Wilson memainkan benda di tangannya, memutar-mutar dan menatap benda itu tanpa berkedip. Hingga terdengar suara pintu diketuk dari luar, Wilson lekas menyimpan Shea yang asli di tempat yang berbeda dengan sebelumnya. Kali ini hanya dia yang tahu tempat penyimpanan Shea yang asli. “Masuk!” seru Wilson dari kursi kebesarannya, setelah menyimpan Shea dengan rapi. Alex segara masuk setelah dipersilakan dan kembali menutup pintu segera sesuai perintah Wilson. “Ini benda yang Anda inginkan, Tuan.” Alex menyerahkan Shea pada Wilson yang langsung diterima dengan senang hati. “Terima kasih, Alex. Maaf telah merepotkanmu. Chris memang sedikit posesif dengan benda ini.” “Tidak masalah, asalkan Anda puas, Tuan,” balas Alex. Wilson mengamati benda berbahan emas itu dengan seksama, tajam dan teliti. Wilson pun merasa takjub atas kerja keras Chris yang berhasil menduplikasi benda yang hanya dimiliki olehnya itu. Aku akui kau sangat lihai, Chris, aku tidak tahu kapan kau memulai semua ini, tapi
Max terkekeh mendengar peringatan dari Alex. Pria itu melangkah mendekat, menepuk pundak Alex lalu berjalan mengitari Alex hingga akhirnya kini mereka saling berhadapan. “Aku rasa, aku tidak salah bicara, mengapa aku harus diam? Kau tidak perlu menyangkal, Alex. Meskipun kau selalu memanggilku ceroboh dan apa pun itu, tapi dalam hal seperti ini aku bisa paham. Kita sesama pria, aku tahu bagaimana sikap pria yang jatuh cinta.” “Kau terlalu banyak bicara!” tukas Alex dingin. Max kembali terkekeh. “Ya, ya, ya, anggap saja begitu, kau boleh saja berkata tidak di depanku, tapi aku yakin di dalam hatimu kau setuju dengan pendapatku, benar, kan?” ucap Max dengan senyum miring bermain di bibirnya. “Max, aku peringatkan kau untuk bicara hal-hal mengenai pekerjaan saja denganku, tidak ada pembahasan lain. Jika sudah tidak ada yang perlu dibicarakan kau pergi istirahat saja, jangan menggangguku!” balas Alex sama sekali tidak terpancing untuk menanggapi dugaan-dugaan Max di luar urusan pekerja
Alex terbelalak mendengar jawaban Angelina yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan. Pria itu hanya berpikir mungkin Angelina bernasib sama seperti dirinya hingga berpikir untuk mendedikasikan hidupnya untuk Tuan Antonio, tapi ternyata tidak, Angelina ingin balas dendam. Apa yang terjadi di masa lalu gadis itu? Bahkan ia yang telah melewati masa-masa menyakitkan sejak kecil pun tidak pernah berpikir untuk balas dendam, sedangkan Angelina? “Apa kau bilang? Balas dendam? Siapa orang yang menjadi tujuan balas dendammu? Apakah Tuan Antonio?” “Kau berpikir terlalu dangkal! Jika Tuan Antonio adalah tujuanku maka dia sudah akan mati sejak dulu!” balas Angelina dengan remeh. “Lalu?” “Kau hanya memiliki satu kesempatan bertanya, dan aku sudah menjawabnya. Jadi jangan tanyakan apa pun lagi. Aku sudah memberitahu padamu tujuanku, tapi kau tidak berhak mendesakku untuk menjelaskan alasannya. Permisi!” sentak Angelina dan langsung masuk ke kamar lalu membanting pintu cukup keras. Alex mematu
