latihannya jelas berbeda dengan Serenada yang baru saja diajari oleh Sensei Hachiro.Sebelum aku berlatih meditasi, berulang kali melihat Akira berlatih dengan sasaran. Seolah tubuh pendeknya tak ada artinya bila sudah mengeluarkan jurus apapun. Tak bisa kubayangkan andai kena pukulan ataupun tendangannya mungkin aku sudah terpental cukup jauh."Baiklah, sudah cukup! Kita istirahat dulu."Aku mendengar suara itu namun rasanya mata ini masih ingin terpejam melanjutkan latihan meditasi. Sampai akhirnya satu tepukan dipundakku menyadarkanku."Ah, bagaimana rasanya setelah kau berlatih meditasi?""Ya, aku merasa bisa jauh lebih tenang."Hachiro masih terus menuangkan teko berisi teh ke gelas yang lain. Sesekali melihatku sambil sedikit menaikkan alisnya. Dia mulai memberikan gelas teh tadi pada kami."Lakukan itu juga dimanapun k
"Artemis, sudahlah!"Serenada sedikit mendorong tubuhku agar ia lepas dari pelukanku. Aku baru tersadar ini masih di rumah Hachiro. Uuh... rupanya Hachiro dan Akira melihatku sambil tersenyum. Rasanya jadi malu!"Maafkan aku... aku...."Kulihat lantai kayu disini rusak total. Aku siap bertanggung jawab untuk membantu membetulkannya. Meski sebenarnya juga tak bisa sih memperbaikinya. Kalau diajari nanti juga bisa. Lagipula mau bayar pun aku tak punya uangnya. Hachiro hanya tersenyum padaku dan memintaku juga Serenada untuk berdiri."Tidak perlu kau menggantinya, Artemis! Aku tahu kau pasti masih merasa tidak enak dengan kerusakan yang kau buat. Setidaknya aku sudah tahu dimana letak kekuatanmu yang sebenarnya dan mari kita bicara santai didekat taman lagi."Kami semua berjalan lagi menuju ke tempat awal, Hachiro menuangkan teh digelasku dan meminta agar aku meminumnya. Katanya agar aku lebih tenang."Katakan padaku, Artemis. Apa yang kau rasakan saat kekuatan itu keluar dari dalam dirim
Sejak peristiwa itu, aku makin sadar. Tak lagi perlu malu pada Serenada soal perasaanku ini. Toh, dia juga menyukaiku. Hanya saja, aku masih tak mau melukai hati Dova yang sempat menyukai Serenada. Meski sekarang kutahu dia malah fokus mengejar Nanako."Nanti ada acara perayaan tahun baru. Kalian mau ikut? Katanya Nanako juga mau lihat pesta kembang api.""Tentu saja ikut!""Eh, disana ada banyak stand makanan dan minuman. Kalian bebas lho mau makan apa saja!""Ya, tapi kan tetap saja berbayar!""Ah, tidak! Spesial untuk perayaan tahun baru saja. Tapi dibatasi ya, satu orang hanya boleh ambil makanan di satu stand saja. Nah, selain itu ada stand khusus...."Akira tak melanjutkan kata-katanya. Dia malah mendekatiku dan Serenada sambil tersenyum. Kenapa kali ini senyumnya nampak berbeda ya?"Ada stand ramalan dan kalian berdua bisa mencobanya!""Ramalan? Eh, apa itu?""Astaga! Kalian tak pernah tahu?""Semacam perkiraan yang akan terjadi, begitu bukan Akira?""Yaah... kira-kira begitulah
Yess...! Akhirnya Artemis mengijinkanku untuk memakai sisa terakhir dari kapasitas kertas ini. Aku mau menuliskan kisah malam pertama Serenada dan Artemis. Sebenarnya, ini adalah misi selanjutnya dariku dan Irana.Hei, kalian tahu bukan? Artemis dan Serenada itu orangnya polos parah. Mereka tidak paham soal apa yang harus dilakukan oleh pasangan pengantin setelah menikah. Haah... aku tidak tahu! Kenapa bisa punya sahabat seperti mereka?"Roger! Ganti! Posisimu, Irana!""Bzzzt!""Posisi! Aku ada di dekat kamar pengantin."Astaga! Apa yang dilakukan Irana disana? Terpaksa aku datangi saja dan kuseret dulu keluar dari posisinya."Kapten! Bajuku bisa rusak!""Aaah...! Kau ini bagaimana? Kenapa malah ada didepan pintu kamar mereka?""Bukannya kita mau mengawasi, apakah mereka sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai pasangan suami istri pertama kalinya?""Tapi jangan didepan pintu! Bagaimana kalau mereka t
Bel rumah Profesor Madrosa berbunyi. Kebetulan sang pemilik rumah sedang pergi bersama cucunya. Jadi, aku yang membukakan pintu kali ini."Halo, Artemis...!""Astaga! Kalian semua...."Dova akhirnya turun dari lantai dua dan ikut menyambut orang-orang yang datang kemari. Dia meminta semuanya masuk dan seketika rumah ini jadi ramai. Acaranya besok, tapi mereka semua sudah hadir. Ternyata Dova mengundang orang-orang ini.Dari B-Neo City ada Azka yang datang dan juga laki-laki dari suku Xafreon yang bernama Purnama. Aku ingat ini, Alamsyah dan Farhein dari keluarga El-Tigre. Padahal Alam ini orangnya selalu sibuk."Aku hanya bisa hari ini saja, Artemis. Farhein yang mewakiliku nanti. Kalau sudah selesai, biar nanti aku jemput."Ternyata itu alasannya kenapa dia mengajak Farhein. Ada Dexta, Alara, Ericko dan juga Asnee yang ikut datang kemari. Asnee yang paling heboh disini. Dia bilang, Primerose akan datang besok.
