Share

Bab 133

Author: Ema Ahman
last update Last Updated: 2024-05-14 23:59:29

“Mana saksi yang kamu bilang akan datang?” tanya Anggraini pada Sophia.

Saat ini mereka telah berada di pengadilan agama dalam rangka memenuhi panggilan sidang pertama gugatan cerai Anggraini dan Teguh. Selain mereka berdua ada juga ibunya Sophia yang ikut menemani.

Sophia tidak menjawab, melainkan mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi seseorang yang dia sudah persiapkan menjadi saksi di sidang perceraian ini.

“Nggak diangkat. Teleponnya sibuk terus. Padahal kemarin aku sudah menanyakan langsung kepadanya dan memastikan kesediaannya untuk menjadi saksi di sidang perceraian kamu, Anggre. Aiiih, kemana sih dia?!” gerutu Sophia sambil mengetik sesuatu di layar ponselnya.

Tentu yang dia chat saat ini adalah calon saksi tersebut. Kalau tadi dia hanya mengirim pesan chat yang menanyakan tentang keberadaannya secara baik-baik, namun kali ini Sophia sudah tidak bisa lebih sabar lagi. Sedikit sumpah serapah dia ketik pada pesan chat itu dan mengirimnya. Bodo amat!!

“Memang siapa? Siapa yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Siti Raehan
moga kebohongan teguh Ter ungkap
goodnovel comment avatar
Hida Fithrianakusuma
iya pendek banget.. lama nunggunya
goodnovel comment avatar
yani syahrul
knp terlalu pendek setiap bab nya...buang waktu saja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 134

    “Saudari Penggugat, tolong kendalikan diri anda! Kita masih perlu mendengarkan penjelasan dari suami anda sebagai Tergugat agar kami bisa memutuskan yang terbaik bagi pernikahan anda berdua,” kata hakim itu saat mendengar jerit protes Anggraini.“Tapi Bu Hakim, ini tidak adil. Saya tahu dengan jelas bahwa Anggraini tidak mengetahui pernikahan kedua suaminya. Ini fitnah agar gugatannya ditolak!” bela Sophia ikut protes pada hakim itu.“Anda saksi, bukan? Keterangan anda belum diperlukan saat ini. Saat ini kami akan fokus mendengar keterangan dari Tergugat dahulu. Tolong hormati persidangan ini dan anda berdua silahkan duduk kembali!” Sophia mendengus kesal. Emosinya memuncak saat ini. Kalau bukan karena ibunya yang memaksa dia untuk duduk kembali sudah pasti dia tidak akan semudah itu untuk menurut.“Lanjutkan!” Hakim itu mempersilahkan Teguh untuk melanjutkan keterangannya.“Saya memiliki dokumen resmi yang bisa dikatakan sebagai bukti dari saya juga. Apa Yang Mulia mengizinkan saya

    Last Updated : 2024-05-15
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 135

    Anggraini keluar dari ruang damai yang telah dipersiapkan oleh pihak pengadilan agama untuk memfasilitasi mediasi antara dia dan Teguh.Mediasi antara mereka berjalan hampir dua jam lamanya namun seperti yang telah diduga, mediasi itu tidak berhasil karena dari pihak Anggraini menolak untuk berdamai dengan Teguh.Jangankan untuk berdamai, sepanjang mediasi Anggraini lebih banyak diam karena dirinya sendiri tidak diperkenankan oleh mediator untuk menyerang Teguh dengan pertanyaan yang memojokkan seperti bagaimana pria itu bisa melakukan semua manipulasi data itu. Teguh juga kekeuh tidak mau mengakui dan bersikap dengan sangat meyakinkan seakan tak punya salah apa-apa. Bahkan sang mediator pun sampai kebingungan untuk membuat mediasi tersebut berjalan lancar.“Gimana? Mediasinya nggak berhasil kan, Nggre? Kamu nggak mau balik sama dia kan?” tanya Sophia sedikit cemas.Dia dan ibunya sudah menunggu sedari tadi karena mereka tidak diperkenankan untuk masuk ke ruang mediasi selama proses

    Last Updated : 2024-05-16
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 136

