"Huh! Sayangnya kau tidak punya tempat tinggal di pusat kota ya, Akira.""Dulu ada, tapi aku menyerahkan kembali pada pemerintah. Semua keluargaku meninggal disana dan tak ada yang tersisa kecuali aku. Lagipula aku tinggal di distrik N-19, jadi untuk apa mempertahankan tempat tinggal keluargaku dulu?"Aku menyodok pinggang Dova dan dia membalasnya lagi. Duh, untuk apa sih mau tinggal di pusat kota? Seharusnya dia bersyukur sudah bisa tinggal di rumah Akira daripada harus tetap tidur di SKYLAR."Ah, Nanako....""Kau suka padanya, Dova? Ternyata itu alasanmu mau tinggal di pusat kota.""Memang kenapa, Artemis? Apa manusia buatan sepertiku tak boleh mengenal cinta?"Mulai lagi dia menyebut tentang asal mula dirinya sebagai manusia buatan. Aku benci itu! Semua manusia sama, mau dia terlahir dari mesin atau rahim asli."Tapi, Nanako itu aslinya sudah berumur empat puluh tahun loh!""Hah? Kau tidak sedang bercanda bukan, Akira?""Tidak! Lalu kalian kira aku masih berumur berapa?""Biar aku y
Panasnya pusat kota Ichi Hana memang luar biasa! Rasanya seluruh tubuhku ini telah basah oleh keringat. Aku sudah berganti memakai pakaian lama. Mana itu bahannya tebal tidak seperti kemeja yang kemarin."Sepertinya kau butuh minuman dingin, Artemis!""Ya, itu pasti!""Kau juga sih! Kenapa mengganti pakaian dengan yang lama?""Entahlah, rasanya aku jadi orang yang berbeda dengan memakai kemeja putih berbahan tipis itu.""Padahal menurutku, kau lebih tampan dengan kemeja biasa.""Ulangi kata-katamu sekali lagi, Serenada!""Eh, tidak jadi deh!""Hahaha... kalian ini memang asli berpacaran ya!""Tidak, enak saja!"Aku dan Serenada menutup mulut masing-masing. Kenapa bisa bersamaan begini saat menanggapi kata-kata Akira tadi? Tapi tunggu sebentar! Serenada tadi bilang lagi kalau aku lebih tampan dengan kemeja biasa. Kulihat wajahnya kini nampak memerah malu."Oh ya, Akira! Kenapa tempat ini diberi nama Ichi Hana?""Ada satu pohon Sakura yang tak pernah gugur daunnya. Bunganya pun juga ada
"Dova kau mau ikut?""Kemana dulu, Artemis?""Ke Hutan Tanpa Nama bersama Akira. Katanya mau mengajak kita ke guru beladirinya, dia menyebutnya Sensei Hachiro.""Aku tidak tertarik! Kecuali kalian mau ke pusat kota lagi.""Kita akan ke pusat kota saat tahun baru 2051 nanti!"Dova melipat tangannya diatas dada, dia berpikir cukup lama. Beberapa kali aku meliriknya sambil menyiapkan Pentarec. Serenada yang paling bersemangat hari ini, dia tak sabar ingin belajar ilmu beladiri. Pada akhirnya Dova mengangguk sambil tersenyum juga."Yes! Ayo bersiaplah, Dova!""Kalian mau pakai alat itu?""Ya, memangnya kenapa?""Sst... mari kuberitahu satu rahasia di distrik ini!"Akira mengajak kami keluar, lalu meminta kami meninggalkan Pentarec di rumahnya. Dia hanya diam diatas jalanan depan rumah ini. Nah, lalu apa istimewanya?"Jalanan di distrik N-19 ini dibuat spesial! Kita cukup berdiri disini saja, gerakkan kaki kalian seperti meluncur dengan sepatu roda.""Bagaimana kalau nanti kami terjatuh?""
