Chris dan Wilson sudah berada di sebuah ruangan, tempat yang disepakati untuk melakukan pertemuan.
Tempat itu terpencil, tidak mudah ditemukan oleh orang biasa, dan hanya ada satu gedung tua itu saja di wilayah tersebut. Tidak ada satu pun bangunan lain di tempat yang cukup luas di sana. Itu membuat rasa curiga yang dirasakan Max semakin menggebu. “Lihatlah! Dia bahkan melakukan pertemuan di tempat seperti ini. Tuan Wilson yang bermartabat, mengapa harus melakukan pertemuan dengan klien di tempat yang seperti tempat rongsokan ini? Aku semakin yakin bahwa bisnisnya itu bukanlah bisnis yang baik.” Max berbicara panjang lebar, tanpa berusaha untuk mengecilkan volume suaranya sedikit pun. Spontan Alex memukul perut Max sedikit kuat, hingga Max mengaduh pelan dan mengumpat. “Kubilang jaga bicaramu, Max! Dia klien kita, tugas kita menjadi pengawal, urusan lain itu bukan urusan kita. Fokus saja pada pekerjaanmu dan jangan gegabah!” Alex berkata penuh penekanan dengan sorot mata tajam yang amat serius ketika mengucapkan kalimatnya di hadapan Max, menandakan bahwa Alex tidak suka dengan tindakan Max. Alex sangat tidak suka pada orang yang melakukan pekerjaan dengan banyak bicara. Iya lebih suka bekerja sama dengan orang yang melakukan banyak tindakan nyata daripada banyak beromong kosong, dan Alex sangat anti untuk kegagalan dalam misi. Angelina menyeringai puas mendapati Max dihajar oleh sang kapten, membuat Max semakin naik pitam. “Sialan! Kurasa keberadaanku di sini tidak ada artinya selain untuk tempat pelampiasan kalian saja. Aku menyesal berada satu tim dengan kalian!” Max masih saja berisik, tidak berniat mengecilkan volume suaranya. “Kalau begitu pergilah! Tidak ada yang akan menahanmu untuk tetap di sini, oke?” Angelina merespon penuh cibiran. Bibirnya melukiskan senyum remeh. Max memutar bola mata, kesal. Merasa tidak punya sekutu, Max memilih untuk diam daripada harus menerima pukulan dari Alex lagi. Sedangkan di dalam ruangan sana, mulai terjadi kericuhan karena disinyalir adanya barang palsu. “Tuan Wilson, kau tidak sedang bermain-main denganku, bukan?” Seorang pria berdiri berhadapan dengan Wilson sambil memegang benda putih mengkilap di tangannya, dia bertanya dengan tatapan tak lepas dari benda di tangannya. “Kau meragukanku, Tuan Gerald? Kau tau siapa aku. Aku tidak akan merugikan diriku sendiri dengan mempertaruhkan nama baikku.” Wilson menjawab tegas. “Aku tidak peduli nama baikmu, Wilson. Yang aku lihat adalah kenyataan! Berlian ini palsu!” Gerald sangat murka ketika menyadari benda pertukaran yang dibawa Wilson untuknya adalah palsu. “Omong kosong! Kau ingin mempermainkan aku, Gerald?” Wilson tidak segan menarik kerah kemeja yang dipakai Gerald karena emosinya ikut tersulut, merasa tidak terima dikatakan penipu. “Berlian ini adalah separuh hidupku! Mana mungkin ini palsu!” Dengan sekali hentak Gerald mendorong Wilson dengan kuat hingga ia terlepas dari cengkeraman Wilson. Di sisi mereka, Chris dan asisten Gerald sudah sama-sama menodongkan senjata api untuk berjaga-jaga. Gerald merapikan pakaiannya yang berantakan karena cengkeraman Wilson. “Benda itu ada di hadapanmu sekarang, kau periksalah sendiri. Aku tau kau tidak bodoh untuk bisa membedakan mana barang asli dan palsu, Wilson!” Wilson sedikit gemetar karena ia menahan emosi serta cemas jika ucapan