Pagi ini Wilson meminta Chris menemuinya di ruang kerja tanpa menjelaskan apa yang akan mereka bicarakan. Perasaan Chris tidak tenang. Meski malam itu Wilson terlihat tidak curiga sama sekali, tapi sebagai orang yang memiliki niat buruk, tentu saja Chris merasa waswas. “Selamat pagi, Tuan Wilson,” sapa Chris datang menghadap. “Kau sudah datang, duduklah!” balas Wilson tanpa basa-basi. “Kita akan menemui Tuan Regan pagi ini. Setelah itu kita ada pertemuan dengan Tuan Charles, kemudian kita akan makan siang dengan Tuan Henry.” Chris memberitahu jadwal Wilson hari ini, seperti biasa yang selalu ia lakukan. Wilson mengangguk. “Baik, itu nanti saja kita bicarakan. Sekarang aku hanya ingin tahu mengapa Shea bisa ada padamu? Kau tahu, Shea tidak pernah pergi ke mana pun, bukan?” tanya Wilson menanyakan tentang Shea. “Ah, itu, maafkan saya, Tuan. Seharusnya saya tidak lancang mengambil Shea, tapi kemarin saya melihat ada orang yang mencurigakan di sekitar sini, jadi saya berusaha mengaman
“Kalian mau ikut satu mobil denganku?” Chris bertanya pada Angelina dan Max ketika mereka sudah siap untuk berangkat ke pertemuan yang telah diatur. “Tidak, terima kasih. Kami menggunakan mobil sendiri saja,” balas Angelina dan Max mengangguk pertanda setuju. Baginya lebih aman menggunakan mobil sendiri karena mereka bisa menyusun rencana ketika di dalam mobil. “Apakah mobil kalian tidak dipakai Alex?” tanya Chris lagi. “Mobil dan sopir Tuan Wilson bertugas mengantar Anda, untuk itulah Tuan Wilson meminta Alex untuk menjadi sopir pribadinya untuk sementara waktu, jadi mobil ini tetap dipakai oleh aku dan Max,” jelas Angelina. Chris mengangguk-angguk. “Baiklah, ayo segera berangkat!” Baguslah mereka tidak satu mobil denganku. Aku akan sulit bergerak kalau di mobil ada mereka bersamaku. Setidaknya aku memiliki waktu sendiri meski hanya di mobil. Chris melanjutkan ucapannya di dalam hati. “Baik, Tuan!” Ketiganya lantas masuk ke mobil masing-masing dan detik berikutnya mobil sudah m
“Apakah aku bisa memintamu untuk berhenti? Berhenti melanjutkan niat balas dendam itu, Angelina.” Spontan Angelina mengalihkan tatapannya pada Max, untuk sesaat mengabaikan Chris yang sedang rapat dengan kliennya. “Kau tidak berhak mengaturku, Max. Jangan coba memintaku untuk mundur. Aku sudah melangkah sejauh ini dan itu tidak mudah.” “Kalau begitu biarkan aku masuk menjadi bagian dalam melancarkan misimu,” ucap Max serius. Entah sejak kapan Max lebih terkesan serius saat berbicara, tidak seperti biasanya. “Apa maksudmu?” “Aku peduli padamu, Angelina. Aku hanya tidak ingin kau terjerumus. Jika aku tidak bisa menarikmu keluar dari lubang hitam itu maka biarkan aku ikut masuk, aku bersedia membantumu membalas dendam, aku harus memastikan dirimu tetap aman, Angelina.” Angelina tertawa mencemooh. “Sejak kapan kau sepeduli ini padaku, Max? Kau tau, itu tidak cocok denganmu!”. “Tidak peduli sejak kapan, tapi seterusnya aku akan selalu peduli padamu, Angelina.” “Cukup! Hentikan pembi
Ketika Chris masih sibuk dengan banyak pertanyaan yang berputar di kepala, tiba-tiba terdengar dering tanda pesan masuk dari ponsel Charles. Chris pun mengalihkan perhatiannya. Charles sibuk membaca pesan tersebut hingga kemudian pria itu menatap penuh amarah pada Chris, Angelina, serta Max secara bergantian. Hal yang membuatnya marah adalah isi pesan yang berasal dari Wilson yang membatalkan kerjasamanya secara tiba-tiba. “Lihat saja! Aku akan membalas kalian!” Sebuah ancaman dilontarkan oleh Charles sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat tersebut. Chris menatap tajam pada Max dan Angelina secara bergantian. “Sebaiknya kalian tidak membuat kekacauan lagi karena setelah ini kita masih harus menemui klien lain. Aku harus mengadakan meeting penting dengan Tuan Henry!” ucap Chris setajam tatapannya yang menyiratkan rasa tidak sukanya pada kedua pengawal yang disewa Wilson tersebut. “Maaf? Siapa yang kamu maksud membuat kekacauan? Aku? Dengar, Chris. Aku adalah pengawal, jadi ak
