"Silahkan, Tuan! Duduklah dulu disini."Aku dan Dova hanya tersenyum canggung saja. Kami merasa culun disini. Semuanya ruangan di dalam tenda ini berisi laki-laki berbadan besar. Hanya satu perempuan tadi di bagian depan. Oh, tidak! Ternyata para perempuan menjadi pelayan disini."Astaga! Mereka berpakaian seksi semua!"Kutepok pantat Dova, dia sudah menjulurkan lidahnya tak tahan melihat keseksian perempuan disini. Apa ini semacam bar? Sejujurnya selama di dalam Dome aku tak pernah mendatangi tempat seperti klub malam yang dipenuhi robot perempuan seksi. Bedanya disini mereka manusia sungguhan."Itu bukannya Abdullah bukan?""Eh, iya itu memang Abdullah! Apa yang dia lakukan disana?"Kulihat Abdullah tertawa sambil memegang gelas antik berukiran bagus dengan warna emas. Tiba-tiba mereka semua berhenti tertawa, saat beberapa orang laki-laki masuk kesana. Ah, ya! Meski terdapat sekat kain disini tapi kami masih bisa melihat aktifitas apa yang mereka lakukan."Dia memukul sesuatu, sepert
Sarapan pagi ini sangat luar biasa! Sebab kali ini hanya disajikan roti panggang dengan isian telur mata sapi dan sausnya yang pedas. Se-pedas mulut Emilia yang sedari tadi mengomel pada suaminya sampai lupa kalau ada kami bertiga disini.Abdullah hanya bisa menundukkan kepala. Sifat garangnya kalah dengan istrinya yang bertubuh langsing itu. Aku memilih untuk menyeduh kopi hitam milikku sendiri. Serenada juga ikut menuangkan air panas dari pemanas air elektrik ke gelas berisi coklat bubuk miliknya."Kau lihat, itulah kekuatan perempuan yang sesungguhnya.""Huh! Mengomel pada suaminya saat pagi hari?""Bukan itu, Artemis! Maksudku....""Iya, ya. Sudah, kita pura-pura tak dengar saja."Akhirnya Abdullah bisa meminta Emilia untuk berhenti sejenak. Napas perempuan itu agak tersengal karena dia sedari tadi bicara tanpa jeda. Sialnya, kenapa rasa kopi ini jadi ikutan hambar. Rasanya sudah kuberi gula sedikit."Aku malu, ada mereka bertiga disini!""Kau tidak pernah malu untuk mengulang perg
"Kalau kalian tidak terburu untuk pergi meninggalkan El Savannah, aku bisa mengajarkan sesuatu padamu."Jari dari tangan siberkinetik Wahid menunjuk pada Dova. Dia jadi ikutan menunjuk pada dirinya sendiri. Kurasa tak masalah agak lama berada disini asalkan Dova bisa belajar lebih banyak pada Wahid. Keahliannya sangat dibutuhkan dalam perjalanan."Kau bagaimana Artemis?""Aku mau ikut menonton saja meski tak paham sih.""Kurasa ini tidak bisa satu hari, terserah kalau temanmu itu mau ikut terus. Sebab ada banyak hal yang mau aku ajarkan padamu dalam pembuatan senjata."Bahkan Wahid juga berjanji akan memberikan beberapa bahan yang bisa digunakan oleh Dova untuk merakit sendiri senjatanya. Dia sangat menyayangkan, kenapa dulu tak memikirkan hal ini dalam pembuatan SKYLAR. Tetapi setidaknya kami masih bisa bertahan jika terjadi serangan dadakan dengan adanya senjata didalam pesawat itu.***"Pacarmu yang bernama Serenada itu luar biasa! Semangatnya memang tinggi sekali.""Huh! Pacarku da
Tak terasa perjalanan dengan SKYLAR sudah berjalan dua hari. Sudah tidak ada lagi yang mencurigakan seperti burung, robot atau apapun itu yang mencoba mengintai kami. Aku dan Dova sudah tidur lebih dulu, kini gantian Serenada yang beristirahat."Mau sampai kapan kita akan dikejar oleh orang-orang dari dalam Dome?""Entahlah, Artemis! Sejujurnya aku sudah muak dengan mereka yang ada didalam Dome.""Ya, kita hidup dalam kepalsuan! Padahal Bumi tidak seperti yang kita bayangkan selama ini.""Sebentar lagi matahari terbit ya! Wah, gawat!""Ada apa, Dova?""Kita harus cari sumber air, persediaan air bersih didalam SKYLAR mulai menipis."Aku jadi teringat dengan kata-kata Rex, air bersih dan layak pakai bisa diambil dari sumber air yang di daratan saja. Jangan ambil air yang ada di laut karena rasanya asin. Sementara kami saat ini sedang terbang diatas perairan yang luas. Apa ini yang disebut laut?"Kita cari sumber air bersih dulu, aku akan coba.""Air seperti itu hanya ada di daratan saja.