Gerald benar. Perlahan tangannya terulur meraih satu keping berlian untuk diperiksanya, dan ternyata benar apa yang dikatakan Gerald, berlian itu palsu. Kemudian Wilson memeriksa keping demi keping berlian yang lain, dan ya! Semua berlian itu palsu! “Tidak! Bagaimana itu mungkin! Aku menyimpan berlian asli! Bagaimana ini bisa terjadi?” Wilson seketika lemas bagai tak bertulang. “Kau ingin mencoba menipuku! Kau mencoba membodohiku! Kau telah membuang waktuku, Wilson! Terima ini!” Gerald menodongkan senjata api tepat di hadapan Wilson. Namun, gerakan Wilson lebih cepat. Sebelum peluru itu melesat menembus kepalanya, Wilson lebih dulu menepis dengan kuat pistol yang ditodongkan padanya, hingga berhasil menjatuhkan senjata itu ke lantai. Asisten Gerald mengarahkan senjatanya pada Wilson, tapi Chris lebih dulu melepaskan peluru hingga melukai asisten Gerald. Gerald dan Wilson kemudian terlibat pertarungan sengit tanpa senjata. Kekuatan keduanya seimbang. Chris mengawasi sambil diam-diam mengirim pesan pada Alex untuk bersiap bertarung. Benar saja, ketika Gerald merasa terpojok dan tidak memiliki kekuatan lagi, dia berteriak meminta pertolongan dan beberapa anak buah bersenjata datang menyerang Wilson dan Chris. Dua anak buah di antaranya bertugas untuk menyelamatkan Gerald, membawanya pergi dari ruangan itu. Bersamaan dengan itu, Alex, Max, dan Angelina berhasil masuk. Pertempuran senjata berlangsung sangat sengit. Alex meminta Chris untuk membawa pergi Wilson, lalu membiarkan dirinya dan rekan timnya yang mengurus para musuh. Banyak korban bergelimpangan di lantai. Satu demi satu musuh berhasil dikalahkan. Hingga ketika anak buah Gerald hanya tersisa hitungan jari, Gerald memberi perintah untuk mengurung musuh di dalam ruangan berisi gas beracun itu kemudian membakarnya. Gerald mengira Wilson masih ada di dalam sana berharap besok pagi mendengar berita kematian Wilson. Ruangan sudah tertutup rapat dengan pintu yang terkunci. Api mulai menyebar dan bau gas perlahan masuk ke indera penciuman. Ketiga bodyguard bayaran itu terbatuk-batuk karena menghirup gas beracun. Sebagai kapten, Alex harus memikirkan keselamatan anggota timnya. Alex mendekati pintu lalu berusaha membukanya dengan berbagai macam cara. Alex melepaskan peluru untuk merusak handle pintu, hingga pintu itu berhasil terbuka. “Angelina, Max, cepat!” Alex mengomando agar keduanya segera keluar dari ruangan itu. Max dan Angelina berusaha bergerak cepat meskipun sebenarnya mereka telah lemas karena terlalu banyak menghirup gas beracun serta asap dari api yang mengepung mereka. Max melangkah lebih dulu lalu Angelina menyusul di belakang pria itu. Saat hampir tiba di pintu, tiba-tiba saja sebuah tiang besi yang berbalut kobaran api roboh dan hampir menimpa tubuh Max. Menyadari itu, Angelina bergerak cepat lalu mendorong tubuh Max ke depan agar tidak tertimpa besi yang penuh api itu. Niat hati Angelina ingin ikut menghindar. Namun naas, ia kehilangan keseimbangan hingga kini ia berada di posisi Max sebelumnya. “ANGELINA!”BRAK! Tiang besi itu berhasil menyentuh lantai yang sudah dibanjiri dengan minyak tanah oleh anak buah Gerald. Dalam sekejap gedung tersebut habis dilahap api yang berkobar. Gerald dan para anak buahnya tersenyum penuh kemenangan karena merasa tidak ada yang bisa selamat dari kepungan api di