Pagi itu agensi diramaikan dengan kabar pertarungan rekan satu tim, Angelina dan Alex. Bahkan kabar itu sudah sampai di telinga Max. Pria yang sudah melewati masa pemulihan itu pun pergi menemui Alex di ruang medis.
“Apa kau gila? Kau bertarung dengan Angelina? Apa yang kau pikirkan? Dasar tidak waras!” Max langsung menyerang Alex dengan beberapa pertanyaan serta makian di ujung kalimatnya. “Dan satu lagi, kau kalah, memalukan!” sinis Max. “Cih! Kau tidak sadar kau lebih memalukan? Kau diselamatkan oleh seorang gadis!” balas Alex tak kalah sinis. “Itu berbeda! Itu murni kecelakaan, sedangkan kau? Apa yang kau untungkan dari bertarung dengan seorang wanita, dan itu juga rekanmu sendiri. Kau tahu? Kau memperlambat kinerja kita, seharusnya kita sudah bisa kembali bekerja hari ini!” Max terus mengomel. “Diam! Kau sangat berisik! Aku hanya menguji kemampuannya saja, apa salahnya?” balas Alex malas. “Menguji kemampuan?” Max menuntut penjelasan. “Aku seorang kapten, aku harus memastikan kemampuan anggotaku agar bisa mengambil keputusan yang tepat pada pertarungan sebenarnya. Siapa yang menyangka Angelina semakin hebat, di luar ekspektasiku, dia berhasil mengalahkan aku. Tapi tidak masalah, aku puas melihat peningkatan Angelina.” Terpaksa Alex menjelaskan demikian agar Max tidak bertanya-tanya lagi. “Ck, kau kapten tapi kalah melawan anggota yang dipimpin,” sindir Max sinis. “Apa salahnya? Kapten juga manusia dan tentu punya kelemahan!” Alex berkata dengan nada tinggi. Ia sangat kesal karena sejak masuk, Max terus saja mengomel tiada henti, membuatnya tidak bisa istirahat dengan tenang. “Ya, ya, terserah kau saja!” Max akhirnya diam, tidak lagi bertanya ini dan itu. Max dan Alex menatap ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka dari luar. Angelina muncul dari balik pintu. Ia datang untuk menjenguk Alex. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Angelina saat sampai di samping pembaringan Alex. “Aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” balas Alex dengan sombongnya, padahal jelas-jelas Angelina memberikan pukulan telak pada bagian perutnya semalam. Angelina tersenyum tipis sedikit sinis. “Oh! Syukurlah kalau begitu.” “Kau sudah lebih baik, Max?” Angelina beralih bertanya pada Max. “Aku sudah sepenuhnya baik. Jika pria menyebalkan ini tidak berulah, seharusnya kita sudah bisa berangkat bekerja lagi,” balas Max kembali menyindir sambil melirik pada Alex. Alex mencibir pelan mendengar ucapan Max yang terdengar menyebalkan baginya. “Belum ada yang mengantar sarapanmu? Biar aku ambilkan sebentar,” ujar Angelina yang ditujukan pada Alex. “Max, bisa tolong kau ambilkan sarapanku? Ada yang ingin aku bicarakan dengan Angelina sebentar. Kau kembali lagi ke sini karena ada yang ingin aku bahas dengan kalian nanti.” Alex lebih dulu memberikan perintah pada Max sebelum Angelina pergi. “Aku? Cih! Kau sakit saja masih suka memerintah. Ya, ya, baiklah!” Meski mengomel, Max tetap melakukan perintah Alex, meninggalkan sang kapten berdua saja dengan Angelina. “Apa belum cukup yang kita bicarakan semalam? Bukankah kau bilang akan melepaskanku jika aku menang? Apa kau tidak bisa menerima kekalahanmu?” Angelina langsung berbicara demikian setelah Max pergi. “Aku bukan pecundang yang tidak menerima kekalahan, tapi aku juga bukan seorang pengecut yang tidak bisa berbuat apa-apa. Aku mengaku telah kalah, tapi akan ada saatnya aku menang,” balas Alex penuh percaya