BRAK!
Tiang besi itu berhasil menyentuh lantai yang sudah dibanjiri dengan minyak tanah oleh anak buah Gerald. Dalam sekejap gedung tersebut habis dilahap api yang berkobar. Gerald dan para anak buahnya tersenyum penuh kemenangan karena merasa tidak ada yang bisa selamat dari kepungan api di dalam gedung. Namun, perkiraan Gerald salah besar. Tidak ada satu pun korban nyawa di sana. Tanpa sepengetahuan Gerald, Chris sudah membawa Wilson pergi dari tempat itu sejak beberapa menit lalu sesuai instruksi yang diberikan oleh Alex. Sedangkan Max, Alex, dan Angelina, keberuntungan masih berpihak pada mereka. Saat sejengkal lagi tiang besi tua itu menimpa tubuh Angelina, dengan sigap Alex berlari lalu menarik tubuh Angelina hingga mereka berguling ke samping untuk menghindari maut. Max merasa shock karena menerima dorongan kuat dari arah belakang secara tiba-tiba, lalu menyaksikan Angelina yang hampir tewas tertimpa bara besi, membuat Max justru mematung. Alex membantu Angelina berdiri dengan benar, kemudian menyadarkan Max untuk bergerak cepat. Dan, ya! Mereka berhasil meloloskan diri dari cengkeraman maut. Meski begitu, ketiganya tetap melakukan perawatan medis, khawatir gas beracun yang terhirup akan berdampak buruk pada sistem organ tubuh mereka. Walau bagaimanapun, Wilson bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan Alex dan kedua rekannya, karena kedepannya Wilson masih membutuhkan mereka. Alex dinyatakan bebas dari racun setelah melakukan serangkaian pemeriksaan. Angelina cukup banyak menghirup racun, membuat dirinya disarankan untuk istirahat beberapa waktu, tapi Angelina menolak. Ia merasa masih kuat melakukan aktivitas seperti biasa. Dokter terpaksa meloloskan keinginan Angelina dan memberikan beberapa obat penetral racun yang harus rutin dikonsumsi oleh Angelina sampai gadis itu dinyatakan sepenuhnya bebas dari racun. Max masih harus terbaring di atas tempat tidur. Laki-laki itu menghirup racun sama banyak seperti Angelina, tapi yang membuat laki-laki itu lemah adalah tingkat shock yang ia alami. Selain shock, ia juga merasa berhutang nyawa pada Angelina. “Bukankah kau tidak menyukaiku, mengapa kau nekat menyelamatkan ‘ku dan menaruh dirimu dalam bahaya?” tanya Max ketika Angelina dan Alex memeriksa keadaannya di kamar asrama agensi yang menaungi mereka. “Dasar bodoh! Aku tidak menyukaimu bukan berarti aku membencimu, bukan? Lagi pula kita adalah rekan, aku hanya berusaha melaksanakan tanggung jawab sebagai rekan tim, itu saja.” Angelina menjawab sinis. “Bukan karena kau akhirnya menyadari bahwa sebenarnya aku lebih berguna daripada Alex?” Max berusaha membuat candaan. “Cih! Kau terlalu meninggikan dirimu sendiri!” Angelina semakin sinis menanggapi. Max terkekeh pelan, sedangkan Alex diam-diam menyunggingkan senyum tipis yang tidak terlalu kentara jika tidak diperhatikan dengan baik. Namun sayangnya, Angelina justru tengah melempar pandangan pada Alex ketika senyum tipis itu terbit di bibir Alex meski hanya sesaat. Sungguh? Dia tersenyum? Tidak! Kurasa mataku tidak normal. Tapi aku tidak mungkin salah lihat, Alex benar-benar tersenyum, bukan? Tapi apa yang membuatnya tersenyum? batin Angelina sibuk berkomentar, menyangkal