Kurasa ceritanya hampir sama dengan El Savannah. Hanya saja tempat ini bukan hancur karena ledakan. Melainkan suhu ekstrim yang pernah terjadi di Bumi ini."Bahkan tempat tinggalku yang sekarang ini nyaris tak terjamah oleh manusia. Sebab mereka memilih tinggal di kota.""Lalu setelah terjadi bencana itu, bagaimana kondisinya sekarang?"Akira hanya memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan napas pelan. Banyak manusia yang tak bisa bertahan hidup. Kondisinya benar-benar kacau, bahkan seluruh keluarga besar Akira tak ada yang selamat. Beruntungnya dia sudah berada di distrik N-19 ini yang jauh dari pusat kota. Efek suhu ekstrim itu tak terlalu parah disini."Ya, banyak tanaman mati. Aku bertahan hidup di bawah tanah tadi dengan persediaan makanan yang ada.""Berarti tempat ini sempat kering tidak seperti sekarang ya!""Sekarang sudah jauh lebih baik menurutku. Ah, ya nama kalian siapa?"Seperti biasa setiap berpindah tempat rasanya kami harus memperkenalkan diri pada orang disini.
"Astaga! Aku duluan yang mencobanya kalau begitu.""Hei, aku juga mau! Jangan lama-lama ya, Dova!""Nah, apa aku bilang tadi. Penampilanmu berbeda kan, Artemis!""Serenada, seberapa bedanya penampilanku sekarang?""Kau sangat... sangat... uugh! Aku tak tahu lagi, Artemis! Haruskah aku mengakui kalau kau sekarang nampak lebih TAMPAN!"Aku jadi malu mendengarnya, apalagi itu Serenada sendiri yang berbicara. Sampai kutepuk pipi ini berulang kali. Semoga saja ini bukan mimpi!Begitu penasarannya dengan penampilanku yang sekarang, aku sampai meminta ditunjukkan melalui cermin. Akira cukup mendorong badanku ke sisi kiri ruangan ini. Ternyata memang ada cermin besar disini! Wah, penampilanku total berubah. Tak pernah kusangka bisa menjadi seperti ini."Jadi, mesin itu bisa menyesuaikan mana yang cocok.""Dan bisa sesuai keinginan kita juga. Kau kan sepertinya takut kalau kumis tipismu itu menghilang. Pasti didalam tadi kau tidak minta untuk dicukur habis.""Hm... ya tapi lebih rapi. Sejujurny
"Baiklah, kita sudah sampai. Tunggu sampai sabuk pengamannya terbuka secara otomatis."Akhirnya terbuka juga sabuknya dan kami bisa turun. Aku dan kedua temanku itu takjub melihat isi pusat kota Ichi Hana di malam hari. Rasanya berbeda sekali! Disini ada banyak gedung dan tampilan iklan entah produk apa. Aku tak paham sebab masih banyak yang menggunakan bahasa asli sini."Ayo, mau sampai kapan kalian bertiga bengong disitu!""Ah, iya!"Kata siapa kalau tidak banyak manusianya justru sepi? Kota ini tetap nampak ramai, tapi ada beberapa pemandangan aneh disini. Ada satu, dua ah mungkin lebih dari itu laki-laki yang menggandeng tangan robot humanoid berpenampilan seksi. Lebih baik nanti saja kutanyakan pada Akira."Saat malam hari, memang ada banyak yang datang dari distrik mana saja untuk sekedar makan malam.""Lalu saat siang hari?""Ah, tidak banyak! Sebab disini rasanya panas! Hanya beberapa yang berani keluar saat siang hari itu juga langsung masuk ke dalam gedung. Berbeda saat malam
