Julia berbicara sembari mencari posisi cocok untuk berbaring di dalam salju. Saat menunggu Billy datang dengan buru-buru, Julia sedang berbaring di sana, sedangkan Siena sudah ditutupi salju di dasar gunung.Julia memberi tahu Billy bahwa dia tidak bersama dengan Siena. Dia juga tidak tahu keberadaan Siena. Billy pun diarahkan Julia untuk mengantarnya ke rumah sakit, meninggalkan Siena seorang diri di kaki gunung. Sejak melihat kematian orang tua dengan mata kepalanya sendiri, Siena merasakan rasa takut yang tidak bisa dideskripsikannya di saat menyendiri.Justru karena itu, Siena baru bersama mereka pergi ke arena ski.Siena memikirkan segala cara agar Billy bisa menemani di sisinya. Meski Julia juga ikut, dia akan berusaha memikirkan segala cara.Tidak disangka, Siena malah hampir kehilangan nyawanya di dalam pegunungan bersalju.Ketika membayangkan kembali rasa putus asa ketika terperangkap, sekujur tubuh Siena menjadi gemetar. Rasa sakit di tubuh dan siksaan batin meluap. Keringa
Siena sudah tiga hari di rumah sakit. Dalam tiga hari ini, terkadang ada seorang suster magang yang akan datang untuk membersihkan dan mengobati lukanya.Bahasanya memang mengobati luka, tapi sebenarnya hanya membersihkan luka sejenak, lalu mengoles sedikit obat saja. Efek pengobatannya hampir tidak terasa.Suster magang itu juga tidak tahu cara memperlakukan pasien dengan lembut. Seringkali Siena kesakitan hingga seluruh tubuhnya gemetar dan keringat dingin membasahi dahinya.Dia mencengkeram erat seprai di bawah tubuhnya. Jemari kurusnya sampai memucat karena mencengkeram terlalu kuat.Ketika melihat gambaran ini, Billy langsung merebut botol obat dari tangan suster, lalu mengobatinya sendiri.“Kenapa nggak bilang kalau sakit? Dulu kamu … bukannya kamu akan merengek memintaku untuk menghiburmu?”Seandainya Siena adalah Siena yang dulu, dia pasti akan merengek dengan manja meminta Billy untuk menghiburnya. Namun sekarang, Siena lebih memilih untuk menahannya saja.Billy sengaja mering
Billy memalingkan kepalanya menatap Siena dengan tatapan benci. “Siena, sepertinya kamu belum kapok sebelum kena batunya! Aku ingin lihat kamu bisa hidup berapa hari setelah meninggalkan Keluarga Juman kami! Mulai sekarang, kita batalkan perjanjian pernikahan kita! Kamu bukan lagi calon istriku!”Ucapan Billy membuat Lukasa murka. Dia menunjuk Billy dengan tangan gemetar. “Kamu … kamu memang sudah buta ….”Belum selesai Lukasa menyelesaikan omongannya, dia pun memejamkan matanya dan jatuh pingsan di tempat.Dokter segera memeriksa Lukasa. Berhubung Siena merasa panik, dia spontan ingin berdiri. Hanya saja, lukanya malah tertarik dan dia kembali jatuh duduk di tempat.“Kakek, Kakek ….”Siena meneteskan air mata. Dia mengulurkan tangannya menarik ujung pakaian Billy. “Biarkan aku menjenguknya. Aku mohon sama kamu ….”Darah dan air mata menetes bersamaan. Hanya saja, Billy menepis tangan Siena dengan rasa jijik. “Kamu akting apa lagi? Kalau bukan kamu yang memprovokasi hubungan kita, apa m