sekaligus membenarkan apa yang dilihatnya. Karena sibuk bergelut dengan batinnya sendiri, tanpa disadari semburat merah terbit di pipi Angelina, membuat Max iseng untuk menggoda. “Hei, pipimu merona, apa yang kau pikirkan? Jangan bilang kau memikirkan hal-hal jorok di otakmu, Angelina!” ujar Max diiringi seringai di bibirnya. “Apa! Tutup mulutmu, Max! Otakku tidak sekotor otakmu, camkan itu!” “Oh, begitu? Lalu apa yang kau pikirkan sampai membuat pipimu tiba-tiba merona seperti itu?” lanjut Max sambil mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar pada sandaran tempat tidur. “Merona apanya? Tidak! Kau pasti salah lihat. Itu tadi, aku hanya merasa sedikit kesakitan, mungkin karena efek racun yang belum sepenuhnya hilang dari dalam tubuhku.” Angelina menyangkal dengan mengungkapkan kebohongan. Sial! Apakah aku benar-benar merona seperti yang dikatakan pria menyebalkan itu! Tapi kenapa? Hanya memikirkan senyum Alex saja apakah bisa membuatku merona? Itu tidak benar! Angelina melanjutkan bicaranya di dalam hati. “Kau kesakitan? Sebaiknya kau pergi temui dokter, Angelina. Aku akan menjaga Max di sini.” Alex angkat bicara setelah sejak tadi hanya menjadi pendengar saja. “Ah, tidak perlu. Aku sudah lebih baik sekarang, mungkin tadi reaksi obat yang aku minum.” Angelina menolak karena ia memang tidak sakit dan hanya berbohong saja. “Kau yakin? Jangan sepelekan kesehatanmu. Kau tau? Misi kita baru dimulai.” “Ya, kau tidak perlu khawatir, aku tau kondisi diriku sendiri,” balas Angelina meyakinkan. Alex hanya mengangguk sebagai respons. “Oh ya, terima kasih kau sudah menyelamatkan ‘ku, Alex. Sejujurnya, saat itu aku sudah tidak berani berkhayal aku akan selamat, tapi ternyata hari ini aku masih berdiri di sini, itu karena kau. Terima kasih. Aku tidak tahu harus dengan cara apa aku bisa berterima kasih padamu.” Angelina berucap panjang. “Tidak perlu merasa berhutang budi. Alasanku melakukan itu sama seperti alasanmu menyelamatkan Max, demi rekan kerja dan demi tanggung jawabku sebagai kapten tim,” balas Alex datar, seperti biasa. Angelina mengangguk paham. “Aku mengerti.” “Sekarang Tuan Wilson juga sedang dalam masa pemulihan, tidak ada kegiatan di luar dan untuk beberapa waktu ia bisa mengandalkan para penjaga di rumahnya. Tapi jika terpaksa dia harus keluar dan kalian belum benar-benar sembuh, aku yang akan pergi sendiri, kalian harus tetap istirahat dengan benar.” “Tidak, Alex! Aku tidak setuju.” Angelina cepat-cepat menolak keputusan Alex. “Kita harus selalu bersama dalam misi kita.” “Ini perintah atasan, kalau kau mau protes silakan kau bicara pada Bos.” Angelina menghela napas. Kali ini ia tidak bisa bicara lagi karena berurusan dengan Bos sangatlah merepotkan. “Maaf, aku menghambat kinerja tim kita. Aku berjanji akan segera sembuh total, supaya kita bisa menjalankan misi bersama lagi.” Max bersuara. Angelina mengangguk setuju. “Ya, aku yakin aku akan segera pulih total dalam waktu dekat.” “Tidak perlu terburu-buru dan tidak perlu memaksakan diri. Misi kita masih panjang, ini baru permulaan. Dari kejadian tempo hari, kita bisa melihat seberapa besar musuh-musuh Tuan Wilson. Kedepannya kita harus lebih berhati-hati dan jangan