diri. “Sebenarnya apa yang kau inginkan?” tanya Angelina merasa tidak nyaman jika situasi ini terus terjadi karena ia masih harus menjadi rekan satu tim dalam misi. “Dirimu!” “Apa?” Jawaban singkat yang diucapkan Alex membuat Angelina terkejut sekaligus menimbulkan banyak pertanyaan yang seketika bersarang di benaknya. Untuk sesaat Alex terdiam dan merasa sedikit terkejut karena jawaban yang ia ucapkan, ditambah lagi pertanyaan Angelina dengan nada terkejut, semakin membuat Alex merasa telah salah bicara. Atau bisa dikatakan pria itu mengatakan hal yang tidak seharusnya ia katakan. Untuk sesaat Alex tidak bisa mengendalikan ekspresi herannya pada diri sendiri. Namun setelahnya, Alex kembali menguasai dirinya dan kembali seperti Alex yang biasa terlihat—tenang. “Ya! Aku ingin dirimu pergi dari agensi ini!” Karena sudah keceplosan dengan jawaban sebelumnya, terpaksa Alex menjawab demikian agar Angelina tidak berpikir macam-macam tentang dirinya. “Kau gila? Apa hakmu memintaku pergi dari sini? Apakah ini tempatmu? Apakah kau bosnya? Itu tidak akan pernah aku lakukan sebelum aku mencapai tujuanku!” Angelina langsung meledak-ledak. Entah mengapa emosinya jadi tidak stabil jika ada orang yang menghalangi rencananya dalam mencapai tujuan. Alex tertawa jahat, ia puas mendengar jawaban Angelina, terutama di ujung kalimatnya. “Ternyata benar dugaanku. Kau punya tujuan lain masuk ke agensi ini, benar?” Seketika Angelina mematung. Ia baru menyadari bahwa sudah kelepasan bicara. Itu semua karena Alex yang memancing emosinya, kini Angelina sangat kesal karena Alex telah mengetahui sisi lain dari dirinya yang selama ini sekuat tenaga ia sembunyikan. “Kau boleh berpendapat apa pun tentangku, tapi kau tidak bisa menganggap pendapatmu itu seratus persen benar karena kau salah menduga!” Meskipun Angelina tahu Alex tidak sebodoh itu dan tentu saja cerdas untuk mencerna kata-kata yang ia ucapkan tadi, tapi Angelina tidak mau mengakui bahwa dugaan Alex benar. Ia masih berusaha mempertahankan identitas aslinya serta menyembunyikan tujuan aslinya berada di tempat itu. “Benarkah? Jadi aku salah?” Alex sengaja menelan kalimatnya untuk menegaskan bahwa ia sebenarnya sudah benar menebak. Angelina membuang muka sinisnya. “Ya, kau salah!” Angelina terkejut ketika tiba-tiba saja Alex meraih pergelangan tangannya dan menariknya kuat. Dengan sekali gerakan pasti, Angelina terhuyung jatuh dan hampir menimpa tubuh Alex jika tangannya tidak sigap menopang tubuhnya sendiri. Kini jarak keduanya sangat dekat, dengan posisi Angelina mengambang di atas tubuh Alex yang terbaring. Tidak hanya itu, satu tangan Alex tiba-tiba meraih pinggang ramping Angelina hingga gadis itu lagi-lagi hampir jatuh menimpa tubuh Alex, tapi Angelina tidak membiarkan itu terjadi. Gadis itu meronta dan melakukan perlawanan. “Apa yang kau lakukan? Orang akan salah paham jika melihat kita, Alex!” pekik Angelina dengan suara tertahan. “Memangnya apa yang kau pikirkan?” Seringai bermain di bibir Alex. Angelina semakin tidak nyaman dengan perlakuan Alex yang dirasa tidak wajar. “Lepaskan aku, Alex!” Bukannya melepaskan, Alex justru mengeratkan tangannya di pinggang Angelina dan semakin menariknya mendekat. “Teruslah menghindar dariku, tapi kau harus ingat satu hal, akulah yang akan menang. Suatu hari kau yang akan buka mulut sendiri!” ucap Alex dengan senyum miring. Seperti yang baru saja kau lakukan. Alex melanjutkan bicaranya di dalam hati. Tiba-tiba saja seseorang memutar knop pintu lalu masuk tanpa permisi dan menyaksikan adegan yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. “Apa yang sedang kalian lakukan?”