"Huh! Sayangnya kau tidak punya tempat tinggal di pusat kota ya, Akira.""Dulu ada, tapi aku menyerahkan kembali pada pemerintah. Semua keluargaku meninggal disana dan tak ada yang tersisa kecuali aku. Lagipula aku tinggal di distrik N-19, jadi untuk apa mempertahankan tempat tinggal keluargaku dulu?"Aku menyodok pinggang Dova dan dia membalasnya lagi. Duh, untuk apa sih mau tinggal di pusat kota? Seharusnya dia bersyukur sudah bisa tinggal di rumah Akira daripada harus tetap tidur di SKYLAR."Ah, Nanako....""Kau suka padanya, Dova? Ternyata itu alasanmu mau tinggal di pusat kota.""Memang kenapa, Artemis? Apa manusia buatan sepertiku tak boleh mengenal cinta?"Mulai lagi dia menyebut tentang asal mula dirinya sebagai manusia buatan. Aku benci itu! Semua manusia sama, mau dia terlahir dari mesin atau rahim asli."Tapi, Nanako itu aslinya sudah berumur empat puluh tahun loh!""Hah? Kau tidak sedang bercanda bukan, Akira?""Tidak! Lalu kalian kira aku masih berumur berapa?""Biar aku y
Yess...! Akhirnya Artemis mengijinkanku untuk memakai sisa terakhir dari kapasitas kertas ini. Aku mau menuliskan kisah malam pertama Serenada dan Artemis. Sebenarnya, ini adalah misi selanjutnya dariku dan Irana.Hei, kalian tahu bukan? Artemis dan Serenada itu orangnya polos parah. Mereka tidak paham soal apa yang harus dilakukan oleh pasangan pengantin setelah menikah. Haah... aku tidak tahu! Kenapa bisa punya sahabat seperti mereka?"Roger! Ganti! Posisimu, Irana!""Bzzzt!""Posisi! Aku ada di dekat kamar pengantin."Astaga! Apa yang dilakukan Irana disana? Terpaksa aku datangi saja dan kuseret dulu keluar dari posisinya."Kapten! Bajuku bisa rusak!""Aaah...! Kau ini bagaimana? Kenapa malah ada didepan pintu kamar mereka?""Bukannya kita mau mengawasi, apakah mereka sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai pasangan suami istri pertama kalinya?""Tapi jangan didepan pintu! Bagaimana kalau mereka t
Bel rumah Profesor Madrosa berbunyi. Kebetulan sang pemilik rumah sedang pergi bersama cucunya. Jadi, aku yang membukakan pintu kali ini."Halo, Artemis...!""Astaga! Kalian semua...."Dova akhirnya turun dari lantai dua dan ikut menyambut orang-orang yang datang kemari. Dia meminta semuanya masuk dan seketika rumah ini jadi ramai. Acaranya besok, tapi mereka semua sudah hadir. Ternyata Dova mengundang orang-orang ini.Dari B-Neo City ada Azka yang datang dan juga laki-laki dari suku Xafreon yang bernama Purnama. Aku ingat ini, Alamsyah dan Farhein dari keluarga El-Tigre. Padahal Alam ini orangnya selalu sibuk."Aku hanya bisa hari ini saja, Artemis. Farhein yang mewakiliku nanti. Kalau sudah selesai, biar nanti aku jemput."Ternyata itu alasannya kenapa dia mengajak Farhein. Ada Dexta, Alara, Ericko dan juga Asnee yang ikut datang kemari. Asnee yang paling heboh disini. Dia bilang, Primerose akan datang besok.