dalam gedung. Namun, perkiraan Gerald salah besar. Tidak ada satu pun korban nyawa di sana. Tanpa sepengetahuan Gerald, Chris sudah membawa Wilson pergi dari tempat itu sejak beberapa menit lalu sesuai instruksi yang diberikan oleh Alex. Sedangkan Max, Alex, dan Angelina, keberuntungan masih berpihak pada mereka. Saat sejengkal lagi tiang besi tua itu menimpa tubuh Angelina, dengan sigap Alex berlari lalu menarik tubuh Angelina hingga mereka berguling ke samping untuk menghindari maut. Max merasa shock karena menerima dorongan kuat dari arah belakang secara tiba-tiba, lalu menyaksikan Angelina yang hampir tewas tertimpa bara besi, membuat Max justru mematung. Alex membantu Angelina berd
Angelina membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar. Bayangan pembantaian orang tuanya berkelebat. Semua itu masih jelas di ingatan meski sudah berlalu lebih dari sepuluh tahun. Angelina mengusap wajahnya kasar, tiba-tiba ia merasa gelisah dan sedikit ketakutan. Terutama ketika mengingat kejadian di mana ia hampir mati tertimpa api yang membakar besi di gedung tempo hari. “Aku tidak boleh mati sebelum aku menemukan orang yang melenyapkan nyawa kedua orang tuaku. Aku akan tetap hidup sampai aku berhasil membalaskan dendam atas kematian mereka.” Angelina berucap penuh tekad. Ya, alasan mengapa Angelina masuk ke agensi sebagai bodyguard sewaan adalah agar bisa menemukan pembunuh orang tuanya. Semakin banyak klien, maka semakin banyak kesempatan dirinya untuk menemukan pelaku. Pembunuh orang tuanya adalah seorang yang berada di kalangan atas sehingga saat dia menerima job untuk mengawal seseorang dari kalangan atas seperti Wilson, maka itu mempermudah An
“Tujuanku? Kau tahu aku seorang yatim piatu, tidak ada yang bisa aku andalkan, jadi aku hanya mencari pekerjaan saja untuk mencukupi kebutuhanku, apalagi?” Angelina menjawab santai. “Cih, kau pikir aku akan percaya? Banyak pekerjaan lain di luaran sana, kalau hanya untuk mencukupi kebutuhan, kau tidak harus di sini.” Alex tidak memercayai jawaban yang dilontarkan Angelina. Angelina tertawa kecil. “Aku tidak memaksamu untuk percaya, itu hakmu. Tapi bukankah hidup itu pilihan? Dan pilihanku ada di sini, kau tahu kenapa?” “Kenapa?” “Karena aku suka tantangan,” balas Angelina dibarengi senyuman yang terlihat aneh di mata Alex. “Baiklah, aku sudah cukup menghirup udara segar, aku akan kembali ke kamar dan istirahat. Sebaiknya kau juga,” lanjut Angelina lagi. Gadis itu berbalik dan hendak pergi, tapi suara Alex berhasil menghentikan langkahnya. “Kau suka tantangan, bukan? Kalau begitu, ayo bertarung denganku!” Angelina kembali berbalik dan berhadapan dengan Alex yang entah sejak kapan
Pagi itu agensi diramaikan dengan kabar pertarungan rekan satu tim, Angelina dan Alex. Bahkan kabar itu sudah sampai di telinga Max. Pria yang sudah melewati masa pemulihan itu pun pergi menemui Alex di ruang medis. “Apa kau gila? Kau bertarung dengan Angelina? Apa yang kau pikirkan? Dasar tidak waras!” Max langsung menyerang Alex dengan beberapa pertanyaan serta makian di ujung kalimatnya. “Dan satu lagi, kau kalah, memalukan!” sinis Max. “Cih! Kau tidak sadar kau lebih memalukan? Kau diselamatkan oleh seorang gadis!” balas Alex tak kalah sinis. “Itu berbeda! Itu murni kecelakaan, sedangkan kau? Apa yang kau untungkan dari bertarung dengan seorang wanita, dan itu juga rekanmu sendiri. Kau tahu? Kau memperlambat kinerja kita, seharusnya kita sudah bisa kembali bekerja hari ini!” Max terus mengomel. “Diam! Kau sangat berisik! Aku hanya menguji kemampuannya saja, apa salahnya?” balas Alex malas. “Menguji kemampuan?” Max menuntut penjelasan. “Aku seorang kapten, aku harus memastikan