“Tuan Antonio.” Angelina segera mendorong tubuh Alex agar bisa bangkit, beruntung Alex tidak berulah lagi. “Hei, kau bilang akan berbicara dengan Angelina tapi kau? Astaga! Aku tidak mengerti, semalam kau mengajak Angelina berkelahi lalu sekarang kau mau mengajaknya berkelahi di atas tempat tidur? Luar biasa!” Max tiba-tiba muncul di belakang Antonio lalu mencibir sinis. Angelina langsung gugup dan salah tingkah. Meski sebenarnya mereka tidak berbuat apa pun, tapi posisi mereka tadi benar-benar membuat salah paham siapa pun yang melihatnya, sedangkan Alex hanya memutar bola mata malas mendengar ocehan Max karena menurutnya tidak penting menanggapi ucapan seseorang yang menilainya buruk padahal tidak tahu kejadian yang sebenarnya. “Maaf, Tuan Antonio. Kami tidak sedang melakukan apa pun, kami tadi—” “Aku hanya mengerjai Angelina saja, aku ingin tahu reaksi dia ketika berada begitu dekat dengan seorang pria tapi sepertinya dia tidak terpengaruh.” Alex memotong ucapan Angelina dengan
Alex, Angelina, dan Max sudah kembali beraktivitas hari ini. Alex berusaha untuk segera pulih karena ia tidak betah terus berbaring di atas tempat tidur. “Aku senang kalian baik-baik saja, dan aku harap kalian bisa melanjutkan misi sampai tuntas!” Wilson berbicara pada ketiga orang yang ia sewa untuk menjadi bodyguard. “Kami tidak akan mundur sebelum misi ini tuntas, Tuan Wilson,” balas Alex sebagai kapten. “Bagus! Atasan kalian sudah memberitahu detailnya, bukan?” “Sudah.” “Ya, itulah yang harus kalian kerjakan.” “Untuk mencari petunjuk, sebagai langkah awal, apakah Anda bisa memberitahu kami, di mana Anda menyimpan benda itu sebelumnya?” tanya Alex mulai menginterogasi. Wilson menyebutkan sebuah tempat sebagai jawaban agar Alex dan timnya bisa segera melaksanakan tugas. “Apakah ada seseorang yang tahu tempat itu selain Anda, Tuan?” “Hanya aku ... dan Chris.” Mendengar jawaban Wilson, Alex mengalihkan pandangannya pada orang kepercayaan yang selalu setia berada di samping W
Chris menunjukkan sebuah benda kepada Alex yang terus menatapnya penuh selidik. “Flashdisk?” tanya Alex mengerutkan kening. “Ya, ada apa? Kau tampak terkejut,” balas Chris memicing. “Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya berpikir kau mungkin menyembunyikan sesuatu,” ujar Alex masih tak melepaskan tatapannya dari Chris. “Oh, apa yang perlu aku sembunyikan? Aku hanya meminta bantuan temanku untuk mengantarkan flashdisk ini, untuk kelancaran rapat Tuan Wilson hari ini,” jelas Chris terlihat tetap tenang. “Oh, ya? Jika benda itu ada kaitannya dengan rapat Tuan Wilson saat ini, mengapa temanmu bisa memilikinya? Apakah dia juga mengenal Tuan Wilson?” “Alex, aku tidak bisa banyak bicara denganmu sekarang. Aku harus segera masuk, sampai nanti.” Chris langsung beranjak begitu saja meninggalkan Alex. "Alex terlalu pintar dan cerdik. Aku harus lebih hati-hati," gumam Chris pelan. Alex kembali masuk mobil setelah Chris pergi. Ia dan yang lain kembali menunggu Wilson dengan sikap waspada. “Kau
