Sejak peristiwa itu, aku makin sadar. Tak lagi perlu malu pada Serenada soal perasaanku ini. Toh, dia juga menyukaiku. Hanya saja, aku masih tak mau melukai hati Dova yang sempat menyukai Serenada. Meski sekarang kutahu dia malah fokus mengejar Nanako."Nanti ada acara perayaan tahun baru. Kalian mau ikut? Katanya Nanako juga mau lihat pesta kembang api.""Tentu saja ikut!""Eh, disana ada banyak stand makanan dan minuman. Kalian bebas lho mau makan apa saja!""Ya, tapi kan tetap saja berbayar!""Ah, tidak! Spesial untuk perayaan tahun baru saja. Tapi dibatasi ya, satu orang hanya boleh ambil makanan di satu stand saja. Nah, selain itu ada stand khusus...."Akira tak melanjutkan kata-katanya. Dia malah mendekatiku dan Serenada sambil tersenyum. Kenapa kali ini senyumnya nampak berbeda ya?"Ada stand ramalan dan kalian berdua bisa mencobanya!""Ramalan? Eh, apa itu?""Astaga! Kalian tak pernah tahu?""Semacam perkiraan yang akan terjadi, begitu bukan Akira?""Yaah... kira-kira begitulah
"Hei, hentikan Dova!"Uugh! Dia malah menarik jaketku hingga wajah kami berdua mendekat. Pada akhirnya penyesalan itu selalu ada dibelakang. Dova melihat sendiri Nanako membawa robot humaoid berpenampilan laki-laki. Ia mengenalkan itu sebagai pacarnya dihadapan temanku yang satu ini."Le-lepaskan, Dova! Ingusmu...uuh!""Kau tidak tahu betapa hancurnya hatiku, Artemis! Huhu...aku sudah berusaha sebisa mungkin untuknya. Tapi kenapa... dia...huaaa...!""Dova, hentikan! Kau ini memalukan sekali sih!"Serenada berusaha menarik badan Dova. Bukannya lepas malah justru semakin menempel. Sejujurnya aku sudah jijik dengan ingusnya. Ditengah kondisi yang seperti ini, aku melihat perempuan misterius itu lagi. Masih sama mengenakan topi lebarnya, kurasa itu sengaja dia gunakan untuk menutupi wajahnya."Sst...Serenada! Lihatlah perempuan bertopi lebar dibelakangmu itu!"Kepala Serenada menoleh ke belakang. Pada akhirnya ia melihatnya. Tak kusangka, perempuan misterius itu menengok ke arah kami berti
"Aku sepertinya pernah cerita padamu bukan, Artemis?""Huh, ya tapi tidak lengkap!""Ceritakan semuanya saja, Dova! Aku benar-benar penasaran!"Dova menceritakan dirinya saat masih tinggal di Laboratorium Utama. Jauh sebelum aku dan Serenada bekerja disana. Waktu itu, dia masih menjadi asisten Profesor Sanders. Satu waktu, dia pernah tak sengaja mendengar pembicaraan orang-orang disana sebelum ia tidur.Ada yang mengatakan soal tubuh pengganti Toni Rodgers yang sudah mencapai batas. Artinya tak bisa lagi memakai tubuh pengganti buatan hasil kloningan sejak dia masih muda. Kalau soal ini aku sudah mendengarnya dari Dova juga."Untuk itu ayahmu mencari tubuh lain yang bisa dijadikan pengganti baginya. Tubuh itu harus asli, bukan buatan laboratorium. Sayangnya, tubuh kakakmu tak cocok dengan ayahmu.""Tunggu, Dova! Aku ingat sesuatu! Ayahku pernah mengajakku ke dalam laboratorium. Entah untuk apa aku hanya menurutinya saja. Kurasa sejak dulu, aku pernah bertemu dengan Max yang memintaku u
Aku penasaran dengan tempat ini, lagipula sudah hampir tiga hari kami berada diatas langit dengan pesawat ini. Sebenarnya menurut perkiraan Dova kalau kecepatannya tak dibuat lambat, bisa saja dua hari sampai tempat ini."Kita turun saja!""Oke, cari tempat parkirnya dulu yang aman! Ingat ya kalian berdua, jangan sebutkan tempat asal. Sekalipun yang kita temui adalah orang baik.""Baik, kapten Dova!""Sebenarnya siapa sih kapten disini? Bukannya seharusnya kau ya, Artemis!""Hah, aku hanya bercanda! Tidak ada kapten atau siapapun pemimpin disini. Ini adalah perjalanan kita bertiga!""Kita? Hei, aku hanya menemanimu saja ya Artemis!""Oh, begitu? Baiklah, apa kau mau turun disini saja? Ada tombol yang bisa ditekan untuk....""Iya, ya! Baiklah, kita semua yang melakukan perjalanan ini. Haaah... sial! Kena jebakan Artemis lagi.""Kau ini, tertular virus jahilnya Dova ya?""Hei, ayolah! Sesekali kita perlu bercanda. Jangan terlalu serius! Ahahaha...!"Aku masih tertawa membayangkan wajah D