gegabah. Terutama kau, Max. Kendalikan emosimu dan berusahalah untuk berpikir lebih cermat. Aku kaptennya di sini, kau harus patuh pada aturanku. Kau tahu aku tidak pernah gagal dalam misiku. Jika kau menghambatku, maka aku tidak akan segan mendepakmu, kau paham?” Alex memberikan ultimatum begitu panjang. “Ya, aku mengerti.” “Satu lagi, kau dan Angelina harus mengurangi pertengkaran yang tidak penting. Semakin kalian bertengkar, aku semakin kesulitan untuk berkonsentrasi dalam pengambilan keputusan di waktu genting,” lanjut Alex. “Kau dengar itu, Angelina?” Max melempar pertanyaan itu pada Angelina. “Aku tidak tuli, tentu saja aku mendengarnya. Jadi kau jangan membuatku kesal!” balas Angelina. “Aku? Bukankah kau yang sering mengajakku bertengkar?” “Itu karena kau membuatku jengkel!” “Baru saja aku meminta kalian untuk tidak bertengkar yang tidak penting, bukan?” Suara Alex terdengar meninggi dan begitu menusuk, menengahi perdebatan kedua rekannya, membuat Max dan Angelina langsung mengunci mulut, tidak berani bersuara lagi. “Kembalilah ke kamarmu dan istirahatlah, Angelina. Biar aku yang menjaga Max di sini. Kau butuh istirahat lebih.” “Baiklah.” Angelina mengangguk patuh tanpa bantahan sedikit pun. Gadis itu berbalik dan melangkah pergi menuju kamarnya yang ada di asrama itu. Ya, semua yang bekerja di agensi itu harus tinggal di asrama, tidak diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Hal itu demi kebaikan anggota keluarga masing-masing. “Aku bisa memenuhi kebutuhanku sendiri, aku tidak selemah kemarin. Kau pergilah ke kamarmu dan istirahat saja, Alex. Aku tahu sebagai kapten kau pasti memiliki beban lebih berat. Tidak perlu mencemaskan aku, pergilah!” ujar Max setelah Angelina meninggalkan kamarnya. “Tentu! Aku akan pergi setelah mengucapkan sesuatu padamu.” “Kalau begitu katakan!” “Apa yang akan aku katakan bukan bagian dari misi, tapi maukah kau berjanji satu hal?” Alex sejak tadi menatap pada kejauhan, kini melempar tatapan serius pada Max. Melihat tatapan mata Alex yang seperti itu, membuat Max sadar bahwa apa yang akan dibicarakan Alex pasti sesuatu yang sangat penting. “Apa?” “Janji seorang pria. Jangan biarkan Angelina dalam bahaya. Bagaimanapun caranya, kita harus melindunginya.”Angelina membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar. Bayangan pembantaian orang tuanya berkelebat. Semua itu masih jelas di ingatan meski sudah berlalu lebih dari sepuluh tahun. Angelina mengusap wajahnya kasar, tiba-tiba ia merasa gelisah dan sedikit ketakutan. Terutama ketika mengingat kejadian di mana ia hampir mati tertimpa api yang membakar besi di gedung tempo hari. “Aku tidak boleh mati sebelum aku menemukan orang yang melenyapkan nyawa kedua orang tuaku. Aku akan tetap hidup sampai aku berhasil membalaskan dendam atas kematian mereka.” Angelina berucap penuh tekad. Ya, alasan mengapa Angelina masuk ke agensi sebagai bodyguard sewaan adalah agar bisa menemukan pembunuh orang tuanya. Semakin banyak klien, maka semakin banyak kesempatan dirinya untuk menemukan pelaku. Pembunuh orang tuanya adalah seorang yang berada di kalangan atas sehingga saat dia menerima job untuk mengawal seseorang dari kalangan atas seperti Wilson, maka itu mempermudah An
