Aku penasaran dengan tempat ini, lagipula sudah hampir tiga hari kami berada diatas langit dengan pesawat ini. Sebenarnya menurut perkiraan Dova kalau kecepatannya tak dibuat lambat, bisa saja dua hari sampai tempat ini."Kita turun saja!""Oke, cari tempat parkirnya dulu yang aman! Ingat ya kalian berdua, jangan sebutkan tempat asal. Sekalipun yang kita temui adalah orang baik.""Baik, kapten Dova!""Sebenarnya siapa sih kapten disini? Bukannya seharusnya kau ya, Artemis!""Hah, aku hanya bercanda! Tidak ada kapten atau siapapun pemimpin disini. Ini adalah perjalanan kita bertiga!""Kita? Hei, aku hanya menemanimu saja ya Artemis!""Oh, begitu? Baiklah, apa kau mau turun disini saja? Ada tombol yang bisa ditekan untuk....""Iya, ya! Baiklah, kita semua yang melakukan perjalanan ini. Haaah... sial! Kena jebakan Artemis lagi.""Kau ini, tertular virus jahilnya Dova ya?""Hei, ayolah! Sesekali kita perlu bercanda. Jangan terlalu serius! Ahahaha...!"Aku masih tertawa membayangkan wajah D
Aku dan Serenada ikut memacu Pentarec lebih cepat. Kalau semuanya mengejar dari belakang, rasanya percuma saja. Akhirnya aku mencoba terbang lebih tinggi dan mencegat pencuri itu dari depan. Dia terkejut dan sempat berteriak."Aargh!"Sial! Ternyata dia berhasil putar balik, nyaris saja menabrakku. Kurasa ini tidak bisa dibiarkan! Aku memejamkan mata, mencoba untuk fokus mengeluarkan kekuatan misterius itu. Sejujurnya aku tak terlalu percaya pada Hachiro kalau kekuatan itu hanya akan keluar saat melihat Serenada tersakiti. Mulai kurasakan suhu tubuhku meningkat, rasanya tenagaku naik drastis."Jaaangan kabuuur...! Heaargh!""Hei, Artemis! Jangan gunakan kekuatanmu itu! Gawat, bagaimana kalau dia tidak bisa mengendalikannya?""Tenang saja, Dova. Dia sudah belajar banyak di tempat Hachiro waktu itu.""Iya, tapi tetap saja tidak stabil!"Aku meninju tanah hingga membentuk semacam jalur yang bisa mengejar pencuri tadi. Akhirnya dia terjatuh setelahnya. Kupejamkan mata sekali lagi untuk men
Terdengar suara cuitan samar ditelingaku. Kurasa itu berasal dari makhluk bernama burung. Sinar matahari menyentuh kulitku dan akhirnya aku terbangun. Masih dengan pandangan samar, kulihat ada sosok lain yang teramat tinggi dan besar. Ia berdiri di sisiku sambil berkacak pinggang.Saat pandanganku mulai jelas, aku nyaris saja melompat. Wajahnya seram dengan beberapa tato di tubuhnya. Dia hanya mengenakan kaos singlet warna putih dan celana jeans pendek yang sudah robek sana sini. Apa ini yang...."Siapa orang asing ini, Asnee?""Oh, mereka yang menolongku semalam. Sebenarnya aku mencuri barang mereka. Tapi ketahuan dan yaah... aku terluka. Dia yang merawat lukaku sampai tidak terasa sakit lagi.""Kau mencuri lagi?""Maafkan aku, Boon Nam! Kau tidak kembali sementara perutku sudah lapar. Stok makanan kita sudah habis."Benar rupanya dia yang bernama Boon Nam. Namun tak pernah kukira kalau ternyata dia jauh lebih tinggi dariku. Usai mendengarkan apa kata Asnee tadi dia langsung membuka b
Dova baru saja kembali setelah mengecek SKYLAR. Semuanya memang aman, tapi rupanya tenaga SKYLAR kurang mengisi saat siang hari tadi."Tapi, kita tidak bisa berlama-lama disini.""Tidak ada cara lain, Dova?""Ada, tapi aku malas menggunakannya! Sebenarnya dengan tenaga yang ada ini bisa kita gunakan asal perginya tepat dini hari dan pastinya setelah itu matahari terbit bukan?""Kita kurangi saja kecepatannya!""Ya, itu juga bisa. Matikan lampu yang tak perlu dan jangan isi daya batrei robot W115 mu itu."Dova mengatakan itu sambil menunjuk ke arah dadaku. Duh, salah lagi! Ya, baiklah aku tidak akan mengisi batrei robot kesayanganku itu. Sampai kondisi SKYLAR benar-benar terisi daya penuh. Tapi bukannya selama ditinggal, SKYLAR berada di posisi tempat terbuka ya?"Masalahnya akhir-akhir ini awan mendung selalu datang. Memang tidak hujan deras, tapi mempengaruhi pengisian daya pada SKYLAR.""Hei, kalian mau pergi lagi?"Terdengar pertanyaan itu dari dekat pintu masuk, ternyata Asnee baru