Beberapa saat kemudian. Wilson dan Chris keluar dari gedung pertemuan diantar oleh rekan bisnis Wilson. Max menyipit menatap ketiga pria pebisnis di sana. “Apakah mungkin mereka keluar secepat ini sedangkan Chris baru saja masuk membawa flashdisk yang katanya berisi materi meeting? Ck!” Pertanyaan itu keluar dari mulut Max dengan nada sinis yang justru membuat Angelina mengeluarkan pujian. “Aku terkesan kali ini kau berpikir cerdas, Max,” ujar Angelina setengah mencibir. “Tutup mulutmu! Kau pikir aku tidak bisa berpikir, begitu?!” tukas Max kesal. “Cukup! Jangan buat kericuhan!” Alex segera menengahi dan keduanya seketika mengakhiri perdebatan. “Kali ini dugaanmu masuk akal, Max. Kita memang harus memperhatikan Chris dengan cermat,” lanjutnya. “Serahkan saja padaku,” ucap Max dengan penuh percaya diri. “Tidak, itu tugas Angelina!” “Dia lagi, apa salahnya aku yang mengawasi rubah itu?” Max menggerutu. “Aku sudah menyiapkan tugas untukmu sendiri, patuhlah dan jangan coba-coba m
“Ya, flashdisk. Itu baru terjadi beberapa saat lalu, Tuan tidak mungkin lupa, bukan?” ujar Alex dengan radar yang dibuat lebih tajam, untuk mencari tahu kebenaran yang terlihat dari gerak-gerik Wilson. “Oh, tentu aku tidak melupakan itu, hanya saja aku tidak terbiasa menyebut dengan kata flashdisk. Aku memiliki panggilan tersendiri pada benda itu,” jelas Wilson diselingi tawa yang terdengar hambar. Saat menjawab pertanyaan Alex, mata Wilson melirik tajam pada satu etalase tempat di mana ia biasanya menyimpan flashdisk yang mereka bicarakan. Alex mengangguk paham, ia sedikit lega karena Wilson ternyata tahu apa yang dia maksud. Merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ia pamit undur diri. “Tunggu, Alex! Aku lupa meminta benda itu dari Chris setelah rapat. Jadi aku perintahkan kau menemui Chris dan katakan padanya kau ingin mengambil Shea,”perintah Tuan Wilson. “Shea?” tanya Alex bingung. “Itu nama flashdisk yang aku maksud. Chris tau apa itu Shea. Pergilah!” Alek mengangguk pah
Wilson memainkan benda di tangannya, memutar-mutar dan menatap benda itu tanpa berkedip. Hingga terdengar suara pintu diketuk dari luar, Wilson lekas menyimpan Shea yang asli di tempat yang berbeda dengan sebelumnya. Kali ini hanya dia yang tahu tempat penyimpanan Shea yang asli. “Masuk!” seru Wilson dari kursi kebesarannya, setelah menyimpan Shea dengan rapi. Alex segara masuk setelah dipersilakan dan kembali menutup pintu segera sesuai perintah Wilson. “Ini benda yang Anda inginkan, Tuan.” Alex menyerahkan Shea pada Wilson yang langsung diterima dengan senang hati. “Terima kasih, Alex. Maaf telah merepotkanmu. Chris memang sedikit posesif dengan benda ini.” “Tidak masalah, asalkan Anda puas, Tuan,” balas Alex. Wilson mengamati benda berbahan emas itu dengan seksama, tajam dan teliti. Wilson pun merasa takjub atas kerja keras Chris yang berhasil menduplikasi benda yang hanya dimiliki olehnya itu. Aku akui kau sangat lihai, Chris, aku tidak tahu kapan kau memulai semua ini, tapi
Max terkekeh mendengar peringatan dari Alex. Pria itu melangkah mendekat, menepuk pundak Alex lalu berjalan mengitari Alex hingga akhirnya kini mereka saling berhadapan. “Aku rasa, aku tidak salah bicara, mengapa aku harus diam? Kau tidak perlu menyangkal, Alex. Meskipun kau selalu memanggilku ceroboh dan apa pun itu, tapi dalam hal seperti ini aku bisa paham. Kita sesama pria, aku tahu bagaimana sikap pria yang jatuh cinta.” “Kau terlalu banyak bicara!” tukas Alex dingin. Max kembali terkekeh. “Ya, ya, ya, anggap saja begitu, kau boleh saja berkata tidak di depanku, tapi aku yakin di dalam hatimu kau setuju dengan pendapatku, benar, kan?” ucap Max dengan senyum miring bermain di bibirnya. “Max, aku peringatkan kau untuk bicara hal-hal mengenai pekerjaan saja denganku, tidak ada pembahasan lain. Jika sudah tidak ada yang perlu dibicarakan kau pergi istirahat saja, jangan menggangguku!” balas Alex sama sekali tidak terpancing untuk menanggapi dugaan-dugaan Max di luar urusan pekerja