Selama tinggal di rumah sakit, Billy datang untuk menanyakan kondisi penyakitnya. Hanya saja, dia pun dikelabui oleh Xavier. “Kamu juga sudah lihat sendiri kondisinya. Kalau dia nggak kerja sama, aku juga kehabisan akal. Nanti kapan dia bersedia untuk diobati, kondisinya akan segera pulih. Pada saat itu, setibanya di luar negeri, dia akan diobati oleh spesialis yang lebih bagus lagi. Kamu tenang saja.”Di satu sisi, Billy merasa marah dengan tingkah tidak masuk akal Siena. Di sisi lain, dia malah diam-diam merasa gembira karena Siena peduli dengan dirinya.Sepertinya Billy sangat penting bagi Siena. Saking pentingnya, Siena bahkan rela merusak kesehatannya demi bisa berada di sisinya.“Siena, kenapa kamu nggak menerima pengobatan biar bisa segera sembuh? Kenapa kamu masih begitu keras kepala mesti menyakiti dirimu sendiri dan memperparah cederamu?”Hanya saja, ketika Siena melihatnya, dia hanya bertanya dengan datar, “Apa Kakek sudah siuman?”Rasa luluh yang baru saja tumbuh di hati Bil
“Nana!” Billy bagai sedang ditekan tombol jeda saja. Gambaran darah yang mengalir dari bawah tubuh Siena kelihatan menusuk mata seperti sebilah pisau yang menancap dadanya saja, membuatnya merasa sakit hingga tidak ingin melanjutkan hidupnya lagi.“Nana, Nana ….” Mata Billy memerah. Dia menggenggam tangan dingin Siena dengan gemetar, berusaha untuk menghangatkan tubuh yang sudah tidak bernyawa lagi.Tidak lama kemudian, ada dokter dan suster kemari, mereka buru-buru mengangkat Siena ke atas tandu, lalu mengantarnya ke UGD.“Nana, kamu nggak boleh kenapa-napa, aku mohon sama kamu.”“Jangan mati, Siena. Jangan mati. Aku mohon sama kamu.”Billy buru-buru mengikuti langkah dokter di belakang. Suaranya terdengar gemetar.“Pasien mengalami patah tulang di tangan dan kakinya. Terutama bagian kaki yang mengalami cedera parah.”“Organ dalam pasien hancur dan menyebabkan pendarahan hebat. Otaknya juga mengalami cedera serius.”“Pasien kehilangan banyak darah. Cepat! Siapkan transfusi darah!”Set
“Nggak mungkin!” Billy mendorong Julia, lalu menjatuhkannya ke lantai tanpa memedulikannya sama sekali. Dia seperti menggila saja hendak berdiri. “Aku mau pergi melihatnya. Aku mau melihat Nana ….”Hanya saja, tidak peduli bagaimana Billy berusaha, dia tetap berkali-kali jatuh di lantai. Luka di lututnya telah merembes. Darah merah menodai lantai.Julia memapah Billy ke atas ranjang. Air mata memenuhi matanya. Suaranya terdengar terisak-isak. “Kak Billy, kamu jangan begini, ya. Melihat kamu begitu kesakitan, hatiku juga nggak nyaman. Setidaknya … setidaknya Kak Siena masih hidup. Asalkan memikirkan cara, dia pasti akan sadar. Kamu tenangkan dirimu dulu, ya?”Usai mendengar, Billy yang tadinya menggila mulai menenangkan dirinya. Dia segera memanggil pengawal, “Aku mau kembali ke Kediaman Keluarga Juman, cepat! Dengar-dengar cara membangunkan pasien yang sedang dalam keadaan koma adalah dengan rangsangan emosional. Selama bisa menemukan barang-barang peninggalan milik Nana dulu, pasti bis
Saat Billy tiba di rumah sakit, hari sudah sore.“Kak Billy, kebetulan kamu datang, ayo kita makan sama-sama.”Julia menatap pipinya yang tampak agak cekung. Selain merasa iba, dia juga tidak bisa menahan api cemburu yang membara di hatinya.Padahal Siena sudah menjadi orang cacat, kenapa Billy masih begitu peduli padanya?Namun, Julia tidak mengekspresikannya.Sekarang suasana hati Billy sedang buruk. Julia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengekspresikan dirinya, lalu membuat Siena sepenuhnya menghilang dari dirinya.Julia mendorong Billy dengan lembut ke depan meja, lalu menyusun makanan ke depannya. “Kak Billy, aku dengar dari pengawal, seharian ini kamu masih belum makan? Mana boleh kamu seperti itu? Aku paham kalau kamu khawatir sama Kak Siena, tapi kamu juga nggak boleh merusak kesehatanmu sendiri. Kalau sampai Kak Siena lihat kamu seperti ini, dia pasti akan bersedih. Ayo, ini sup ayam yang aku masak selama setengah hari. Coba kamu cicipi bagaimana rasanya?”Ketika dihada