    “Asyif, aku butuh bantuan bantuanmu. Apa kau punya kenalan seorang pengacara yang bagus?” tanya Anggraini di telepon.“Pengacara yang bagus? Untuk?” Anggraini menghela napas kesal.“Untuk mengurus perceraianku dengan mas Teguh. Aku mengalami kesulitan saat sidang pertama perceraianku kemarin,” kata Anggraini jujur.Asyif tidak menjawab.“Ada? Atau tidak ada?”“Aku punya satu kenalan pengacara yang bagus, tapi … entahlah rasanya agak kurang etis jika aku membantumu dalam hal ini,” kata Asyif jujur.“Kurang etis? Kenapa?” tanya Anggraini tidak mengerti.“Ya, itu rasanya seperti aku yang menyebabkan perceraian kalian berdua, bahkan untuk perceraian saja aku membantumu sampai selesai. Apa menurutmu itu tidak sedikit keterlaluan? Orang-orang bisa menganggap aku sebagai pebinor,” kekeh Asyif.“Keterlaluan? Kenapa? Kau temanku kan? Maksudku meski tidak pernah ada ikrar pertemanan di antara kita tapi kau pasti setuju kalau kita adalah teman. Apa salahnya membantu teman sendiri yang sedang ke

    Last Updated : 2024-05-17
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 137

    “Pak Bagas, ini Anggraini. Anggre, ini Pak Bagas, pengacara yang aku aku janjikan bakal kupertemukan denganmu,” kata Asyif memperkenalkan Anggraini dan pengacara yang dibawanya untuk bertemu dengan Anggraini.Anggraini dengan antusias mengulurkan tangannya terlebih dahulu. “Anggraini,” katanya sambil menyebutkan namanya.Pengacara itu pun berbalik menyebutkan namanya pula. Setelahnya mereka pun langsung ke inti pertemuan mereka dan membahas tentang masalah perceraian Anggraini dan Teguh. Asyif hanya berdiam diri mendampingi tanpa berniat untuk ikut campur masalah rumah tangga Anggraini yang sedang berada di ujung tanduk.Anggraini menceritakan semua hal yang menjadi permasalahan utama yaitu pernikahan kedua Teguh yang dilakukan diam-diam di belakangnya hingga manipulasi kartu identitas dan buku nikah keduanya.“Pada awalnya aku mengira kalau aku bisa menyelesaikan masalah ini sendiri, tapi setelah sidang perdana perceraian itu, aku merasa suamiku terlalu banyak membuat kebohongan hin

    Last Updated : 2024-05-19
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 138

    “Tapi? Tapi apa?”“Umm … tapi aku tidak bisa membeberkan itu, Pak. Kalau bisa kita cari jalan lain saja,” pinta Anggraini.Pak Bagas mengernyitkan keningnya.“Tapi memang ada?” tanyanya dengan nada setengah berharap.Sungguh ini tadinya hanya dia yang berandai-andai, tapi di luar ekspektasinya sepertinya video asusila yang dia pikir mungkin tidak ada kalau dilihat dari gelagat kliennya ternyata besar kemungkinannya ada.Anggraini sendiri merasa bimbang dan gundah gulana. Bagaimanapun dia tidak berharap bisa menggunakan itu sebagai bukti kuat dalam sidang cerainya. Selain saat ini dia masih resmi menjadi istrinya Teguh, Anggraini berpikir jauh ke depan tentang anak-anak dari pria itu dengan istri keduanya.Sangat disayangkan memang Anggraini tidak bisa masa bodo untuk hal ini. Harusnya dia abaikan saja nasib anak-anak itu. Toh bukan anaknya, dan ibu dari anak-anak itu jelas-jelas sudah merebut apa yang menjadi miliknya. Tapi … kalau dipikir-pikir lagi Shakila dan calon adiknya tidak s

    Last Updated : 2024-05-20
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   139

    “Saudari Anggraini?”Anggraini mengernyitkan kening saat salah seorang anggota polisi itu menyebutkan namanya. Kira-kira untuk urusan apa mereka datang ke sini mencarinya? Dan … begitu ia membuka pintu nama yang disebut adalah dirinya bukan pemilik apartemen yang mana itu adalah Sophia.“I-iya, saya sendiri, Pak? Kenapa ya?” tanya Anggraini gugup.Anggraini yang sedang berada di kamar mendengar ada suara berisik yang berasal dari lebih dari satu orang. Harusnya itu bukan suara dari seorang security apartemen atau salah seorang dari tetangganya, bukan?“Siapa, Anggre?”Reaksi yang ditunjukkan oleh Sophia sama dengan Anggraini yakni bingung dan heran.“Dengan saudari Sophia?” Kali ini pertanyaan itu pun dilayangkan kepada Sophia yang langsung disahuti Sophia dengan anggukan.“Iya, saya sendiri. Kenapa ya, Pak?”Petugas polisi itu dengan beberapa timnya langsung menjelaskan tujuan mereka datang ke tempat itu, yakni untuk menjemput Anggraini untuk dimintai keterangan terkait tersebarnya

