Toronto, Kanada. Dua tahun yang lalu.Pintu di depan Ratu terbuka. Dari dalamnya, terlihat sosok khas seorang pria berkulit putih dengan rambut pirang yang sedikit panjang sebahu. Di mana dia tampak menyunggingkan senyuman licik saat melihat gadis di depannya.“Kamu beneran datang? Sepertinya kamu khawatir aku akan membocorkan masa lalumu di Ottawa kepada rekan-rekan kerjamu di tempat yang baru?” Pria berusia pertengahan tiga puluh tahunan itu lalu membuka lebih lebar pintu untuknya. “Masuklah. Ini memang waktu yang tepat buat bersenang-senang.”Walaupun tampak ragu dan takut-takut, Ratu memutuskan untuk melangkah ke dalam. Ditemukannya sebuah ruang apartemen sederhana yang gelap dan kotor. Bahkan samar-samar tercium bau tak enak yang sepertinya berasal dari campuran aroma alkohol hingga makanan basi.“Duduklah di manapun. Jangan sungkan-sungkan dan anggap rumah sendiri.”Ratu sedikit mendengus sambil menyingkirkan berapa potong pakaian kotor di atas sofa, sebelum mendudukinya. Diperh
Kembali ke masa sekarang.Senyuman Soraya tampak melebar saat melihat ekspresi begitu terkejut dari Ratu saat ini. Bahkan dia tampak lebih pucat, sementara itu tangannya mulai gemetaran.“Gimana rasanya mendapatkan chat berisi ancaman? Rasanya nggak nyaman, bukan? Inilah yang selama ini aku dan Mas Vino rasakan karena teror yang kamu lakukan,” kata Soraya sambil mengejeknya.Ratu akhirnya kembali meliriknya. Dia tampak sedikit melotot sambil gemetaran. “D-Darimana Mbak mendapatkan ini?”“Seperti yang kamu duga, sebenarnya memang nggak ada CCTV di kawasan itu. Polisi sendiri tak terlalu berfokus mencari tahu soal kasus ini karena Maxx ditemukan memang pecandu berat yang mengosumsi berbagai jenis obat. Apalagi sidik jari kamu memang nggak ditemukan di sana serta nggak ada tanda-tanda pemaksaan sama sekali.” Soraya mengutip hal yang tadi pagi Pandji kabarkan kepadanya. “Mereka menganggap Maxx Corner hanya terlalu mabuk berat, sehingga dengan tanpa sadar menyuntikkan seluruh zat berbahaya
Vino menyetir kembali ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya di sore hari ini. Agak terlambat sebenarnya karena tadi ada beberapa hal yang sedikit menahannya pulang, namun syukurlah dia bisa segera menyelesaikannya saat senja menjelang.Keindahan langit yang jingga mengiringi mobil yang dikendarainya dengan cukup pelan itu. Seperti biasanya, di jam segini adalah saat rawan terjadinya macet karena kepadatan kendaraan yang terjadi di mana-mana. Namun beruntung dia dapat tetap melewati itu sehingga sepertinya dia bisa sampai tepat waktu di rumah saat makan malam nanti.Namun, Vino kembali harus pulang dalam suasana hati yang kurang baik lagi. Tak hanya karena tubuhnya yang terasa lelah setelah bekerja seharian, ia sebenarnya masih terpengaruh oleh hal yang terjadi tadi pagi. Yaitu saat Ratu mencegatnya di jalan menuju ke kentor.Vino merasa benar-benar lelah dengan semua ini. Muak rasanya harus makan hati setiap hari karena ulah dari perempuan itu, yang kini juga membatasi ruang ger
Kemenangan yang didapatkannya tadi membuat Soraya begitu bahagia. Bagaimana tidak? Dia berhasil membungkam seketika Ratu yang selama ini selalu mengoceh dan merendahkannya. Perempuan itu sama sekali tak berdaya saat Soraya menunjukkan senjata yang dibawanya, sehingga akhirnya membuat dia terpaksa harus tunduk pada Soraya agar tidak dilaporkan. Dia bahkan berjanji akan memenuhi segala keinginan Soraya.Mungkin masih dini untuk merayakan karena Ratu bahkan masih belum pergi. Bukan tidak mungkin juga kalau wanita itu masih memikirkan cara untuk membalikkan keadaan. Namun bagaimanapun bukankah kejadian tadi patut untuk dirayakan? Setidaknya bagi batinnya yang merasa puas setelah semua teror yang didapatkannya selama ini.Dan… sejujurnya ada satu hal lagi yang membuat kejadian hari ini menjadi berarti. Setelah dia menghadapi Ratu dan membicarakan lagi tentang semuanya ke belakang, dia semakin percaya kalau Vino memang adalah korban dari kegilaan wanita itu. Sejujurnya dia juga semakin meya