Kedua mata Billy yang berada di luar pintu memerah. Dia menggertakkan giginya dengan kuat.Ternyata selama ini dirinya adalah orang bodoh yang dipermainkan oleh Julia!Padahal Billy menganggap wanita berhati licik ini sebagai adiknya sendiri, dia malah mencelakai calon istrinya!Jelas-jelas Siena telah menjelaskan berkali-kali padanya, tetapi Billy malah mengabaikannya. Dia malah menganggap Siena sedang sembarangan menuduh orang lain. Namun, jelas-jelas Siena-lah yang telah dicelakai.Dengan berpikir seperti itu, Billy menumbuk kuat pahanya sendiri.Kenapa? Kenapa waktu itu Billy tidak menenangkan dirinya, lalu mendengar penjelasan Siena dengan baik? Jika waktu itu Billy memercayai Siena meski hanya sekali saja, tidak mungkin Siena akan berbaring koma sekarang!Rasa marah, benci, dan bersalah membaluti hati Billy. Baru saja dia hendak membuka pintu untuk berseteru langsung dengan Julia dan Xavier, kepala tim pengawal malah segera berjalan ke sisinya, lalu menyerahkan sebuah flashdisk k
Beberapa bulan kemudian, Siena dan Jordy bertunangan.Setelah Billy pergi hari itu, Siena langsung membawa Jordy ke klinik dengan khawatir dan marah.“Lihat lukamu ini ....” Siena mengoleskan obat di luka Jordy dengan hati-hati sambil mengomel, “Kenapa kamu begitu gegabah? Kan sayang banget kalau wajah setampan ini terluka.”Jordy pun tersenyum dan menaruh dagunya ke telapak tangan Siena. “Karena bisa buat kamu kasihan sama aku, nggak sia-sia juga aku dipukul.”Wajah Siena seketika memerah. Dia pun memelototi Jordy dan menegur, “Jangan gombal kamu!”Namun, Siena tetap menunjukkan tampang khawatir. “Lain kali, jangan begini lagi. Aku benar-benar sedih melihatmu terluka.”“Oke.” Jordy mengangguk, lalu menjamin dengan serius, “Aku bersumpah, kelak, aku nggak akan buat Siena Kimnara khawatir lagi.”Pada awal musim panas, Siena dan Jordy mengadakan resepsi pernikahan. Diiringi dengan bunga yang bertebaran di udara, juga restu hangat dan tepuk tangan meriah dari sanak saudara serta teman deka
Berhubung Billy mencurahkan semua perhatiannya dalam perihal Siena, dia sudah tidak muncul di Grup Juman beberapa hari. Begitu mendengar kabar ini, Leo sangat marah. Dia segera memberi perintah untuk membawa pulang putranya yang tidak berguna itu.Ketika Billy dibawa pulang ke rumah, dia langsung melihat orang tuanya yang duduk di sofa ruang tamu dalam diam. Setelah melihatnya, Leo segera berseru, “Kemari!”Plak!Billy berjalan ke hadapan Leo tanpa ekspresi. Yang menyambutnya adalah sebuah tamparan yang kuat. Tamparan itu membuat kepalanya terentak ke samping dan dia juga memuntahkan sedikit darah.Melihat hal ini, Ariana segera menarik putranya ke samping.“Kalau mau ngomong, ngomong baik-baik. Ngapain kamu main tangan!”Sembari mencela suaminya, Ariana pun memeriksa keadaan Billy. Begitu melihat keadaan putranya, dia sontak terkejut.“Coba kulihat .... Kamu kenapa?” Ariana berseru terkejut, “Billy, kenapa kamu terluka separah ini? Siapa yang menghajarmu?”Ariana tentu saja tidak teri