Aku dan Serenada ikut memacu Pentarec lebih cepat. Kalau semuanya mengejar dari belakang, rasanya percuma saja. Akhirnya aku mencoba terbang lebih tinggi dan mencegat pencuri itu dari depan. Dia terkejut dan sempat berteriak."Aargh!"Sial! Ternyata dia berhasil putar balik, nyaris saja menabrakku. Kurasa ini tidak bisa dibiarkan! Aku memejamkan mata, mencoba untuk fokus mengeluarkan kekuatan misterius itu. Sejujurnya aku tak terlalu percaya pada Hachiro kalau kekuatan itu hanya akan keluar saat melihat Serenada tersakiti. Mulai kurasakan suhu tubuhku meningkat, rasanya tenagaku naik drastis."Jaaangan kabuuur...! Heaargh!""Hei, Artemis! Jangan gunakan kekuatanmu itu! Gawat, bagaimana kalau dia tidak bisa mengendalikannya?""Tenang saja, Dova. Dia sudah belajar banyak di tempat Hachiro waktu itu.""Iya, tapi tetap saja tidak stabil!"Aku meninju tanah hingga membentuk semacam jalur yang bisa mengejar pencuri tadi. Akhirnya dia terjatuh setelahnya. Kupejamkan mata sekali lagi untuk men
Terdengar suara cuitan samar ditelingaku. Kurasa itu berasal dari makhluk bernama burung. Sinar matahari menyentuh kulitku dan akhirnya aku terbangun. Masih dengan pandangan samar, kulihat ada sosok lain yang teramat tinggi dan besar. Ia berdiri di sisiku sambil berkacak pinggang.Saat pandanganku mulai jelas, aku nyaris saja melompat. Wajahnya seram dengan beberapa tato di tubuhnya. Dia hanya mengenakan kaos singlet warna putih dan celana jeans pendek yang sudah robek sana sini. Apa ini yang...."Siapa orang asing ini, Asnee?""Oh, mereka yang menolongku semalam. Sebenarnya aku mencuri barang mereka. Tapi ketahuan dan yaah... aku terluka. Dia yang merawat lukaku sampai tidak terasa sakit lagi.""Kau mencuri lagi?""Maafkan aku, Boon Nam! Kau tidak kembali sementara perutku sudah lapar. Stok makanan kita sudah habis."Benar rupanya dia yang bernama Boon Nam. Namun tak pernah kukira kalau ternyata dia jauh lebih tinggi dariku. Usai mendengarkan apa kata Asnee tadi dia langsung membuka b
Dova baru saja kembali setelah mengecek SKYLAR. Semuanya memang aman, tapi rupanya tenaga SKYLAR kurang mengisi saat siang hari tadi."Tapi, kita tidak bisa berlama-lama disini.""Tidak ada cara lain, Dova?""Ada, tapi aku malas menggunakannya! Sebenarnya dengan tenaga yang ada ini bisa kita gunakan asal perginya tepat dini hari dan pastinya setelah itu matahari terbit bukan?""Kita kurangi saja kecepatannya!""Ya, itu juga bisa. Matikan lampu yang tak perlu dan jangan isi daya batrei robot W115 mu itu."Dova mengatakan itu sambil menunjuk ke arah dadaku. Duh, salah lagi! Ya, baiklah aku tidak akan mengisi batrei robot kesayanganku itu. Sampai kondisi SKYLAR benar-benar terisi daya penuh. Tapi bukannya selama ditinggal, SKYLAR berada di posisi tempat terbuka ya?"Masalahnya akhir-akhir ini awan mendung selalu datang. Memang tidak hujan deras, tapi mempengaruhi pengisian daya pada SKYLAR.""Hei, kalian mau pergi lagi?"Terdengar pertanyaan itu dari dekat pintu masuk, ternyata Asnee baru
Satu pertanyaanku saat ini, siapa sebenarnya Livia? Rasanya aku tak asing dengan wajahnya. Tapi aku juga khawatir kalau terjadi sesuatu pada Serenada. Akhirnya langkah kakiku sampai pada anak tangga terakhir."Hah? Tidak ada siapapun!""Tunggu dulu, Artemis! Kau cepat sekali larinya. Aku mau...haaah...."Aku meminta Asnee untuk diam sambil mengikutiku dari belakang. Ternyata kelemahan Asnee bila berlari di atas anak tangga. Tidak secepat saat di jalanan biasa. Suasana malam disini lebih gelap dan sedikit penerangan lampunya. Sepertinya aku lihat sesuatu diujung sana. Mesin Pentarec segera ku hidupkan dan langsung menaikinya. Aku mencoba memfokuskan pandangan mataku."Astaga! Serenada!""Hmmmph! mmh!"Kaki dan tangannya diikat, mulutnya entah disumpal dengan apa? Sepertinya ini jebakan lagi untukku."Kau datang juga, tampan? Ahahaha...!""Livia!""Sudah cukup! Masihkah kau tak mengenalku, Artemis?"Ya, akhirnya aku mengingatnya. Dia adalah Lilia Vanesh! Teman sekolahku dulu yang selalu