“Aku tidak tahu kapan dan siapa orang yang bisa melakukan pengkhianatan padaku, tidak ada yang bisa aku percayai sepenuhnya kecuali diriku sendiri, untuk itulah aku selalu menggunakan caraku sendiri.” Wilson berbicara demikian dengan nada sangat serius ketika menjawab pertanyaan Alex. “Saya mengerti.” “Satu lagi, ini alat pengubah suara,” kata Wilson sambil menyerahkan sebuah alat pada Alex. “Jika kau berbicara menggunakan alat itu maka suaramu akan terdengar seperti suaraku, tapi ingat, gunakan itu dalam kondisi mendesak saja! Aku tidak akan segan membuat perhitungan denganmu jika kau menyalahgunakan benda itu,” lanjutnya. “Baik, Tuan. Saya akan mengingatnya.” “Baiklah, waktuku tidak banyak lagi. Aku harus segera masuk ke ruang pemeriksaan. Ini, ambil ponselku dan pergunakan dengan baik. Selama aku tidak sadarkan diri, aku memberimu wewenang untuk menjadi diriku, kuharap kau benar-benar orang tepat yang bisa aku percaya, Alex.” Wilson menyerahkan benda terakhir yang ingin ia ser
Alex dan Max kembali ke markas dan menemui Antonio untuk membicarakan tentang pengunduran diri.“Aku sudah tau. Tuan Wilson memang sudah merencanakan ini sejak lama. Jadi sekaranglah waktunya?” Antonio menanggapi pengunduran diri Alex dan Max.“Tuan, terima kasih karena Anda telah merawatku dengan sangat baik, aku sangat berutang budi, aku bahkan belum bisa membalasnya sedikit pun dan sekarang aku sudah harus pergi,” kata Alex pelan.Antonio menggeleng. "Kau sudah menjadi anak yang sangat berbakti padaku, Alex. Aku tidak menyesal meskipun sekarang kau harus pergi dari sini. Aku tau apa yang aku lakukan, sejujurnya semua telah terencana, jadi aku tau hal ini akan terjadi cepat atau lambat," ujar Antonio sambil menepuk pundak pria yang telah dirawatnya sejak masih bayi. "Baiklah, aku sudah menyetujui pengunduran diri kalian, sekarang kalian pergi kerjakan apa yang sudah menjadi kewajiban kalian," lanjutnya."Sebelum pergi, aku ingin memastikan satu hal, apakah Angelina ada di sini?" ta
“Angelina, tunggu!” Max memanggil tapi Angelina tak menghiraukan.Max mempercepat langkah lalu menarik salah satu lengan Angelina. “Angelina, berhenti! Malam begitu larut, kau mau ke mana?”“Bukan urusanmu, lepaskan!” Angelina mengibaskan tangannya agar genggaman Max terlepas tapi tidak berhasil.“Tidak akan! Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendiri, aku akan menemanimu, Angelina.”“Max, tolonglah, sekali ini saja aku mohon jangan ganggu aku, aku ingin sendiri.” Angelina memohon dengan suara yang lebih rendah dan ia pun menundukkan kepalanya. “Tidak! Aku akan mendampingimu. Aku tahu kau dan Alex sama-sama terpukul mendengar fakta ini, di saat kalian seharusnya sudah bersama. Kalian sama-sama butuh didampingi.” Max tetap tidak meloloskan permintaan gadis itu.Seketika Angelina mendongak ketika mendengar satu kalimat yang menggelitiknya. “Apa maksudmu?”“Angelina, Alex menyukaimu, dia sudah mengakuinya. Dan kau, meskipun kau tidak menyatakannya tapi aku tahu kau menyukai Alex, iya ‘ka