Dalam sekejap, tatapan Billy langsung dipenuhi dengan kesedihan dan ketidakrelaan, seolah-olah hatinya akan hancur.“Kamu benar-benar nggak merasakan apa pun?” Billy menarik pergelangan tangan Siena dengan kuat dan lanjut bertanya dengan tidak rela, “Kamu benar-benar sudah lupakan semua kenangan di antara kita?”Sikap Billy ini sontak membuat Siena terkejut. Dia pun menggeleng secara refleks.Tatapan Billy perlahan-lahan berubah menjadi tatapan penuh kesedihan yang bercampur amarah. Dia juga bersikap makin histeris.“Kamu juga nggak ingat kejadian longsor salju lagi?” Demi mengembalikan ingatan Siena, Billy bahkan mengungkapkan semua kenangan yang buruk.“Gimana dengan Julia yang membuatmu jatuh ke jurang dan hampir membuat kedua kakimu diamputasi? Kamu juga sudah lupa sama semua itu?”“Apa?” Siena mengernyit sambil meronta dan mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Billy.“Demi celakai kamu, Julia mendorongmu dari gunung bersalju dan membuatmu terkurung di resor ski selama tujuh har
Tidak lama setelah kejadian itu, Siena menerima pesan dari Billy.[ Nana, boleh nggak kita ketemu sekali? Aku tahu sikapku dulu sangat keterlaluan. Aku nggak seharusnya bersikap seperti itu terhadapmu .... ][ Tapi, aku sudah sadari kesalahanku. Aku mohon, kasih aku satu kesempatan lagi, ya? ]Setelah membaca serentetan pesan itu, selain merasa bingung, Sienna merasakan seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Meskipun dia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang Billy, entah kenapa dia merasa bahwa dirinya sepertinya mengenal pria itu dulunya.Siena teringat bahwa ada sebuah memori yang dilupakannya. Sekarang, firasat itu pun menjadi makin kuat. Bagaimanapun juga, dia harus menemui Billy untuk mencari tahu kebenarannya.Setelah berpikir seperti itu, Siena membalas pesan Billy.[ Baiklah. Mari kita bertemu. ]“Ada apa?” Melihat Siena yang bersiap-siap untuk keluar, Jordy bertanya, “Kamu mau ke mana? Perlu kuantar?”“Nggak usah repot-repot. Aku mau ... pergi temui seseorang,
Hari ini, Siena sengaja berdandan cantik. Tahun yang baru akan segera dimulai. Jordy sengaja mengajak Siena pergi menonton di malam Tahun Baru. Dia tentu saja memahami maksud Jordy. Dia juga memiliki kesan baik terhadap pria yang berkarakter lembut dan baik itu.Setiap kali Siena menghabiskan waktu dengan Jordy, dia selalu merasa rileks dan gembira. Sejak orang tuanya meninggal, sudah lama dia tidak merasakan perasaan memiliki seseorang yang dapat diandalkan.Menjelang malam, lampu-lampu neon di jalanan mulai menyala. Segala penjuru dihiasi lampu hias dan suasananya terasa sangat meriah. Sesekali, ada pasangan yang berjalan melewati keramaian sambil bergandengan tangan.Untuk menyesuaikan diri dengan suasana, Siena sengaja memilih gaun panjang berwarna merah marun dan memadukannya dengan mantel wol. Dia terlihat manis, imut, tetapi juga anggun.Rintik-rintik salju turun dari langit dan beterbangan di jalan. Siena tanpa sadar mengulurkan tangan untuk menangkapnya. Tiba-tiba sebuah sosok
Siena menemukan pekerjaan di sebuah toko bunga dekat rumahnya. Meskipun gajinya tidak tinggi, dia sangat menyukai pekerjaan itu. Membagikan hal-hal indah kepada orang lain membuatnya sangat gembira. Selama bekerja di sini, dia juga mengenal banyak teman baru.“Pagi, Kak Tanya!” Siena berjalan masuk ke toko bunga sambil tersenyum. Pemilik toko bunga bernama Tanya itu segera menyodorkan sepiring pangsit yang masih hangat ke hadapan Siena. “Ayo cicip. Aku sendiri yang membuatnya hari ini!”Setelah menyelesaikan semua persiapan kerja, Siena menerima sebuah pesanan pengantaran. Hal yang mengejutkannya adalah, alamat pengantaran itu berada tepat di samping rumahnya. Dia pun membawa sebuket bunga lili itu ke rumah pelanggan dan menekan bel.“Maaf, tunggu sebentar!”Terdengar suara jernih pria dari balik pintu. Ketika pintu dibuka, seorang pemuda yang tampan menerima sebuket bunga itu dari Siena. “Terima kasih .... Eh? Kok kamu yang datang?”Pemuda itu tidak sempat menyelesaikan kalimat awalny