Satu pertanyaanku saat ini, siapa sebenarnya Livia? Rasanya aku tak asing dengan wajahnya. Tapi aku juga khawatir kalau terjadi sesuatu pada Serenada. Akhirnya langkah kakiku sampai pada anak tangga terakhir."Hah? Tidak ada siapapun!""Tunggu dulu, Artemis! Kau cepat sekali larinya. Aku mau...haaah...."Aku meminta Asnee untuk diam sambil mengikutiku dari belakang. Ternyata kelemahan Asnee bila berlari di atas anak tangga. Tidak secepat saat di jalanan biasa. Suasana malam disini lebih gelap dan sedikit penerangan lampunya. Sepertinya aku lihat sesuatu diujung sana. Mesin Pentarec segera ku hidupkan dan langsung menaikinya. Aku mencoba memfokuskan pandangan mataku."Astaga! Serenada!""Hmmmph! mmh!"Kaki dan tangannya diikat, mulutnya entah disumpal dengan apa? Sepertinya ini jebakan lagi untukku."Kau datang juga, tampan? Ahahaha...!""Livia!""Sudah cukup! Masihkah kau tak mengenalku, Artemis?"Ya, akhirnya aku mengingatnya. Dia adalah Lilia Vanesh! Teman sekolahku dulu yang selalu
Sebelumnya Boon Nam meminta maaf atas semuanya. Nampak berbeda dirinya sebagai tukang tato cukup menyeramkan serta sikapnya dingin, ternyata aslinya dia sangat ramah. Asnee terus memandang wajahnya seolah tak percaya kalau sahabatnya ini adalah seorang polisi."Aku bertemu Asnee waktu itu karena ia dikejar oleh segerombol orang yang tak lain masih dibawah komando bos Lilia Vanesh. Lalu dia bersembunyi di kakiku saat aku sedang menyamar menjadi tukang tato."Boon Nam tahu remaja laki-laki ini akan dijadikan subjek percobaan Cyborg oleh mereka. Itulah sebabnya dia mengakui Asnee sebagai saudaranya. Lilia dan kawanannya tahu akan sulit mendapatkan Asnee kalau sudah berada ditangan Boon Nam. Akhirnya mereka melakukan negosiasi agar Boon Nam menyerahkan Asnee di waktu yang sudah ditentukan dengan jumlah uang tertentu."Aku menyetujuinya, tapi mereka tak sadar sudah masuk jebakanku juga."Seharusnya kalau kami tidak datang, Boon Nam memang akan menggunakan Asnee sebagai pancingan. Lalu melaw
Kami sudah berusaha mengejarnya, tapi larinya sosok ini cepat juga. Kecepatan Pentarec harus maksimal dulu baru kami bisa mengimbangi sosok ini. Malah anehnya, Asnee bisa mengimbangi kecepatan berlarinya."Hah? Siapa kalian!"Sosok berwujud aneh itu berhenti mendadak. Kami bertiga jadi terkejut, untungnya berhasil berhenti. Dova lebih sial lagi malah terjatuh dan masuk ke tanaman kecil disini. Dia akhirnya bisa bangkit dengan rambutnya yang dipenuhi oleh dedaunan. Asnee terus tertawa sambil menunjuk ke arah Dova."Hei, aku bertanya kalian ini siapa?""Ah, kami hanya eh heran dengan wujudmu itu.""Eh, Artemis dia manusia juga bukan?"Aku hanya menggeleng mendengar pertanyaan Serenada. Sosok itu agaknya kesal sambil melipat kedua tangannya diatas dada. Namun tiba-tiba alisnya terangkat semua. Sepertinya ia menyadari sesuatu."Kalian bukan dari daerah sini? Pakaian kalian aneh!""Bukan! Memangnya apa nama tempat ini?""Huh! Jadi, benar kalian orang asing. Apa kalian tersesat? Ini namanya
Sambil berjalan cukup jauh menuju hutan Dawasa, Khalua bercerita pada kami semua bahwa dulu ada anggota keluarga Van Deer yang hilang.Ada kemungkinan dia diculik oleh manusia biasa entah kemana. Khalua terus mencoba mencarinya bersama pemimpin yang dulu sebelum Primerose. Sampai mereka berhubungan dengan salah satu manusia modern di Pusat Kota B-Neo City."Pada akhirnya kami putus asa dan mendoakan yang terbaik baginya.""Anda bercerita tentang saudari kita yang hilang itu, Khalua?""Hehe... ya! Andai anak bernama Asnee itu benar masih bagian dari kita, berarti inilah anak dari saudari kami yang hilang.""Huh! Bahkan aku saja masih mencari tahu tentang ibuku.""Kau selama ini hidup dijalanan bukan?""Sebenarnya tidak, Serenada! Itu kesalahanku juga yang kabur dari panti asuhan. Ibu panti bilang, aku terlahir dari perempuan yang dikurung bersama rusa di kandang sirkus.""Lalu kau mau mencarinya begitu?""Ya, itu benar Dova! Tapi aku malah tertangkap oleh bos besar dan dipaksa untuk men