Alex terbelalak mendengar jawaban Angelina yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan. Pria itu hanya berpikir mungkin Angelina bernasib sama seperti dirinya hingga berpikir untuk mendedikasikan hidupnya untuk Tuan Antonio, tapi ternyata tidak, Angelina ingin balas dendam. Apa yang terjadi di masa lalu gadis itu? Bahkan ia yang telah melewati masa-masa menyakitkan sejak kecil pun tidak pernah berpikir untuk balas dendam, sedangkan Angelina? “Apa kau bilang? Balas dendam? Siapa orang yang menjadi tujuan balas dendammu? Apakah Tuan Antonio?” “Kau berpikir terlalu dangkal! Jika Tuan Antonio adalah tujuanku maka dia sudah akan mati sejak dulu!” balas Angelina dengan remeh. “Lalu?” “Kau hanya memiliki satu kesempatan bertanya, dan aku sudah menjawabnya. Jadi jangan tanyakan apa pun lagi. Aku sudah memberitahu padamu tujuanku, tapi kau tidak berhak mendesakku untuk menjelaskan alasannya. Permisi!” sentak Angelina dan langsung masuk ke kamar lalu membanting pintu cukup keras. Alex mematu
Alex dan Max kembali ke markas dan menemui Antonio untuk membicarakan tentang pengunduran diri.“Aku sudah tau. Tuan Wilson memang sudah merencanakan ini sejak lama. Jadi sekaranglah waktunya?” Antonio menanggapi pengunduran diri Alex dan Max.“Tuan, terima kasih karena Anda telah merawatku dengan sangat baik, aku sangat berutang budi, aku bahkan belum bisa membalasnya sedikit pun dan sekarang aku sudah harus pergi,” kata Alex pelan.Antonio menggeleng. "Kau sudah menjadi anak yang sangat berbakti padaku, Alex. Aku tidak menyesal meskipun sekarang kau harus pergi dari sini. Aku tau apa yang aku lakukan, sejujurnya semua telah terencana, jadi aku tau hal ini akan terjadi cepat atau lambat," ujar Antonio sambil menepuk pundak pria yang telah dirawatnya sejak masih bayi. "Baiklah, aku sudah menyetujui pengunduran diri kalian, sekarang kalian pergi kerjakan apa yang sudah menjadi kewajiban kalian," lanjutnya."Sebelum pergi, aku ingin memastikan satu hal, apakah Angelina ada di sini?" ta
“Angelina, tunggu!” Max memanggil tapi Angelina tak menghiraukan.Max mempercepat langkah lalu menarik salah satu lengan Angelina. “Angelina, berhenti! Malam begitu larut, kau mau ke mana?”“Bukan urusanmu, lepaskan!” Angelina mengibaskan tangannya agar genggaman Max terlepas tapi tidak berhasil.“Tidak akan! Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendiri, aku akan menemanimu, Angelina.”“Max, tolonglah, sekali ini saja aku mohon jangan ganggu aku, aku ingin sendiri.” Angelina memohon dengan suara yang lebih rendah dan ia pun menundukkan kepalanya. “Tidak! Aku akan mendampingimu. Aku tahu kau dan Alex sama-sama terpukul mendengar fakta ini, di saat kalian seharusnya sudah bersama. Kalian sama-sama butuh didampingi.” Max tetap tidak meloloskan permintaan gadis itu.Seketika Angelina mendongak ketika mendengar satu kalimat yang menggelitiknya. “Apa maksudmu?”“Angelina, Alex menyukaimu, dia sudah mengakuinya. Dan kau, meskipun kau tidak menyatakannya tapi aku tahu kau menyukai Alex, iya ‘ka