“Tujuanku? Kau tahu aku seorang yatim piatu, tidak ada yang bisa aku andalkan, jadi aku hanya mencari pekerjaan saja untuk mencukupi kebutuhanku, apalagi?” Angelina menjawab santai. “Cih, kau pikir aku akan percaya? Banyak pekerjaan lain di luaran sana, kalau hanya untuk mencukupi kebutuhan, kau tidak harus di sini.” Alex tidak memercayai jawaban yang dilontarkan Angelina. Angelina tertawa kecil. “Aku tidak memaksamu untuk percaya, itu hakmu. Tapi bukankah hidup itu pilihan? Dan pilihanku ada di sini, kau tahu kenapa?” “Kenapa?” “Karena aku suka tantangan,” balas Angelina dibarengi senyuman yang terlihat aneh di mata Alex. “Baiklah, aku sudah cukup menghirup udara segar, aku akan kembali ke kamar dan istirahat. Sebaiknya kau juga,” lanjut Angelina lagi. Gadis itu berbalik dan hendak pergi, tapi suara Alex berhasil menghentikan langkahnya. “Kau suka tantangan, bukan? Kalau begitu, ayo bertarung denganku!” Angelina kembali berbalik dan berhadapan dengan Alex yang entah sejak kapan
Pagi itu agensi diramaikan dengan kabar pertarungan rekan satu tim, Angelina dan Alex. Bahkan kabar itu sudah sampai di telinga Max. Pria yang sudah melewati masa pemulihan itu pun pergi menemui Alex di ruang medis. “Apa kau gila? Kau bertarung dengan Angelina? Apa yang kau pikirkan? Dasar tidak waras!” Max langsung menyerang Alex dengan beberapa pertanyaan serta makian di ujung kalimatnya. “Dan satu lagi, kau kalah, memalukan!” sinis Max. “Cih! Kau tidak sadar kau lebih memalukan? Kau diselamatkan oleh seorang gadis!” balas Alex tak kalah sinis. “Itu berbeda! Itu murni kecelakaan, sedangkan kau? Apa yang kau untungkan dari bertarung dengan seorang wanita, dan itu juga rekanmu sendiri. Kau tahu? Kau memperlambat kinerja kita, seharusnya kita sudah bisa kembali bekerja hari ini!” Max terus mengomel. “Diam! Kau sangat berisik! Aku hanya menguji kemampuannya saja, apa salahnya?” balas Alex malas. “Menguji kemampuan?” Max menuntut penjelasan. “Aku seorang kapten, aku harus memastikan
“Tuan Antonio.” Angelina segera mendorong tubuh Alex agar bisa bangkit, beruntung Alex tidak berulah lagi. “Hei, kau bilang akan berbicara dengan Angelina tapi kau? Astaga! Aku tidak mengerti, semalam kau mengajak Angelina berkelahi lalu sekarang kau mau mengajaknya berkelahi di atas tempat tidur? Luar biasa!” Max tiba-tiba muncul di belakang Antonio lalu mencibir sinis. Angelina langsung gugup dan salah tingkah. Meski sebenarnya mereka tidak berbuat apa pun, tapi posisi mereka tadi benar-benar membuat salah paham siapa pun yang melihatnya, sedangkan Alex hanya memutar bola mata malas mendengar ocehan Max karena menurutnya tidak penting menanggapi ucapan seseorang yang menilainya buruk padahal tidak tahu kejadian yang sebenarnya. “Maaf, Tuan Antonio. Kami tidak sedang melakukan apa pun, kami tadi—” “Aku hanya mengerjai Angelina saja, aku ingin tahu reaksi dia ketika berada begitu dekat dengan seorang pria tapi sepertinya dia tidak terpengaruh.” Alex memotong ucapan Angelina dengan