Memang berlatih ilmu baru tidak bisa cepat. Aku, Akira dan Serenada yang akhirnya datang kemari. Rupanya Akira sudah lebih mahir dalam melakukan gerakan beladiri. Latihannya jelas berbeda dengan Serenada yang baru saja diajari oleh Sensei Hachiro.Sebelum aku berlatih meditasi, berulang kali melihat Akira berlatih dengan sasaran. Seolah tubuh pendeknya tak ada artinya bila sudah mengeluarkan jurus apapun. Tak bisa kubayangkan andai kena pukulan ataupun tendangannya mungkin aku sudah terpental cukup jauh."Baiklah, sudah cukup! Kita istirahat dulu."Aku mendengar suara itu namun rasanya mata ini masih ingin terpejam melanjutkan latihan meditasi. Sampai akhirnya satu tepukan dipundakku menyadarkanku."Ah, bagaimana rasanya setelah kau berlatih meditasi?""Ya, aku merasa bisa jauh lebih tenang."Hachiro masih terus menuangkan teko berisi teh ke gelas yang lain. Sesekali melihatku sambil sedikit menaikkan alisnya. Dia mulai memberikan gelas teh tadi pada kami."Lakukan itu juga dimanapun k
"Artemis, sudahlah!"Serenada sedikit mendorong tubuhku agar ia lepas dari pelukanku. Aku baru tersadar ini masih di rumah Hachiro. Uuh... rupanya Hachiro dan Akira melihatku sambil tersenyum. Rasanya jadi malu!"Maafkan aku... aku...."Kulihat lantai kayu disini rusak total. Aku siap bertanggung jawab untuk membantu membetulkannya. Meski sebenarnya juga tak bisa sih memperbaikinya. Kalau diajari nanti juga bisa. Lagipula mau bayar pun aku tak punya uangnya. Hachiro hanya tersenyum padaku dan memintaku juga Serenada untuk berdiri."Tidak perlu kau menggantinya, Artemis! Aku tahu kau pasti masih merasa tidak enak dengan kerusakan yang kau buat. Setidaknya aku sudah tahu dimana letak kekuatanmu yang sebenarnya dan mari kita bicara santai didekat taman lagi."Kami semua berjalan lagi menuju ke tempat awal, Hachiro menuangkan teh digelasku dan meminta agar aku meminumnya. Katanya agar aku lebih tenang."Katakan padaku, Artemis. Apa yang kau rasakan saat kekuatan itu keluar dari dalam dirim
Sejak peristiwa itu, aku makin sadar. Tak lagi perlu malu pada Serenada soal perasaanku ini. Toh, dia juga menyukaiku. Hanya saja, aku masih tak mau melukai hati Dova yang sempat menyukai Serenada. Meski sekarang kutahu dia malah fokus mengejar Nanako."Nanti ada acara perayaan tahun baru. Kalian mau ikut? Katanya Nanako juga mau lihat pesta kembang api.""Tentu saja ikut!""Eh, disana ada banyak stand makanan dan minuman. Kalian bebas lho mau makan apa saja!""Ya, tapi kan tetap saja berbayar!""Ah, tidak! Spesial untuk perayaan tahun baru saja. Tapi dibatasi ya, satu orang hanya boleh ambil makanan di satu stand saja. Nah, selain itu ada stand khusus...."Akira tak melanjutkan kata-katanya. Dia malah mendekatiku dan Serenada sambil tersenyum. Kenapa kali ini senyumnya nampak berbeda ya?"Ada stand ramalan dan kalian berdua bisa mencobanya!""Ramalan? Eh, apa itu?""Astaga! Kalian tak pernah tahu?""Semacam perkiraan yang akan terjadi, begitu bukan Akira?""Yaah... kira-kira begitulah
"Hei, hentikan Dova!"Uugh! Dia malah menarik jaketku hingga wajah kami berdua mendekat. Pada akhirnya penyesalan itu selalu ada dibelakang. Dova melihat sendiri Nanako membawa robot humaoid berpenampilan laki-laki. Ia mengenalkan itu sebagai pacarnya dihadapan temanku yang satu ini."Le-lepaskan, Dova! Ingusmu...uuh!""Kau tidak tahu betapa hancurnya hatiku, Artemis! Huhu...aku sudah berusaha sebisa mungkin untuknya. Tapi kenapa... dia...huaaa...!""Dova, hentikan! Kau ini memalukan sekali sih!"Serenada berusaha menarik badan Dova. Bukannya lepas malah justru semakin menempel. Sejujurnya aku sudah jijik dengan ingusnya. Ditengah kondisi yang seperti ini, aku melihat perempuan misterius itu lagi. Masih sama mengenakan topi lebarnya, kurasa itu sengaja dia gunakan untuk menutupi wajahnya."Sst...Serenada! Lihatlah perempuan bertopi lebar dibelakangmu itu!"Kepala Serenada menoleh ke belakang. Pada akhirnya ia melihatnya. Tak kusangka, perempuan misterius itu menengok ke arah kami berti
"Aku sepertinya pernah cerita padamu bukan, Artemis?""Huh, ya tapi tidak lengkap!""Ceritakan semuanya saja, Dova! Aku benar-benar penasaran!"Dova menceritakan dirinya saat masih tinggal di Laboratorium Utama. Jauh sebelum aku dan Serenada bekerja disana. Waktu itu, dia masih menjadi asisten Profesor Sanders. Satu waktu, dia pernah tak sengaja mendengar pembicaraan orang-orang disana sebelum ia tidur.Ada yang mengatakan soal tubuh pengganti Toni Rodgers yang sudah mencapai batas. Artinya tak bisa lagi memakai tubuh pengganti buatan hasil kloningan sejak dia masih muda. Kalau soal ini aku sudah mendengarnya dari Dova juga."Untuk itu ayahmu mencari tubuh lain yang bisa dijadikan pengganti baginya. Tubuh itu harus asli, bukan buatan laboratorium. Sayangnya, tubuh kakakmu tak cocok dengan ayahmu.""Tunggu, Dova! Aku ingat sesuatu! Ayahku pernah mengajakku ke dalam laboratorium. Entah untuk apa aku hanya menurutinya saja. Kurasa sejak dulu, aku pernah bertemu dengan Max yang memintaku u