    Last Updated : 2024-05-22
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 140

    Anggraini terhenyak mendengar penjelasan dari petugas kepolisian tersebut. Sebelumnya ketika dia menemukan begitu banyak kaset DVD di rumah suaminya dan istri keduanya itu, Anggraini sebenarnya tak kalah terkejutnya. Namun, saat mendengar informasi ini Anggraini lebih-lebih terkejutnya. Jadi semua itu tak hanya koleksi semata melainkan dia pergunakan untuk kepentingan komersial juga? Anggraini merasa lemas setengah mati. Ia bahkan tidak tahu karena tidak sempat memeriksa semuanya waktu itu bahwa ternyata di dalam tumpukan video itu ada juga video yang didokumentasikan bersama dirinya. Setega itu Teguh? Kapan dia mengambil video itu? Dan … apakah pria itu mengambil diam-diam aktivitas ranjang mereka demi uang juga?“Pak, maaf. Aku rasa mungkin ada kesalahan di sini. Sejujurnya, ya, saya akui yang berada di dalam video itu adalah benar saya dan suami saya. Saya juga tidak tahu kapan dan bagaimana dia merekam moment itu. Tapi meski begitu saya tetap harus berpositif thinking bahwa itu

    Last Updated : 2024-05-23
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 141

    “Kesialan?” gumam Anggraini mengulang kata yang baru saja diucapkan Merry kepadanya itu.“Ya, apalagi yang membuat sial selain punya istri yang tidak berguna sama sekali? Sudah tidak bisa memberikan keturunan di lain kesempatan malah membuat suaminya sendiri menjadi buron karena video kalian yang tidak punya adab itu,” ucap Merry geram.Anggraini mengernyitkan kening.“Aku tidak tahu apa maksudmu mengatakan itu. Tapi aku yakin kau lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kau ingat saat kalian ada di Pangandaran dan pulang dari sana kau menemukan rumahmu sudah dimasuki oleh orang lain? Itu aku. Coba tebak apa yang kutemukan saat aku membongkar lemarimu itu?” tantang Anggraini.Merry menatap Anggraini geram. Posisinya sekarang sedang berdiri di dekat jeruji besi tempat di mana Anggraini sedang duduk bersandar di dalam sel tersebut.“Andai kutahu akan begini, harusnya waktu itu aku yang melaporkan dia terlebih dahulu sehingga aku tak perlu mengalami hal ini. Kau tahu Merry? Kau sama tidak

    Last Updated : 2024-05-24

Latest chapter

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 160

    Dinda menangis keras saat Puspa meraihnya. Entah karena anak berusia satu tahun itu baru bangun atau memang karena dia takut pada sosok Puspa yang tidak familiar, Dinda terkejut saat dirinya langsung ditangkap oleh seorang nenek-nenek yang tidak dia kenal sebelumnya.“Cup! Cup! Jangan menangis, nenek akan membawamu dari sini, Ok? Tenang, tenang jangan menangis!” Puspa berusaha membujuk Dinda yang kini telah berada dalam gendongannya.Melihat putrinya sangat ketakutan, Anggraini merebut paksa Dinda dari Puspa. “Tolong pergi dari sini. Kau membuatnya takut,” desis Anggraini mencoba menahan sabar.“Kau jangan keterlaluan dan bersikap seolah-olah kau adalah ibu kandungnya. Kau tidak punya hak! Aku adalah nenek kandungnya. Dan aku ingin membawanya, aku ingin menjemput cucuku sekarang!”“Anda yang jangan keterlaluan! Ngomong-ngomong soal hak, anda yang tidak punya hak apa-apa terhadap mereka. Aku mengantongi ijin dari pemerintah untuk merawat mereka,” kata Anggraini.“Hah! Izin dari pemeri

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 159

    Perempuan tua itu menerobos masuk tanpa menghiraukan Anggraini yang berdiri di pagar.“Mama! Tunggu dulu!”Anggraini berusaha mencegah mantan mertuanya itu untuk masuk ke rumahnya. Sebenarnya dia sendiripun sudah enggan menyebut perempuan itu dengan panggilan Mama, namun untuk saat ini ia tidak punya waktu untuk memanggilnya dengan sebutan lain“Jangan halangi aku! Aku akan membawa dia dari sini!”Rupanya keributan di luar membuat Shakila yang sudah masuk ke dalam rumah kembali keluar untuk melihat apa yang terjadi. Demikian pula baby sitternya Dinda menyusul Shakila untuk melihat apa yang terjadi.“Di mana dia? Di mana cucuku!” teriaknya.Anggraini berjalan cepat dan menghalangi Puspa untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia membentangkan tangannya lebar-lebar.“Stop! Cukup sampai di situ ya. Tolong bersopan santunlah saat hendak masuk ke rumah orang lain. Aku sangat menghormati tamu, tapi kalau sikap Mama seperti ini aku tidak akan segan-segan mengusir Mama dari rumah ini!” ancam Anggrain