Waktu terus berlalu di Nuuswantaara...Aku, Irana dan Serenada masih terus berlatih. Bahkan sekarang aku lebih baik dalam mengendalikan kekuatan EARTHSEED ini. Tak perlu lagi marah atau melihat Serenada menderita. Kapanpun asal dibutuhkan, aku bisa mengendalikannya.Perkembangan Irana juga sangat baik dalam mengendalikan listrik di tubuhnya.Profesor Madrosa membantu kami agar bisa mendapatkan tanda bukti bahwa kami sekarang adalah penduduk tetap di Nuuswantaara ini. Bahkan dia yang menunjukkan dimana aku bisa belajar lagi ilmu arkeologi yang sesungguhnya.Sepertinya SKYLAR sebentar lagi akan pensiun. W115 juga ku turunkan dan Profesor Madrosa sangat terkejut melihatnya.Sayangnya, mesin W115 mulai mengalami kerusakan. Irana menyarankan untuk menonaktifkan robot ini. Hanya satu yang kuminta darinya, aku hanya mau mengambil memori milik sahabat robotku ini. Irana dan Dova yang bekerjasama mengeluarkan dan katanya ada rencana mereka mau mem
Sepertinya aku bangun terlalu pagi. Kulihat Serenada dan Dova masih tertidur di kasurnya. Aku meminta W115 membuatkan sarapan dan segelas kopi untukku. Saat aku pergi ke kamar mandi dan membuka baju, baru ku sadari hal lainnya.Aku pikir hanya lengan dan telapak tanganku saja yang nampak lebih besar. Bagian dada dan perut juga jadi lebih bidang. Padahal rasanya dulu biasa saja. Bahkan aku tidak pernah berolahraga rutin untuk membentuk badanku."Haah... sepertinya aku butuh baju baru."Aku hanya berganti pakaian dengan kaos biasa saja. Baju bekas ayah sudah kucoba dan sama saja sempitnya. Saat aku turun sambil memakan sepotong roti dan membawa segelas kopi di tangan, Irana mengejutkanku."Eh, hampir saja ini jatuh!""Pagi, Artemis. Temanmu yang perempuan itu belum bangun?""Serenada? Ya, dia masih tertidur. Aku tidak berani mengganggunya. Ada apa?""Kakekku mengajak kalian sarapan di rumah. Oh ya, ngomong-ngomong saat
"Kakek...! Keluarkan aku dari sini! Aaargh! Lepaskan aku!""Ayo batalkan! Komputer utama... batalkan prosesnya!""PROSES TIDAK BISA DIBATALKAN!""A-apa? Iranaaaa...!""Kakeeeek...! Aaaaa...!""PROSES DIMULAI!""Tidaaaaak...!"Sementara itu, Dova dan Serenada masih terjebak dengan Artemis. Mereka berdua tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan."Aku tidak mau mati sekarang, Dova!""Kau pikir aku juga? Artemis... sadarlah!""Dova... Serenada...kalian adalah sahabat terbaikku."Artemis berhasil meraih mereka berdua dan memeluknya. Tapi bagi Dova dan Serenada, mereka justru tersiksa oleh panas yang berasal dari tubuh Artemis."Panaaaas...!""Eergh! Profesor... apa yang harus kami lakukan? Kami sudah tidak tahan lagi...!""Dova, aku tahu! Tahanlah sebentar!"Profesor Madrosa merogoh kantong jas laboratoriumnya. Dia mengeluarkan batu Katilayu yang berasal dari Artemis sebel
"Kau gila, Artemis!""Ya, aku memang sudah gila Dova!""Pikirkan lagi baik-baik, Artemis. Kumohon....""Semua sudah aku pikirkan dan sekarang aku sedang memutuskan itu, Serenada."Profesor Madrosa masih saja diam menatapku. Ternyata Irana punya pemikiran yang sama dengan kedua sahabatku itu. Hari ini aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu. Satu tujuanku, ingin hidup normal. Jika memang gagal, biarkan aku menyusul ayah dan ibuku."Kemarilah kalian semua!"Profesor Madrosa menunjukkan satu alat yang ditutupi kain putih. Saat kain penutupnya dibuka, nampak tabung besar berwarna silver dalam kondisi tertutup. Tabung Penghapus, begitulah sebutan yang disematkan oleh sang pembuatnya sendiri."Seharusnya ini untuk Irana. Tapi aku tidak mau terjadi apapun pada cucu kesayanganku itu."Apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur. Tujuan terakhirku melakukan perjalanan hanya untuk ini saja. Bertemu dengan Profesor Madrosa dan mengh