“Tuan Antonio.” Angelina segera mendorong tubuh Alex agar bisa bangkit, beruntung Alex tidak berulah lagi. “Hei, kau bilang akan berbicara dengan Angelina tapi kau? Astaga! Aku tidak mengerti, semalam kau mengajak Angelina berkelahi lalu sekarang kau mau mengajaknya berkelahi di atas tempat tidur? Luar biasa!” Max tiba-tiba muncul di belakang Antonio lalu mencibir sinis. Angelina langsung gugup dan salah tingkah. Meski sebenarnya mereka tidak berbuat apa pun, tapi posisi mereka tadi benar-benar membuat salah paham siapa pun yang melihatnya, sedangkan Alex hanya memutar bola mata malas mendengar ocehan Max karena menurutnya tidak penting menanggapi ucapan seseorang yang menilainya buruk padahal tidak tahu kejadian yang sebenarnya. “Maaf, Tuan Antonio. Kami tidak sedang melakukan apa pun, kami tadi—” “Aku hanya mengerjai Angelina saja, aku ingin tahu reaksi dia ketika berada begitu dekat dengan seorang pria tapi sepertinya dia tidak terpengaruh.” Alex memotong ucapan Angelina dengan
Alex, Angelina, dan Max sudah kembali beraktivitas hari ini. Alex berusaha untuk segera pulih karena ia tidak betah terus berbaring di atas tempat tidur. “Aku senang kalian baik-baik saja, dan aku harap kalian bisa melanjutkan misi sampai tuntas!” Wilson berbicara pada ketiga orang yang ia sewa untuk menjadi bodyguard. “Kami tidak akan mundur sebelum misi ini tuntas, Tuan Wilson,” balas Alex sebagai kapten. “Bagus! Atasan kalian sudah memberitahu detailnya, bukan?” “Sudah.” “Ya, itulah yang harus kalian kerjakan.” “Untuk mencari petunjuk, sebagai langkah awal, apakah Anda bisa memberitahu kami, di mana Anda menyimpan benda itu sebelumnya?” tanya Alex mulai menginterogasi. Wilson menyebutkan sebuah tempat sebagai jawaban agar Alex dan timnya bisa segera melaksanakan tugas. “Apakah ada seseorang yang tahu tempat itu selain Anda, Tuan?” “Hanya aku ... dan Chris.” Mendengar jawaban Wilson, Alex mengalihkan pandangannya pada orang kepercayaan yang selalu setia berada di samping W
Chris menunjukkan sebuah benda kepada Alex yang terus menatapnya penuh selidik. “Flashdisk?” tanya Alex mengerutkan kening. “Ya, ada apa? Kau tampak terkejut,” balas Chris memicing. “Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya berpikir kau mungkin menyembunyikan sesuatu,” ujar Alex masih tak melepaskan tatapannya dari Chris. “Oh, apa yang perlu aku sembunyikan? Aku hanya meminta bantuan temanku untuk mengantarkan flashdisk ini, untuk kelancaran rapat Tuan Wilson hari ini,” jelas Chris terlihat tetap tenang. “Oh, ya? Jika benda itu ada kaitannya dengan rapat Tuan Wilson saat ini, mengapa temanmu bisa memilikinya? Apakah dia juga mengenal Tuan Wilson?” “Alex, aku tidak bisa banyak bicara denganmu sekarang. Aku harus segera masuk, sampai nanti.” Chris langsung beranjak begitu saja meninggalkan Alex. "Alex terlalu pintar dan cerdik. Aku harus lebih hati-hati," gumam Chris pelan. Alex kembali masuk mobil setelah Chris pergi. Ia dan yang lain kembali menunggu Wilson dengan sikap waspada. “Kau