Waktu terus berlalu di Nuuswantaara...Aku, Irana dan Serenada masih terus berlatih. Bahkan sekarang aku lebih baik dalam mengendalikan kekuatan EARTHSEED ini. Tak perlu lagi marah atau melihat Serenada menderita. Kapanpun asal dibutuhkan, aku bisa mengendalikannya.Perkembangan Irana juga sangat baik dalam mengendalikan listrik di tubuhnya.Profesor Madrosa membantu kami agar bisa mendapatkan tanda bukti bahwa kami sekarang adalah penduduk tetap di Nuuswantaara ini. Bahkan dia yang menunjukkan dimana aku bisa belajar lagi ilmu arkeologi yang sesungguhnya.Sepertinya SKYLAR sebentar lagi akan pensiun. W115 juga ku turunkan dan Profesor Madrosa sangat terkejut melihatnya.Sayangnya, mesin W115 mulai mengalami kerusakan. Irana menyarankan untuk menonaktifkan robot ini. Hanya satu yang kuminta darinya, aku hanya mau mengambil memori milik sahabat robotku ini. Irana dan Dova yang bekerjasama mengeluarkan dan katanya ada rencana mereka mau mem
Sepertinya aku bangun terlalu pagi. Kulihat Serenada dan Dova masih tertidur di kasurnya. Aku meminta W115 membuatkan sarapan dan segelas kopi untukku. Saat aku pergi ke kamar mandi dan membuka baju, baru ku sadari hal lainnya.Aku pikir hanya lengan dan telapak tanganku saja yang nampak lebih besar. Bagian dada dan perut juga jadi lebih bidang. Padahal rasanya dulu biasa saja. Bahkan aku tidak pernah berolahraga rutin untuk membentuk badanku."Haah... sepertinya aku butuh baju baru."Aku hanya berganti pakaian dengan kaos biasa saja. Baju bekas ayah sudah kucoba dan sama saja sempitnya. Saat aku turun sambil memakan sepotong roti dan membawa segelas kopi di tangan, Irana mengejutkanku."Eh, hampir saja ini jatuh!""Pagi, Artemis. Temanmu yang perempuan itu belum bangun?""Serenada? Ya, dia masih tertidur. Aku tidak berani mengganggunya. Ada apa?""Kakekku mengajak kalian sarapan di rumah. Oh ya, ngomong-ngomong saat
"Kakek...! Keluarkan aku dari sini! Aaargh! Lepaskan aku!""Ayo batalkan! Komputer utama... batalkan prosesnya!""PROSES TIDAK BISA DIBATALKAN!""A-apa? Iranaaaa...!""Kakeeeek...! Aaaaa...!""PROSES DIMULAI!""Tidaaaaak...!"Sementara itu, Dova dan Serenada masih terjebak dengan Artemis. Mereka berdua tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan."Aku tidak mau mati sekarang, Dova!""Kau pikir aku juga? Artemis... sadarlah!""Dova... Serenada...kalian adalah sahabat terbaikku."Artemis berhasil meraih mereka berdua dan memeluknya. Tapi bagi Dova dan Serenada, mereka justru tersiksa oleh panas yang berasal dari tubuh Artemis."Panaaaas...!""Eergh! Profesor... apa yang harus kami lakukan? Kami sudah tidak tahan lagi...!""Dova, aku tahu! Tahanlah sebentar!"Profesor Madrosa merogoh kantong jas laboratoriumnya. Dia mengeluarkan batu Katilayu yang berasal dari Artemis sebel
"Kau gila, Artemis!""Ya, aku memang sudah gila Dova!""Pikirkan lagi baik-baik, Artemis. Kumohon....""Semua sudah aku pikirkan dan sekarang aku sedang memutuskan itu, Serenada."Profesor Madrosa masih saja diam menatapku. Ternyata Irana punya pemikiran yang sama dengan kedua sahabatku itu. Hari ini aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu. Satu tujuanku, ingin hidup normal. Jika memang gagal, biarkan aku menyusul ayah dan ibuku."Kemarilah kalian semua!"Profesor Madrosa menunjukkan satu alat yang ditutupi kain putih. Saat kain penutupnya dibuka, nampak tabung besar berwarna silver dalam kondisi tertutup. Tabung Penghapus, begitulah sebutan yang disematkan oleh sang pembuatnya sendiri."Seharusnya ini untuk Irana. Tapi aku tidak mau terjadi apapun pada cucu kesayanganku itu."Apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur. Tujuan terakhirku melakukan perjalanan hanya untuk ini saja. Bertemu dengan Profesor Madrosa dan mengh