Alex, Angelina, dan Max sudah kembali beraktivitas hari ini. Alex berusaha untuk segera pulih karena ia tidak betah terus berbaring di atas tempat tidur. “Aku senang kalian baik-baik saja, dan aku harap kalian bisa melanjutkan misi sampai tuntas!” Wilson berbicara pada ketiga orang yang ia sewa untuk menjadi bodyguard. “Kami tidak akan mundur sebelum misi ini tuntas, Tuan Wilson,” balas Alex sebagai kapten. “Bagus! Atasan kalian sudah memberitahu detailnya, bukan?” “Sudah.” “Ya, itulah yang harus kalian kerjakan.” “Untuk mencari petunjuk, sebagai langkah awal, apakah Anda bisa memberitahu kami, di mana Anda menyimpan benda itu sebelumnya?” tanya Alex mulai menginterogasi. Wilson menyebutkan sebuah tempat sebagai jawaban agar Alex dan timnya bisa segera melaksanakan tugas. “Apakah ada seseorang yang tahu tempat itu selain Anda, Tuan?” “Hanya aku ... dan Chris.” Mendengar jawaban Wilson, Alex mengalihkan pandangannya pada orang kepercayaan yang selalu setia berada di samping W
Chris menunjukkan sebuah benda kepada Alex yang terus menatapnya penuh selidik. “Flashdisk?” tanya Alex mengerutkan kening. “Ya, ada apa? Kau tampak terkejut,” balas Chris memicing. “Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya berpikir kau mungkin menyembunyikan sesuatu,” ujar Alex masih tak melepaskan tatapannya dari Chris. “Oh, apa yang perlu aku sembunyikan? Aku hanya meminta bantuan temanku untuk mengantarkan flashdisk ini, untuk kelancaran rapat Tuan Wilson hari ini,” jelas Chris terlihat tetap tenang. “Oh, ya? Jika benda itu ada kaitannya dengan rapat Tuan Wilson saat ini, mengapa temanmu bisa memilikinya? Apakah dia juga mengenal Tuan Wilson?” “Alex, aku tidak bisa banyak bicara denganmu sekarang. Aku harus segera masuk, sampai nanti.” Chris langsung beranjak begitu saja meninggalkan Alex. "Alex terlalu pintar dan cerdik. Aku harus lebih hati-hati," gumam Chris pelan. Alex kembali masuk mobil setelah Chris pergi. Ia dan yang lain kembali menunggu Wilson dengan sikap waspada. “Kau
Beberapa saat kemudian. Wilson dan Chris keluar dari gedung pertemuan diantar oleh rekan bisnis Wilson. Max menyipit menatap ketiga pria pebisnis di sana. “Apakah mungkin mereka keluar secepat ini sedangkan Chris baru saja masuk membawa flashdisk yang katanya berisi materi meeting? Ck!” Pertanyaan itu keluar dari mulut Max dengan nada sinis yang justru membuat Angelina mengeluarkan pujian. “Aku terkesan kali ini kau berpikir cerdas, Max,” ujar Angelina setengah mencibir. “Tutup mulutmu! Kau pikir aku tidak bisa berpikir, begitu?!” tukas Max kesal. “Cukup! Jangan buat kericuhan!” Alex segera menengahi dan keduanya seketika mengakhiri perdebatan. “Kali ini dugaanmu masuk akal, Max. Kita memang harus memperhatikan Chris dengan cermat,” lanjutnya. “Serahkan saja padaku,” ucap Max dengan penuh percaya diri. “Tidak, itu tugas Angelina!” “Dia lagi, apa salahnya aku yang mengawasi rubah itu?” Max menggerutu. “Aku sudah menyiapkan tugas untukmu sendiri, patuhlah dan jangan coba-coba m