Max banyak bercerita pada Profesor Madrosa saat aku sedang perjalanan kemari. Terutama tentang masa laluku, pantas saja tahu nama lengkapku. Sesekali lelaki tua itu menghisap rokoknya."Tidak terganggu dengan rokokku bukan?""Tidak masalah, aku sudah terbiasa."Sebenarnya dia cukup geram dengan Max dan semua yang telah dilakukannya. Menurut Profesor Madrosa, dia sudah sangat keterlaluan. Max telah melanggar etika sains dan itu sebabnya tak pernah lagi muncul. Hanya teman terbaiknya saja yang tahu posisi dia saat ini."Dome milik V-Corporation adalah tempat terbaik baginya untuk bersembunyi. Jika tidak, dia sudah ditangkap dan dipenjara.""Maksudnya ini tentang semua percobaan dia yang melibatkan manusia. Termasuk aku dan Dova?""Dova yang pakai jas laboratorium itu?""Ya, itu aku."Sedikitnya aku jelaskan tentang masa lalu Dova bahwa dia adalah manusia buatan generasi pertama. Max juga yang memimpin dan mengawasi pr
Madrosa menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya. Dia bercerita dulu tentang apa itu EARTHSEED Golem.Rupanya manusia yang menjadi EARTHSEED ini hanya ada satu saja setiap elemennya. Misalnya saja seperti Irana, tidak ada EARTHSEED Golem lainnya yang mampu mengeluarkan listrik dari tubuhnya."Sepertinya dari ceritamu di awal, Artemis. Kau masuk ke dalam elemen tanah. Kekuatanmu bisa menghancurkan tanah bahkan batu yang kau pukul.""Ya, itu benar.""Wah, dia yang namanya Artemis ini EARTHSEED juga ya. Berarti kita sama! Tos dulu!"Irana mengajakku tos dan tentu saja kubalas. Tapi tiba-tiba dia merasa aneh sambil melihat ke telapak tangannya."Eh, padahal aku tadi pakai tangan yang belum terbungkus sarung tangan. Tapi kenapa kau tidak kesetrum?""Karena dia berelemen tanah, Irana. Tanah menyerap energi listrikmu.""Ooh... begitu ya, Kek. Kalau begitu aku setrum yang tadi saja. Siapa namanya?""Dia na
"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"SKYLAR masih mengikuti petunjuk sesuai dengan peta offline. Dova meninggalkan ruang kendali sebentar dan sepertinya meminta W115 untuk dibuatkan makanan. Dia mengambil sebotol minuman sari buah di lemari pendingin. Baru dia cium aromanya langsung isinya dibuang ke wastafel."Astaga! Pantas saja! Ini sudah melewati masa kadarluarsa.""Kalau begitu buang saja semuanya. Jadi, minuman yang baru kita beli bisa masuk juga kesini.""Eh, sejak kapan kau ada di belakangku Artemis?""Kupikir mata siberkinetikmu mampu mendeteksi pergerakanku.""Mana bisa kalau kau ada dibelakangku, Artemis. Haah...! Dasar!"Serenada ikut ke belakang, tapi dia hanya mengambil coklat pemberian Madeline tadi. Rasanya masih aneh sampai dengan saat ini melihatnya. Astaga! Tadi aku benar-benar menciumnya ya!"Kau kenapa Artemis? Aneh sekali!""Tidak apa! W115! Buatkan aku makanan yang ini saja.""Baik, Tuan Artemis."