Beberapa saat kemudian. Wilson dan Chris keluar dari gedung pertemuan diantar oleh rekan bisnis Wilson. Max menyipit menatap ketiga pria pebisnis di sana. “Apakah mungkin mereka keluar secepat ini sedangkan Chris baru saja masuk membawa flashdisk yang katanya berisi materi meeting? Ck!” Pertanyaan itu keluar dari mulut Max dengan nada sinis yang justru membuat Angelina mengeluarkan pujian. “Aku terkesan kali ini kau berpikir cerdas, Max,” ujar Angelina setengah mencibir. “Tutup mulutmu! Kau pikir aku tidak bisa berpikir, begitu?!” tukas Max kesal. “Cukup! Jangan buat kericuhan!” Alex segera menengahi dan keduanya seketika mengakhiri perdebatan. “Kali ini dugaanmu masuk akal, Max. Kita memang harus memperhatikan Chris dengan cermat,” lanjutnya. “Serahkan saja padaku,” ucap Max dengan penuh percaya diri. “Tidak, itu tugas Angelina!” “Dia lagi, apa salahnya aku yang mengawasi rubah itu?” Max menggerutu. “Aku sudah menyiapkan tugas untukmu sendiri, patuhlah dan jangan coba-coba m
Alex dan Max kembali ke markas dan menemui Antonio untuk membicarakan tentang pengunduran diri.“Aku sudah tau. Tuan Wilson memang sudah merencanakan ini sejak lama. Jadi sekaranglah waktunya?” Antonio menanggapi pengunduran diri Alex dan Max.“Tuan, terima kasih karena Anda telah merawatku dengan sangat baik, aku sangat berutang budi, aku bahkan belum bisa membalasnya sedikit pun dan sekarang aku sudah harus pergi,” kata Alex pelan.Antonio menggeleng. "Kau sudah menjadi anak yang sangat berbakti padaku, Alex. Aku tidak menyesal meskipun sekarang kau harus pergi dari sini. Aku tau apa yang aku lakukan, sejujurnya semua telah terencana, jadi aku tau hal ini akan terjadi cepat atau lambat," ujar Antonio sambil menepuk pundak pria yang telah dirawatnya sejak masih bayi. "Baiklah, aku sudah menyetujui pengunduran diri kalian, sekarang kalian pergi kerjakan apa yang sudah menjadi kewajiban kalian," lanjutnya."Sebelum pergi, aku ingin memastikan satu hal, apakah Angelina ada di sini?" ta
“Angelina, tunggu!” Max memanggil tapi Angelina tak menghiraukan.Max mempercepat langkah lalu menarik salah satu lengan Angelina. “Angelina, berhenti! Malam begitu larut, kau mau ke mana?”“Bukan urusanmu, lepaskan!” Angelina mengibaskan tangannya agar genggaman Max terlepas tapi tidak berhasil.“Tidak akan! Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendiri, aku akan menemanimu, Angelina.”“Max, tolonglah, sekali ini saja aku mohon jangan ganggu aku, aku ingin sendiri.” Angelina memohon dengan suara yang lebih rendah dan ia pun menundukkan kepalanya. “Tidak! Aku akan mendampingimu. Aku tahu kau dan Alex sama-sama terpukul mendengar fakta ini, di saat kalian seharusnya sudah bersama. Kalian sama-sama butuh didampingi.” Max tetap tidak meloloskan permintaan gadis itu.Seketika Angelina mendongak ketika mendengar satu kalimat yang menggelitiknya. “Apa maksudmu?”“Angelina, Alex menyukaimu, dia sudah mengakuinya. Dan kau, meskipun kau tidak menyatakannya tapi aku tahu kau menyukai Alex, iya ‘ka