Setelah Alex keluar membawa Angelina, Wilson meminta keterangan pada Max mengenai tindakan Angelina yang hampir merenggut nyawanya.Max menjelaskan secara singkat karena memang ia pun tidak tahu detail kejadian yang menimpa kedua orang tua Angelina, sebab Angelina sangat tertutup untuk urusan itu. Ia hanya tahu Angelina ingin membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuanya.Wilson cukup pintar untuk menggabungkan kejadian tadi dan informasi dari Max, apalagi Angelina semoga menyebut nama Viktor, Wilson semakin yakin ada kesalahpahaman.Wilson sangat tahu siapa Viktor dan bagaimana perangainya, untuk itu ia meminta Max menghubungi Angelina untuk membahas hal ini sampai semuanya jelas. Wilson juga mengatakan jika Angelina yakin bahwa ia dan Viktor orang yang sama, maka ia siap mati di tangan Angelina agar gadis itu puas.Max menyampaikan informasi itu pada Angelina dan tentu saja Angelina sangat bersemangat untuk kembali ke ruang rawat Wilson.Tak butuh waktu lama, Angelina sampai d
Alex kembali ke rumah sakit setelah selesai mengerjakan urusannya. Bukan urusan pekerjaan, tapi urusan perasaan. Alex pergi membeli bunga. Entah mengapa ia sangat ingin menyatakan perasaannya pada Angelina.Max benar, gadis seperti Angelina sangat jarang ditemui dan ia harus bergerak cepat jika tidak ingin kehilangan kesempatan.Alex menyimpan bunganya di mobil milik Wilson, karena jika ia menyimpan di mobil milik timnya ia yakin Max akan menggodanya habis-habisan. Alex ingin menciptakan momen yang tepat sehingga bunga itu masih ia simpan untuk saat ini.Sampai di depan ruang rawat Wilson, Alex melihat Max tertidur dan tidak ada Angelina di sekitar tempat itu.Alex membangunkan Max dengan kasar karena sudah dibalut emosi. Lagi-lagi Alex memaki kecerobohan Max.“Bodoh! Di mana Angelina?” tanyanya meski ia yakin Max tidak tahu jawabnya. Ia yakin Angelina mengambil kesempatan untuk pergi ketika Max terlelap.Max tidak menjawab, ia mengedarkan pandangan lalu memaki diri sendiri ketika tid
Angelina berpikir ia akan terbentur pintu, lalu Chris akan menyerangnya tanpa ampun kemudian ia akan tamat. Namun, ternyata pintu terbuka tepat ketika Chris menghantam dada Angelina. Tubuhnya yang hampir limbung dengan sigap ditahan oleh Alex.Menyadari Angelina yang sudah kepayahan, Max segera maju menyerang Chris dan Sony menggantikan Angelina.Alex memapah Angelina untuk sedikit menjauh dari ruangan lalu meminta gadis itu duduk terlebih dahulu sementara ia bersama Max akan mengurus Chris dan Sony.“Kau meninggalkannya sendiri?” tanya Max heran mengapa Alex ikut bertarung. Dia pikir Alex akan segera membawa gadis itu ke rumah sakit.“Kita harus mengurus mereka secepatnya,” balas Alex.Max tidak menanggapi, kembali fokus pada musuh. Max melawan Sony sedangkan Alex melawan Chris.“Baguslah kebusukanmu terungkap secepat ini. Tuan Wilson tidak butuh sampah sepertimu!” Alex berseru lalu detik berikutnya ia melakukan serangan bertubi-tubi untuk melumpuhkan Chris.Begitu pula Max melakukan
Alex mengingat-ingat percakapannya dengan Angelina di telepon tadi, dan ia menemukan sebuah kemungkinan saat mengingat Angelina mendebat perintahnya. Pria itu menyadari tekad Angelina sangatlah kuat, ketika sudah memutuskan maka akan terus maju tanpa peduli rintangan.Menyadari itu, Alex segera mengeluarkan alat pelacak yang dibekali Antonio, berusaha menemukan posisi Angelina. Kemudian dia membuka alat pelacak milik Wilson untuk memastikan titik koordinat keberadaan Angelina dan Chris apakah sama.“Sial!”Umpatan Alex berhasil menarik perhatian Max.“Ada apa?” tanya Max gusar.“Sudah kuduga, Angelina diam-diam mengikuti Chris,” jelas Alex dengan gigi bergemeretak.“Beri tahu aku titik koordinatnya, aku akan segera ke sana,” kata Max tergesa.“Aku sudah mengirimnya ke ponselmu, pergilah, aku harus memberitahu Tuan Wilson sebelum pergi. Aku segera menyusul.” Alex melangkah cepat ke ruang rawat Wilson setelah menyelesaikan kalimatnya.Max pun segera bergerak cepat, ia tidak ingin Angelin