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 158

    “Kita sudah sampai!!!” seru Asyif yang baru saja mematikan mesin mobil.Shakila segera membukakan pintu mobil dengan lihai, pertanda dia telah biasa melakukannya. Terlihat gadis kecil itu begitu senang telah dibawa jalan-jalan oleh ayah bundanya.“Dih, main tinggal aja. Memang ayah nggak disayang dulu apa?” cibir Asyif pura-pura kecewa saat Shakila hendak langsung keluar.“Oh iya, lupa!” Shakila menepuk jidatnya dan langsung berbalik badan.Cup!! Ia segera mencium pipi Asyif.“Terima kasih jalan-jalannya, Ayah!” ucapnya.“Dan mainannya juga!” celutuk Anggraini mengingatkan Shakila agar tidak lupa mengucapkan terimakasih juga atas belanjaan mainan Anggraini yang seabrek.“Oh, iya! Lupa lagi. Terimakasih mainannya juga, Ayah!” ucapnya.Asyif mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengelus kepala anak itu.“Ya, nanti ajak adek main juga ya!” kata Asyif.“Hu’ uh!” jawab Shakila mengiyakan.Anak perempuan itu segera turun dari mobil setelah membawa beberapa mainan yang bisa dia bawa terlebi

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 157

    “Kila, pulang yuk!” ajak Anggraini dengan nada sebal.Bagaimana dia tidak sebal, sedari tadi dia hanya mengikuti kedua orang itu keliling-keliling di Mall sekaligus menjadi tukang angkut barang-barang belanjaan Shakila yang sengaja dibelikan Asyif untuknya. Sementara kedua orang, bapak dan anak itu berjalan di depannya sambil tertawa cekikikan. Bukankah itu harusnya terbalik? Harusnya dia yang menuntun Shakila dan Asyif yang membawakan barang-barang belanjaan mereka. Dasar, sungguh tidak gentleman! gerutu Anggraini“Pulang? Yang benar aje, rugi dong!” sahut Asyif membuat Anggraini semakin lebih sebal lagi.“Nanti, Bun. Kita kan belum makan. Belum makan ice cream juga. Benar kan, Yah?” kata Shakila pada Asyif meminta dukungan dari Asyif.“Benar tuh. Bundamu tuh nggak tau. Lagian buat apa sih cepat-cepat pulang? Sudahlah, nikmati aja dulu. Lagian nggak tiap hari kan kita jalan-jalan begini?”Anggraini mendengus.“Bukannya apa-apa, ih. Dinda di rumah takutnya rewel gimana?” “Ada si Mba

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 156

    “Kila, ada Bunda yang jemput tuh!”Shakila yang tengah bermain perosotan di halaman sekolah langsung menoleh ke arah gurunya, lalu melihat lagi ke arah yang ditunjuk ibu guru tersebut.Tak jauh dari sana ada Anggraini yang melambaikan tangan sambil berjalan ke arah mereka.“Bundaaaaa!!!” panggil bocah itu sambil buru-buru berlari ke arah Anggraini.Begitu sampai di dekat Anggraini, Shakila pun lantas menghambur ke pelukan Anggraini dan yang segera dibalas peluk pula oleh Anggraini.“Lama nunggu Bunda nggak?” tanya Anggraini.“Nggak kok. Kila baru aja pulang, kata Bu Guru, Kila main aja dulu sambil tungguin Bunda,” jawab gadis kecil itu.Anggraini tersenyum. Satu tahun lebih dia telah mengasuh anak itu beserta adiknya. Sudah banyak perubahan yang terjadi termasuk pada tumbuh kembang mereka. Shakila sudah tidak lagi bicara cadel seperti dulu. Gadis kecil itu juga sudah tumbuh menjadi anak yang lebih ceria meninggalkan tampilan imutnya di tahun-tahun sebelumnya.Anggraini membungkukkan s