Setelah Alex keluar membawa Angelina, Wilson meminta keterangan pada Max mengenai tindakan Angelina yang hampir merenggut nyawanya.Max menjelaskan secara singkat karena memang ia pun tidak tahu detail kejadian yang menimpa kedua orang tua Angelina, sebab Angelina sangat tertutup untuk urusan itu. Ia hanya tahu Angelina ingin membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuanya.Wilson cukup pintar untuk menggabungkan kejadian tadi dan informasi dari Max, apalagi Angelina semoga menyebut nama Viktor, Wilson semakin yakin ada kesalahpahaman.Wilson sangat tahu siapa Viktor dan bagaimana perangainya, untuk itu ia meminta Max menghubungi Angelina untuk membahas hal ini sampai semuanya jelas. Wilson juga mengatakan jika Angelina yakin bahwa ia dan Viktor orang yang sama, maka ia siap mati di tangan Angelina agar gadis itu puas.Max menyampaikan informasi itu pada Angelina dan tentu saja Angelina sangat bersemangat untuk kembali ke ruang rawat Wilson.Tak butuh waktu lama, Angelina sampai d
Alex kembali ke rumah sakit setelah selesai mengerjakan urusannya. Bukan urusan pekerjaan, tapi urusan perasaan. Alex pergi membeli bunga. Entah mengapa ia sangat ingin menyatakan perasaannya pada Angelina.Max benar, gadis seperti Angelina sangat jarang ditemui dan ia harus bergerak cepat jika tidak ingin kehilangan kesempatan.Alex menyimpan bunganya di mobil milik Wilson, karena jika ia menyimpan di mobil milik timnya ia yakin Max akan menggodanya habis-habisan. Alex ingin menciptakan momen yang tepat sehingga bunga itu masih ia simpan untuk saat ini.Sampai di depan ruang rawat Wilson, Alex melihat Max tertidur dan tidak ada Angelina di sekitar tempat itu.Alex membangunkan Max dengan kasar karena sudah dibalut emosi. Lagi-lagi Alex memaki kecerobohan Max.“Bodoh! Di mana Angelina?” tanyanya meski ia yakin Max tidak tahu jawabnya. Ia yakin Angelina mengambil kesempatan untuk pergi ketika Max terlelap.Max tidak menjawab, ia mengedarkan pandangan lalu memaki diri sendiri ketika tid
Angelina berpikir ia akan terbentur pintu, lalu Chris akan menyerangnya tanpa ampun kemudian ia akan tamat. Namun, ternyata pintu terbuka tepat ketika Chris menghantam dada Angelina. Tubuhnya yang hampir limbung dengan sigap ditahan oleh Alex.Menyadari Angelina yang sudah kepayahan, Max segera maju menyerang Chris dan Sony menggantikan Angelina.Alex memapah Angelina untuk sedikit menjauh dari ruangan lalu meminta gadis itu duduk terlebih dahulu sementara ia bersama Max akan mengurus Chris dan Sony.“Kau meninggalkannya sendiri?” tanya Max heran mengapa Alex ikut bertarung. Dia pikir Alex akan segera membawa gadis itu ke rumah sakit.“Kita harus mengurus mereka secepatnya,” balas Alex.Max tidak menanggapi, kembali fokus pada musuh. Max melawan Sony sedangkan Alex melawan Chris.“Baguslah kebusukanmu terungkap secepat ini. Tuan Wilson tidak butuh sampah sepertimu!” Alex berseru lalu detik berikutnya ia melakukan serangan bertubi-tubi untuk melumpuhkan Chris.Begitu pula Max melakukan
Alex mengingat-ingat percakapannya dengan Angelina di telepon tadi, dan ia menemukan sebuah kemungkinan saat mengingat Angelina mendebat perintahnya. Pria itu menyadari tekad Angelina sangatlah kuat, ketika sudah memutuskan maka akan terus maju tanpa peduli rintangan.Menyadari itu, Alex segera mengeluarkan alat pelacak yang dibekali Antonio, berusaha menemukan posisi Angelina. Kemudian dia membuka alat pelacak milik Wilson untuk memastikan titik koordinat keberadaan Angelina dan Chris apakah sama.“Sial!”Umpatan Alex berhasil menarik perhatian Max.“Ada apa?” tanya Max gusar.“Sudah kuduga, Angelina diam-diam mengikuti Chris,” jelas Alex dengan gigi bergemeretak.“Beri tahu aku titik koordinatnya, aku akan segera ke sana,” kata Max tergesa.“Aku sudah mengirimnya ke ponselmu, pergilah, aku harus memberitahu Tuan Wilson sebelum pergi. Aku segera menyusul.” Alex melangkah cepat ke ruang rawat Wilson setelah menyelesaikan kalimatnya.Max pun segera bergerak cepat, ia tidak ingin Angelin