Operasi yang dilakukan Wilson telah berjalan dengan lancar, tapi kondisi kesehatannya tiba-tiba menurun sehingga ia harus menjalani perawatan intensif selama beberapa hari pasca operasi.Pagi itu Alex masuk ke ruang rawat Wilson untuk pertama kalinya. Pasca operasi Wilson tidak ingin ditemui oleh siapa pun selama beberapa hari.“Tuan, bagaimana kondisi Anda?” Kalimat pertama yang keluar dari mulut Alex ketika bertemu Wilson.Wilson tersenyum. “Apa kau mencemaskanku?”“Tentu saja. Apa tidak boleh?”Kali ini Wilson bukan hanya tersenyum, tapi tertawa kecil usai mendengar jawaban Alex.“Aku senang mendengarnya,” ucap Wilson, “seperti yang kau lihat, aku sudah lebih baik sekarang,” imbuhnya.“Syukurlah.” Alex merasa lega mendengarnya. “Ini, saya kembalikan ponsel dan alat yang Tuan titipkan,” lanjut Alex sambil menyerahkan benda yang dimaksud.Wilson mendorong benda itu ke arah Alex. “Tidak perlu terburu-buru, aku juga masih tidak bisa bekerja. Lihatlah, aku masih seorang pasien.”“Apakah
Sial! Kenapa mereka ada di sini? Chris mengumpat dalam hati. Wajah terkejutnya tak bisa ia sembunyikan.“Tidak ada masalah besar, kami hanya membicarakan hal yang menguntungkan saja. Jika tidak ada keuntungan dalam berbisnis, lebih baik akhiri saja. Benar begitu, bukan?”Bukan Chris yang menjawab, melainkan seseorang yang sejak tadi berdebat dengan Chris. Pandangannya sengaja ia lempar pada Angelina dan Max, seolah ingin menekankan sesuatu dari kalimat yang diucapkannya.“Baiklah, karena tidak ada urusan lagi aku akan pergi,” lanjut orang itu segera melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.Saat di kantin tadi, Chris seperti menguasai orang itu, tapi sekarang Chris justru terlihat dikuasai oleh orang itu. Siapa sebenarnya dia? Dan ada hubungan apa di antara mereka? Angelina membatin, menganalisis apa yang dia lihat.“Bisa kau jelaskan apa maksud ucapan orang tadi, Chris? Keuntungan seperti apa yang kalian bicarakan? Apakah ini menyangkut soalperusahaan Tuan Wilson,
“Kalian pesanlah, aku yang traktir,” ujar Chris sesampainya di kantin. Ia menarik satu kursi untuk diduduki. “Kau tidak makan?” tanya Max sebenarnya malas menanyakan hal itu karena mereka tidak sedekat itu, hanya memastikan Chris tidak akan lenyap dari pandangannya ketika ia makan. Chris tertawa kecil. “Kau tidak perlu peduli padaku. Mereka akan mengantarkan makananku segera,” jawabnya. Max mengangguk mengerti, kemudian menyusul Angelina untuk memesan makanan. “Apa yang kau bicarakan dengannya?” tanya Angelina ketika Max tiba, sambil menunggu pesanannya jadi. Terdengar pelayan bertanya pada Max akan memesan apa. “Samakan dengannya,” ujar Max menjawab pelayan. “Tidak, aku hanya bertanya apakah dia tidak makan, itu saja,” lanjutnya menjawab pertanyaan Angelina. “Lalu?” “Antarkan ini pada Tuan Chris!” ujar salah satu pelayan pada rekannya. Max menunjuk pada pelayan itu menggunakan dagu. “Itu, makanannya sudah diantarkan tanpa dia memesan.” Angelina hanya membentuk mu