Max banyak bercerita pada Profesor Madrosa saat aku sedang perjalanan kemari. Terutama tentang masa laluku, pantas saja tahu nama lengkapku. Sesekali lelaki tua itu menghisap rokoknya."Tidak terganggu dengan rokokku bukan?""Tidak masalah, aku sudah terbiasa."Sebenarnya dia cukup geram dengan Max dan semua yang telah dilakukannya. Menurut Profesor Madrosa, dia sudah sangat keterlaluan. Max telah melanggar etika sains dan itu sebabnya tak pernah lagi muncul. Hanya teman terbaiknya saja yang tahu posisi dia saat ini."Dome milik V-Corporation adalah tempat terbaik baginya untuk bersembunyi. Jika tidak, dia sudah ditangkap dan dipenjara.""Maksudnya ini tentang semua percobaan dia yang melibatkan manusia. Termasuk aku dan Dova?""Dova yang pakai jas laboratorium itu?""Ya, itu aku."Sedikitnya aku jelaskan tentang masa lalu Dova bahwa dia adalah manusia buatan generasi pertama. Max juga yang memimpin dan mengawasi pr
Madrosa menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya. Dia bercerita dulu tentang apa itu EARTHSEED Golem.Rupanya manusia yang menjadi EARTHSEED ini hanya ada satu saja setiap elemennya. Misalnya saja seperti Irana, tidak ada EARTHSEED Golem lainnya yang mampu mengeluarkan listrik dari tubuhnya."Sepertinya dari ceritamu di awal, Artemis. Kau masuk ke dalam elemen tanah. Kekuatanmu bisa menghancurkan tanah bahkan batu yang kau pukul.""Ya, itu benar.""Wah, dia yang namanya Artemis ini EARTHSEED juga ya. Berarti kita sama! Tos dulu!"Irana mengajakku tos dan tentu saja kubalas. Tapi tiba-tiba dia merasa aneh sambil melihat ke telapak tangannya."Eh, padahal aku tadi pakai tangan yang belum terbungkus sarung tangan. Tapi kenapa kau tidak kesetrum?""Karena dia berelemen tanah, Irana. Tanah menyerap energi listrikmu.""Ooh... begitu ya, Kek. Kalau begitu aku setrum yang tadi saja. Siapa namanya?""Dia na
"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"SKYLAR masih mengikuti petunjuk sesuai dengan peta offline. Dova meninggalkan ruang kendali sebentar dan sepertinya meminta W115 untuk dibuatkan makanan. Dia mengambil sebotol minuman sari buah di lemari pendingin. Baru dia cium aromanya langsung isinya dibuang ke wastafel."Astaga! Pantas saja! Ini sudah melewati masa kadarluarsa.""Kalau begitu buang saja semuanya. Jadi, minuman yang baru kita beli bisa masuk juga kesini.""Eh, sejak kapan kau ada di belakangku Artemis?""Kupikir mata siberkinetikmu mampu mendeteksi pergerakanku.""Mana bisa kalau kau ada dibelakangku, Artemis. Haah...! Dasar!"Serenada ikut ke belakang, tapi dia hanya mengambil coklat pemberian Madeline tadi. Rasanya masih aneh sampai dengan saat ini melihatnya. Astaga! Tadi aku benar-benar menciumnya ya!"Kau kenapa Artemis? Aneh sekali!""Tidak apa! W115! Buatkan aku makanan yang ini saja.""Baik, Tuan Artemis."