Setelah Alex keluar membawa Angelina, Wilson meminta keterangan pada Max mengenai tindakan Angelina yang hampir merenggut nyawanya.Max menjelaskan secara singkat karena memang ia pun tidak tahu detail kejadian yang menimpa kedua orang tua Angelina, sebab Angelina sangat tertutup untuk urusan itu. Ia hanya tahu Angelina ingin membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuanya.Wilson cukup pintar untuk menggabungkan kejadian tadi dan informasi dari Max, apalagi Angelina semoga menyebut nama Viktor, Wilson semakin yakin ada kesalahpahaman.Wilson sangat tahu siapa Viktor dan bagaimana perangainya, untuk itu ia meminta Max menghubungi Angelina untuk membahas hal ini sampai semuanya jelas. Wilson juga mengatakan jika Angelina yakin bahwa ia dan Viktor orang yang sama, maka ia siap mati di tangan Angelina agar gadis itu puas.Max menyampaikan informasi itu pada Angelina dan tentu saja Angelina sangat bersemangat untuk kembali ke ruang rawat Wilson.Tak butuh waktu lama, Angelina sampai d
Alex kembali ke rumah sakit setelah selesai mengerjakan urusannya. Bukan urusan pekerjaan, tapi urusan perasaan. Alex pergi membeli bunga. Entah mengapa ia sangat ingin menyatakan perasaannya pada Angelina.Max benar, gadis seperti Angelina sangat jarang ditemui dan ia harus bergerak cepat jika tidak ingin kehilangan kesempatan.Alex menyimpan bunganya di mobil milik Wilson, karena jika ia menyimpan di mobil milik timnya ia yakin Max akan menggodanya habis-habisan. Alex ingin menciptakan momen yang tepat sehingga bunga itu masih ia simpan untuk saat ini.Sampai di depan ruang rawat Wilson, Alex melihat Max tertidur dan tidak ada Angelina di sekitar tempat itu.Alex membangunkan Max dengan kasar karena sudah dibalut emosi. Lagi-lagi Alex memaki kecerobohan Max.“Bodoh! Di mana Angelina?” tanyanya meski ia yakin Max tidak tahu jawabnya. Ia yakin Angelina mengambil kesempatan untuk pergi ketika Max terlelap.Max tidak menjawab, ia mengedarkan pandangan lalu memaki diri sendiri ketika tid
Angelina berpikir ia akan terbentur pintu, lalu Chris akan menyerangnya tanpa ampun kemudian ia akan tamat. Namun, ternyata pintu terbuka tepat ketika Chris menghantam dada Angelina. Tubuhnya yang hampir limbung dengan sigap ditahan oleh Alex.Menyadari Angelina yang sudah kepayahan, Max segera maju menyerang Chris dan Sony menggantikan Angelina.Alex memapah Angelina untuk sedikit menjauh dari ruangan lalu meminta gadis itu duduk terlebih dahulu sementara ia bersama Max akan mengurus Chris dan Sony.“Kau meninggalkannya sendiri?” tanya Max heran mengapa Alex ikut bertarung. Dia pikir Alex akan segera membawa gadis itu ke rumah sakit.“Kita harus mengurus mereka secepatnya,” balas Alex.Max tidak menanggapi, kembali fokus pada musuh. Max melawan Sony sedangkan Alex melawan Chris.“Baguslah kebusukanmu terungkap secepat ini. Tuan Wilson tidak butuh sampah sepertimu!” Alex berseru lalu detik berikutnya ia melakukan serangan bertubi-tubi untuk melumpuhkan Chris.Begitu pula Max melakukan
Alex mengingat-ingat percakapannya dengan Angelina di telepon tadi, dan ia menemukan sebuah kemungkinan saat mengingat Angelina mendebat perintahnya. Pria itu menyadari tekad Angelina sangatlah kuat, ketika sudah memutuskan maka akan terus maju tanpa peduli rintangan.Menyadari itu, Alex segera mengeluarkan alat pelacak yang dibekali Antonio, berusaha menemukan posisi Angelina. Kemudian dia membuka alat pelacak milik Wilson untuk memastikan titik koordinat keberadaan Angelina dan Chris apakah sama.“Sial!”Umpatan Alex berhasil menarik perhatian Max.“Ada apa?” tanya Max gusar.“Sudah kuduga, Angelina diam-diam mengikuti Chris,” jelas Alex dengan gigi bergemeretak.“Beri tahu aku titik koordinatnya, aku akan segera ke sana,” kata Max tergesa.“Aku sudah mengirimnya ke ponselmu, pergilah, aku harus memberitahu Tuan Wilson sebelum pergi. Aku segera menyusul.” Alex melangkah cepat ke ruang rawat Wilson setelah menyelesaikan kalimatnya.Max pun segera bergerak cepat, ia tidak ingin Angelin