“Ya, flashdisk. Itu baru terjadi beberapa saat lalu, Tuan tidak mungkin lupa, bukan?” ujar Alex dengan radar yang dibuat lebih tajam, untuk mencari tahu kebenaran yang terlihat dari gerak-gerik Wilson. “Oh, tentu aku tidak melupakan itu, hanya saja aku tidak terbiasa menyebut dengan kata flashdisk. Aku memiliki panggilan tersendiri pada benda itu,” jelas Wilson diselingi tawa yang terdengar hambar. Saat menjawab pertanyaan Alex, mata Wilson melirik tajam pada satu etalase tempat di mana ia biasanya menyimpan flashdisk yang mereka bicarakan. Alex mengangguk paham, ia sedikit lega karena Wilson ternyata tahu apa yang dia maksud. Merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ia pamit undur diri. “Tunggu, Alex! Aku lupa meminta benda itu dari Chris setelah rapat. Jadi aku perintahkan kau menemui Chris dan katakan padanya kau ingin mengambil Shea,”perintah Tuan Wilson. “Shea?” tanya Alex bingung. “Itu nama flashdisk yang aku maksud. Chris tau apa itu Shea. Pergilah!” Alek mengangguk pah
Alex dan Max kembali ke markas dan menemui Antonio untuk membicarakan tentang pengunduran diri.“Aku sudah tau. Tuan Wilson memang sudah merencanakan ini sejak lama. Jadi sekaranglah waktunya?” Antonio menanggapi pengunduran diri Alex dan Max.“Tuan, terima kasih karena Anda telah merawatku dengan sangat baik, aku sangat berutang budi, aku bahkan belum bisa membalasnya sedikit pun dan sekarang aku sudah harus pergi,” kata Alex pelan.Antonio menggeleng. "Kau sudah menjadi anak yang sangat berbakti padaku, Alex. Aku tidak menyesal meskipun sekarang kau harus pergi dari sini. Aku tau apa yang aku lakukan, sejujurnya semua telah terencana, jadi aku tau hal ini akan terjadi cepat atau lambat," ujar Antonio sambil menepuk pundak pria yang telah dirawatnya sejak masih bayi. "Baiklah, aku sudah menyetujui pengunduran diri kalian, sekarang kalian pergi kerjakan apa yang sudah menjadi kewajiban kalian," lanjutnya."Sebelum pergi, aku ingin memastikan satu hal, apakah Angelina ada di sini?" ta
“Angelina, tunggu!” Max memanggil tapi Angelina tak menghiraukan.Max mempercepat langkah lalu menarik salah satu lengan Angelina. “Angelina, berhenti! Malam begitu larut, kau mau ke mana?”“Bukan urusanmu, lepaskan!” Angelina mengibaskan tangannya agar genggaman Max terlepas tapi tidak berhasil.“Tidak akan! Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendiri, aku akan menemanimu, Angelina.”“Max, tolonglah, sekali ini saja aku mohon jangan ganggu aku, aku ingin sendiri.” Angelina memohon dengan suara yang lebih rendah dan ia pun menundukkan kepalanya. “Tidak! Aku akan mendampingimu. Aku tahu kau dan Alex sama-sama terpukul mendengar fakta ini, di saat kalian seharusnya sudah bersama. Kalian sama-sama butuh didampingi.” Max tetap tidak meloloskan permintaan gadis itu.Seketika Angelina mendongak ketika mendengar satu kalimat yang menggelitiknya. “Apa maksudmu?”“Angelina, Alex menyukaimu, dia sudah mengakuinya. Dan kau, meskipun kau tidak menyatakannya tapi aku tahu kau menyukai Alex, iya ‘ka
Setelah Alex keluar membawa Angelina, Wilson meminta keterangan pada Max mengenai tindakan Angelina yang hampir merenggut nyawanya.Max menjelaskan secara singkat karena memang ia pun tidak tahu detail kejadian yang menimpa kedua orang tua Angelina, sebab Angelina sangat tertutup untuk urusan itu. Ia hanya tahu Angelina ingin membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuanya.Wilson cukup pintar untuk menggabungkan kejadian tadi dan informasi dari Max, apalagi Angelina semoga menyebut nama Viktor, Wilson semakin yakin ada kesalahpahaman.Wilson sangat tahu siapa Viktor dan bagaimana perangainya, untuk itu ia meminta Max menghubungi Angelina untuk membahas hal ini sampai semuanya jelas. Wilson juga mengatakan jika Angelina yakin bahwa ia dan Viktor orang yang sama, maka ia siap mati di tangan Angelina agar gadis itu puas.Max menyampaikan informasi itu pada Angelina dan tentu saja Angelina sangat bersemangat untuk kembali ke ruang rawat Wilson.Tak butuh waktu lama, Angelina sampai d