“Ratu terlihat mencurigakan banget hari ini. Dari begitu antusias dan bahkan percaya diri akan adu gengsi dengan Soraya, dia tiba-tiba hanya diam tanpa kata saat diajak pulang. Selain itu ekspresinya tampak sangat aneh. Aku nggak pernah melihat dia membuat wajah seperti itu sebelumnya.”Masih perkara Fadly dan uring-uringannya terkait sang partner, kini pria itu kembali memikirkan Ratu. Di mana untuk pertama kalinya kita bisa melihat tempat pria itu tinggal setelah banyak menetap di apartemen Ratu saja selama ini.Dan ya, sebenarnya memang tidak terlalu jauh berbeda dari segi struktur ruangan. Sebab nyatanya mereka menetap di bangunan apartemen yang sama. Ini memang tempat yang sengaja dipilih Fadly setelah pindah dari apartemen lamanya untuk menghindari kejaran Vino. Agar lebih memudahkan bekerja dengan Ratu juga.Kembali ke topik pembicaraan. Memang lagi-lagi Fadly jadi kepikiran soal sang partner yang membuatnya tak mengerti. Sementara itu ketika ditanya, wanita itu selalu saja dia
‘Soraya benar-benar harus dikasih pelajaran. Dia tak seharusnya cari gara-gara padaku seperti ini.’Setelah diam membisu selama berjam-jam lamanya, setelah dia benar-benar panik akibat serangan tak terduga dari Soraya, di suatu titik Ratu akhirnya menarik kesimpulan. Setelah tadi dia benar-benar hanya diam saja sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan di tengah krisis ini.Lalu apa keputusannya?Bukannya merasa kapok dan mundur agar rahasianya itu bisa aman, dia malah berfokus tentang bagaimana caranya memberi pelajaran terhadap Soraya. Sebab Ratu merasa Soraya bukanlah orang yang seharusnya memperlakukannya begini. Sampai kapanpun wanita itu bukanlah tandingannya sama sekali.‘Aku akan membuatnya menyesal karena telah cari gara-gara denganku. Lihat saja, hal yang dia sebut senjata ini pada akhirnya akan berbalik melukai dirinya sendiri.’Berhenti menenggak minuman keras yang terus saja dia masukkan ke dalam tubuhnya, Ratu segera meraih ponselnya untuk menghubungi Fadly. Dia memin
“Hari ini Bu Farida akan datang lagi untuk mengajar ke rumah ini. Tapi nantinya… setelah kita dapat sekolah lagi, Bu Farida tak akan ke sini lagi. Nala sedih deh kalau memikirkannya,” celoteh Nala di tengah sarapan mereka pagi ini. Di mana hari yang baru dan cerah telah kembali menyapa di rumah kediaman yang penuh cinta ini.“Nggak apa-apa, Kakak. Kan kita akan tetap bertemu dengan Bu Farida di sekolah. Begitu juga dengan guru-guru kita yang lainnya, seperti: Bu Arin, Bu Mega, Bu Helen, Bu --““Dan ibu guru cantik Miss Ratu!”Baik Soraya maupun Vino sama-sama langsung tersedak mendengar ucapan polos Naka itu. Serempak mereka saling berpandangan, sebelum beralih pada kedua bocah yang terus mengobrol dengan riang gembira itu. Sementara Indah juga tampak memasang ekspresi prihatin di wajahnya.“Pokoknya aku udah nggak sabar buat ketemu semua guru dan teman-teman. Aku ingin agar dapat segera sekolah.”“Naka juga, Kak.”Dan akhirnya pembicaraan itu terhenti juga karena kini mereka mulai me
[SPY: Terima kasih atas uangnya. Aku selalu tahu kamu akan menepati janjimu. Sekarang… berusahalah sebaik mungkin untuk sisa rencanamu itu. Sementara aku… akan segera meninggalkan negeri ini dulu untuk menghambur-hamburkan uang yang kudambakan seperti ini. Jangan menghubungiku lagi karena nomor ini akan kusingkirkan. Dan yang sangkutpautkan aku dengan apapun yang tengah kamu kerjakan. Good luck!]Ratu mematikan layar ponselnya kembali setelah membaca pesan singkat tersebut. Dia lalu melemparkan benda tersebut begitu saja ke atas jok mobil di sampingnya.Omong-omong saat ini perempuan itu kembali berada di jalan yang menghubungkan kompleks perumahan elit yang ditinggali keluarga Bentala menuju jalan raya. Tepatnya beberapa ratus meter dari pos penjagaan di mana sebelumnya dia pernah dua kali mencegat Vino yang hendak pergi bekerja.‘Di sini terakhir kali kita bertemu. Selanjutnya di mana? Aku nggak keberatan kalau harus bertemu denganmu di persidangan atau sebagainya. Yang jelas… kamu