Operasi yang dilakukan Wilson telah berjalan dengan lancar, tapi kondisi kesehatannya tiba-tiba menurun sehingga ia harus menjalani perawatan intensif selama beberapa hari pasca operasi.Pagi itu Alex masuk ke ruang rawat Wilson untuk pertama kalinya. Pasca operasi Wilson tidak ingin ditemui oleh siapa pun selama beberapa hari.“Tuan, bagaimana kondisi Anda?” Kalimat pertama yang keluar dari mulut Alex ketika bertemu Wilson.Wilson tersenyum. “Apa kau mencemaskanku?”“Tentu saja. Apa tidak boleh?”Kali ini Wilson bukan hanya tersenyum, tapi tertawa kecil usai mendengar jawaban Alex.“Aku senang mendengarnya,” ucap Wilson, “seperti yang kau lihat, aku sudah lebih baik sekarang,” imbuhnya.“Syukurlah.” Alex merasa lega mendengarnya. “Ini, saya kembalikan ponsel dan alat yang Tuan titipkan,” lanjut Alex sambil menyerahkan benda yang dimaksud.Wilson mendorong benda itu ke arah Alex. “Tidak perlu terburu-buru, aku juga masih tidak bisa bekerja. Lihatlah, aku masih seorang pasien.”“Apakah
Sial! Kenapa mereka ada di sini? Chris mengumpat dalam hati. Wajah terkejutnya tak bisa ia sembunyikan.“Tidak ada masalah besar, kami hanya membicarakan hal yang menguntungkan saja. Jika tidak ada keuntungan dalam berbisnis, lebih baik akhiri saja. Benar begitu, bukan?”Bukan Chris yang menjawab, melainkan seseorang yang sejak tadi berdebat dengan Chris. Pandangannya sengaja ia lempar pada Angelina dan Max, seolah ingin menekankan sesuatu dari kalimat yang diucapkannya.“Baiklah, karena tidak ada urusan lagi aku akan pergi,” lanjut orang itu segera melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.Saat di kantin tadi, Chris seperti menguasai orang itu, tapi sekarang Chris justru terlihat dikuasai oleh orang itu. Siapa sebenarnya dia? Dan ada hubungan apa di antara mereka? Angelina membatin, menganalisis apa yang dia lihat.“Bisa kau jelaskan apa maksud ucapan orang tadi, Chris? Keuntungan seperti apa yang kalian bicarakan? Apakah ini menyangkut soalperusahaan Tuan Wilson,
“Kalian pesanlah, aku yang traktir,” ujar Chris sesampainya di kantin. Ia menarik satu kursi untuk diduduki. “Kau tidak makan?” tanya Max sebenarnya malas menanyakan hal itu karena mereka tidak sedekat itu, hanya memastikan Chris tidak akan lenyap dari pandangannya ketika ia makan. Chris tertawa kecil. “Kau tidak perlu peduli padaku. Mereka akan mengantarkan makananku segera,” jawabnya. Max mengangguk mengerti, kemudian menyusul Angelina untuk memesan makanan. “Apa yang kau bicarakan dengannya?” tanya Angelina ketika Max tiba, sambil menunggu pesanannya jadi. Terdengar pelayan bertanya pada Max akan memesan apa. “Samakan dengannya,” ujar Max menjawab pelayan. “Tidak, aku hanya bertanya apakah dia tidak makan, itu saja,” lanjutnya menjawab pertanyaan Angelina. “Lalu?” “Antarkan ini pada Tuan Chris!” ujar salah satu pelayan pada rekannya. Max menunjuk pada pelayan itu menggunakan dagu. “Itu, makanannya sudah diantarkan tanpa dia memesan.” Angelina hanya membentuk mu