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 155

    Anggraini bengong sesaat dengan secarik kertas berwarna putih di tangannya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Asyif.Pria ini entah bagaimana menyediakan diri untuk membantu Anggraini dan menemaninya dalam kepengurusan masalah Dinda yang sudah berlangsung selama beberapa hari itu. Kebetulan juga Sophia tidak bisa menemaninya hari ini.Anggraini menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya dia mengangguk. Hari ini dia pergi ke kantor catatan sipil untuk mencetak ulang kartu keluarganya sebagai syarat agar dia bisa membawa pulang kembali Dinda. Sebelum staf itu memberikan padanya Kartu Keluarga itu, setitik keinginan di hati Anggraini berharap bahwa Kartu Keluarga yang dia inginkan itu tidak mencetak nama Merry di sana. Walaupun sebelumnya dia sendiri sudah pernah ke sini untuk menanyakannya langsung. Dan ternyata benar, bahwa di Kartu Keluarga itu terpampang dengan nyata nama Merry dan putrinya. Dan sekarang Anggraini benar-benar memegang Kartu Keluarga itu dalam bentuk fisik.“Kartu keluarg

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 154

    Sophia yang baru saja memesan makanan siap saji, saat membalikkan badannya heran karena tidak melihat Anggraini di meja yang tadi mereka telah pilih. Namun kemudian kebingungannya berubah menjadi keterkejutan saat melihat Anggraini ada di depan outlet sedang bertengkar dengan seseorang yang dia tidak kenal.“Itu anak saya, berikan dia pada saya!!” teriak perempuan itu dengan kencang sehingga pertengkaran mereka menarik perhatian banyak mata.Anggraini mengelak saat perempuan itu ingin mengambil kembali bayi yang berada dalam gendongannya.“Ini Dinda. Katakan, sebenarnya kamu ini siapa? Kamu siapanya dia? Mana Ibu Septi?” tanya Anggraini menyebutkan nama ibunya Merry.“Ape hal kau kata ni? Aku tak paham apa cakap kau tu. Kalau tak bagi anak aku sekarang juga, aku akan report kau ke polis!” ancamnya.Anggraini geleng-geleng kepala.“Sana laporkan saja! Aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku sudah mendengar apa yang kamu katakan di telepon. Kamu mau bawa dia ke negaramu, tapi kamu ti

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 153

    “Jadi kamu yakin nggak mau balik lagi ke Jakarta?” tanya Sophia saat mereka sedang makan siang di kediaman orang tua Sophia di Jakarta.Anggraini mengangguk.“Ya, aku mau menetap di Bandung aja deh kayaknya. Soalnya kerjaanku juga di sana kan? Di sini juga aku kayak yang bingung mau ngapain,” kata Anggraini.Anggraini mengangguk.“Iya sih. Kalau di Jakarta membuat kamu nggak nyaman, sebaiknya ditinggalin aja. Tapi kalau aku boleh kasih saran meski kamu tinggal di Bandung, kamu nggak usah tinggal di rumah itu lagi. Jual aja tuh rumah. Pasti kamu juga nggak pengen teringat terus tentang mereka kan? Sudahlah, buka lembaran baru saja. Kalau kamu setuju, entar aku bantu jualkan rumah itu,” kata Sophia menjelaskan.Anggraini mengangguk.“Iya makanya itu aku lebih pilih ngontrak dulu sebelum aku dapat rumah baru. Entar kalau rumahnya laku dijual aku cari rumah lain aja,” jawab Anggraini terhadap saran sahabatnya itu.“Nah gitu donk! Jadi habis makan kita jadi ke pengadilan agama nih?” “Beso

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 152

    Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Merry. Bahkan begitu mereka keluar dari dalam mobil, nenek Shakila yang juga merupakan ibu dari Merry itu langsung menyambut cucu-cucunya. “Kila, kamu sudah besar, Nak? Peluk nenek!” pinta wanita itu. Shakila mundur beberapa langkah dan kini bersembunyi di belakang tubuh Anggraini. Wanita itu menatap Anggraini. Tersungging seulas senyum di bibirnya. Entahlah, sekilas Anggraini merasa kalau senyum itu berbeda, menimbulkan kesan sinis. “Maaf, kamu istri pertamanya Teguh?” tanya wanita itu. Anggraini membenarkan meski dalam hati ia cukup terkejut mengetahui bahwa perempuan itu mengetahui bahwa dia adalah istri tua dari Teguh. “Iya, benar. Kenapa ibu tahu?” tanya Anggraini dengan nada sedikit tidak suka. Bagaimana tidak? Anggraini heran dengan kenyataan bahwa ibu ini seperti perempuan tidak tahu malu yang telah menikahkan putrinya pada suami orang lain. Bahkan Anggraini bisa melihat foto figura besar di ruang tamu rumah it

DMCA.com Protection Status