Operasi yang dilakukan Wilson telah berjalan dengan lancar, tapi kondisi kesehatannya tiba-tiba menurun sehingga ia harus menjalani perawatan intensif selama beberapa hari pasca operasi.Pagi itu Alex masuk ke ruang rawat Wilson untuk pertama kalinya. Pasca operasi Wilson tidak ingin ditemui oleh siapa pun selama beberapa hari.“Tuan, bagaimana kondisi Anda?” Kalimat pertama yang keluar dari mulut Alex ketika bertemu Wilson.Wilson tersenyum. “Apa kau mencemaskanku?”“Tentu saja. Apa tidak boleh?”Kali ini Wilson bukan hanya tersenyum, tapi tertawa kecil usai mendengar jawaban Alex.“Aku senang mendengarnya,” ucap Wilson, “seperti yang kau lihat, aku sudah lebih baik sekarang,” imbuhnya.“Syukurlah.” Alex merasa lega mendengarnya. “Ini, saya kembalikan ponsel dan alat yang Tuan titipkan,” lanjut Alex sambil menyerahkan benda yang dimaksud.Wilson mendorong benda itu ke arah Alex. “Tidak perlu terburu-buru, aku juga masih tidak bisa bekerja. Lihatlah, aku masih seorang pasien.”“Apakah
Sial! Kenapa mereka ada di sini? Chris mengumpat dalam hati. Wajah terkejutnya tak bisa ia sembunyikan.“Tidak ada masalah besar, kami hanya membicarakan hal yang menguntungkan saja. Jika tidak ada keuntungan dalam berbisnis, lebih baik akhiri saja. Benar begitu, bukan?”Bukan Chris yang menjawab, melainkan seseorang yang sejak tadi berdebat dengan Chris. Pandangannya sengaja ia lempar pada Angelina dan Max, seolah ingin menekankan sesuatu dari kalimat yang diucapkannya.“Baiklah, karena tidak ada urusan lagi aku akan pergi,” lanjut orang itu segera melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.Saat di kantin tadi, Chris seperti menguasai orang itu, tapi sekarang Chris justru terlihat dikuasai oleh orang itu. Siapa sebenarnya dia? Dan ada hubungan apa di antara mereka? Angelina membatin, menganalisis apa yang dia lihat.“Bisa kau jelaskan apa maksud ucapan orang tadi, Chris? Keuntungan seperti apa yang kalian bicarakan? Apakah ini menyangkut soalperusahaan Tuan Wilson,
“Kalian pesanlah, aku yang traktir,” ujar Chris sesampainya di kantin. Ia menarik satu kursi untuk diduduki. “Kau tidak makan?” tanya Max sebenarnya malas menanyakan hal itu karena mereka tidak sedekat itu, hanya memastikan Chris tidak akan lenyap dari pandangannya ketika ia makan. Chris tertawa kecil. “Kau tidak perlu peduli padaku. Mereka akan mengantarkan makananku segera,” jawabnya. Max mengangguk mengerti, kemudian menyusul Angelina untuk memesan makanan. “Apa yang kau bicarakan dengannya?” tanya Angelina ketika Max tiba, sambil menunggu pesanannya jadi. Terdengar pelayan bertanya pada Max akan memesan apa. “Samakan dengannya,” ujar Max menjawab pelayan. “Tidak, aku hanya bertanya apakah dia tidak makan, itu saja,” lanjutnya menjawab pertanyaan Angelina. “Lalu?” “Antarkan ini pada Tuan Chris!” ujar salah satu pelayan pada rekannya. Max menunjuk pada pelayan itu menggunakan dagu. “Itu, makanannya sudah diantarkan tanpa dia memesan.” Angelina hanya membentuk mu