Alex kembali ke rumah sakit setelah selesai mengerjakan urusannya. Bukan urusan pekerjaan, tapi urusan perasaan. Alex pergi membeli bunga. Entah mengapa ia sangat ingin menyatakan perasaannya pada Angelina.Max benar, gadis seperti Angelina sangat jarang ditemui dan ia harus bergerak cepat jika tidak ingin kehilangan kesempatan.Alex menyimpan bunganya di mobil milik Wilson, karena jika ia menyimpan di mobil milik timnya ia yakin Max akan menggodanya habis-habisan. Alex ingin menciptakan momen yang tepat sehingga bunga itu masih ia simpan untuk saat ini.Sampai di depan ruang rawat Wilson, Alex melihat Max tertidur dan tidak ada Angelina di sekitar tempat itu.Alex membangunkan Max dengan kasar karena sudah dibalut emosi. Lagi-lagi Alex memaki kecerobohan Max.“Bodoh! Di mana Angelina?” tanyanya meski ia yakin Max tidak tahu jawabnya. Ia yakin Angelina mengambil kesempatan untuk pergi ketika Max terlelap.Max tidak menjawab, ia mengedarkan pandangan lalu memaki diri sendiri ketika tid
Angelina berpikir ia akan terbentur pintu, lalu Chris akan menyerangnya tanpa ampun kemudian ia akan tamat. Namun, ternyata pintu terbuka tepat ketika Chris menghantam dada Angelina. Tubuhnya yang hampir limbung dengan sigap ditahan oleh Alex.Menyadari Angelina yang sudah kepayahan, Max segera maju menyerang Chris dan Sony menggantikan Angelina.Alex memapah Angelina untuk sedikit menjauh dari ruangan lalu meminta gadis itu duduk terlebih dahulu sementara ia bersama Max akan mengurus Chris dan Sony.“Kau meninggalkannya sendiri?” tanya Max heran mengapa Alex ikut bertarung. Dia pikir Alex akan segera membawa gadis itu ke rumah sakit.“Kita harus mengurus mereka secepatnya,” balas Alex.Max tidak menanggapi, kembali fokus pada musuh. Max melawan Sony sedangkan Alex melawan Chris.“Baguslah kebusukanmu terungkap secepat ini. Tuan Wilson tidak butuh sampah sepertimu!” Alex berseru lalu detik berikutnya ia melakukan serangan bertubi-tubi untuk melumpuhkan Chris.Begitu pula Max melakukan
Alex mengingat-ingat percakapannya dengan Angelina di telepon tadi, dan ia menemukan sebuah kemungkinan saat mengingat Angelina mendebat perintahnya. Pria itu menyadari tekad Angelina sangatlah kuat, ketika sudah memutuskan maka akan terus maju tanpa peduli rintangan.Menyadari itu, Alex segera mengeluarkan alat pelacak yang dibekali Antonio, berusaha menemukan posisi Angelina. Kemudian dia membuka alat pelacak milik Wilson untuk memastikan titik koordinat keberadaan Angelina dan Chris apakah sama.“Sial!”Umpatan Alex berhasil menarik perhatian Max.“Ada apa?” tanya Max gusar.“Sudah kuduga, Angelina diam-diam mengikuti Chris,” jelas Alex dengan gigi bergemeretak.“Beri tahu aku titik koordinatnya, aku akan segera ke sana,” kata Max tergesa.“Aku sudah mengirimnya ke ponselmu, pergilah, aku harus memberitahu Tuan Wilson sebelum pergi. Aku segera menyusul.” Alex melangkah cepat ke ruang rawat Wilson setelah menyelesaikan kalimatnya.Max pun segera bergerak cepat, ia tidak ingin Angelin