Setelah melompat dari balkon, kesadaran Siena seolah tenggelam dalam kegelapan. Ketika dia memandang ke sekeliling dengan bingung, secercah cahaya menyilaukan tiba-tiba muncul di kejauhan.Kemudian, terdengar sebuah suara berkata, “Pergilah. Harapanmu akan segera terkabul.”Siena pun tanpa sadar berjalan ke arah cahaya itu, lalu membuka matanya. Di mana ini? Setelah membuka mata, terlihat langit-langit yang familier, tetapi juga asing. Berhubung sudah tidur terlalu lama, tubuh Siena terasa agak lemas. Dia duduk dengan kesulitan, lalu mengamati lingkungan di sekeliling. Ini ... adalah kamarnya di kediaman lama keluarganya yang berada jauh di Kota Harila.Setelah orang tua Siena meninggal, perusahaan dan semua sahamnya direbut oleh kerabatnya. Rumah ini juga dilelang sehingga dia hanya bisa hidup berkelana. Pada akhirnya, rumah ini tidak terjual karena sudah terlalu tua.Setelahnya ... setelahnya, keluarga yang ditolong oleh orang tua Siena merasa kasihan pada Siena dan membawanya pulang
Billy tidak ingat bagaimana dirinya kembali ke rumah sakit. Saat tersadar kembali, dia sudah duduk di samping ranjang pasien Siena dengan wajah dibasahi air mata.Siena yang terbaring di atas ranjang pasien memejamkan kedua matanya dan terlihat begitu tenang. Hanya dada yang masih naik turun dengan lemah itu yang dapat membuktikan bahwa dia masih hidup.Billy menatap tampang Siena yang damai dan menangis tersedu-sedu. Dia tahu apa yang dikatakan Julia memang benar. Baik membandingkannya dengan Julia maupun Xavier, tidak ada yang menyakiti Siena lebih dalam dari dirinya sendiri.Kenapa semuanya berubah menjadi seperti ini? Awalnya, Billy jelas-jelas sangat mencintai Siena. Kenapa dia malah melakukan begitu banyak hal yang melukai Siena?Alangkah baiknya jika dia tidak bersama Julia pada pesta ulang tahun itu ....Alangkah baiknya apabila dia tidak bertengkar dengan Siena waktu itu ....Alangkah baiknya bila dia tidak meninggalkan Siena karena mengambek ketika mereka main ski hari itu ...
Siena dipindahkan di ranjang samping Billy. Hanya dengan memalingkan kepala, Billy pun bisa melihatnya.Setiap harinya Billy duduk di samping ranjang Siena, lalu berkali-kali mengusap alis Siena dengan jari tangannya.“Nana, orang jahat yang menindasmu sudah aku beri pelajaran semuanya. Kamu buka matamu untuk lihat aku, ya?”Siena yang berbaring di atas ranjang tidak merespons sama sekali.Di sisi lain, Xavier dan Julia yang diusir dari kalangan kelas atas sedang kesulitan dalam hidupnya.Awalnya Julia mengandalkan hubungannya dengan Billy untuk menjadi model di perusahaan Keluarga Juman, dia juga kenal dengan beberapa koneksi kalangan kelas atas. Namun Julia terbiasa untuk memainkan intrik, sama sekali tidak memiliki teman sejati.Sekarang Billy sudah bersuara, dia bukan hanya kehilangan pekerjaan dan tempat tinggalnya saja, dia bahkan menjadi incaran semua orang di dalam kalangan.Begitu pula dengan Xavier, dia hanyalah orang tidak berguna yang tidak memiliki kemampuan apa-apa. Sebel