Operasi yang dilakukan Wilson telah berjalan dengan lancar, tapi kondisi kesehatannya tiba-tiba menurun sehingga ia harus menjalani perawatan intensif selama beberapa hari pasca operasi.Pagi itu Alex masuk ke ruang rawat Wilson untuk pertama kalinya. Pasca operasi Wilson tidak ingin ditemui oleh siapa pun selama beberapa hari.“Tuan, bagaimana kondisi Anda?” Kalimat pertama yang keluar dari mulut Alex ketika bertemu Wilson.Wilson tersenyum. “Apa kau mencemaskanku?”“Tentu saja. Apa tidak boleh?”Kali ini Wilson bukan hanya tersenyum, tapi tertawa kecil usai mendengar jawaban Alex.“Aku senang mendengarnya,” ucap Wilson, “seperti yang kau lihat, aku sudah lebih baik sekarang,” imbuhnya.“Syukurlah.” Alex merasa lega mendengarnya. “Ini, saya kembalikan ponsel dan alat yang Tuan titipkan,” lanjut Alex sambil menyerahkan benda yang dimaksud.Wilson mendorong benda itu ke arah Alex. “Tidak perlu terburu-buru, aku juga masih tidak bisa bekerja. Lihatlah, aku masih seorang pasien.”“Apakah
Sial! Kenapa mereka ada di sini? Chris mengumpat dalam hati. Wajah terkejutnya tak bisa ia sembunyikan.“Tidak ada masalah besar, kami hanya membicarakan hal yang menguntungkan saja. Jika tidak ada keuntungan dalam berbisnis, lebih baik akhiri saja. Benar begitu, bukan?”Bukan Chris yang menjawab, melainkan seseorang yang sejak tadi berdebat dengan Chris. Pandangannya sengaja ia lempar pada Angelina dan Max, seolah ingin menekankan sesuatu dari kalimat yang diucapkannya.“Baiklah, karena tidak ada urusan lagi aku akan pergi,” lanjut orang itu segera melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.Saat di kantin tadi, Chris seperti menguasai orang itu, tapi sekarang Chris justru terlihat dikuasai oleh orang itu. Siapa sebenarnya dia? Dan ada hubungan apa di antara mereka? Angelina membatin, menganalisis apa yang dia lihat.“Bisa kau jelaskan apa maksud ucapan orang tadi, Chris? Keuntungan seperti apa yang kalian bicarakan? Apakah ini menyangkut soalperusahaan Tuan Wilson,
“Kalian pesanlah, aku yang traktir,” ujar Chris sesampainya di kantin. Ia menarik satu kursi untuk diduduki. “Kau tidak makan?” tanya Max sebenarnya malas menanyakan hal itu karena mereka tidak sedekat itu, hanya memastikan Chris tidak akan lenyap dari pandangannya ketika ia makan. Chris tertawa kecil. “Kau tidak perlu peduli padaku. Mereka akan mengantarkan makananku segera,” jawabnya. Max mengangguk mengerti, kemudian menyusul Angelina untuk memesan makanan. “Apa yang kau bicarakan dengannya?” tanya Angelina ketika Max tiba, sambil menunggu pesanannya jadi. Terdengar pelayan bertanya pada Max akan memesan apa. “Samakan dengannya,” ujar Max menjawab pelayan. “Tidak, aku hanya bertanya apakah dia tidak makan, itu saja,” lanjutnya menjawab pertanyaan Angelina. “Lalu?” “Antarkan ini pada Tuan Chris!” ujar salah satu pelayan pada rekannya. Max menunjuk pada pelayan itu menggunakan dagu. “Itu, makanannya sudah diantarkan tanpa dia memesan.” Angelina hanya membentuk mu