Vino menyetir kembali ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya di sore hari ini. Agak terlambat sebenarnya karena tadi ada beberapa hal yang sedikit menahannya pulang, namun syukurlah dia bisa segera menyelesaikannya saat senja menjelang.Keindahan langit yang jingga mengiringi mobil yang dikendarainya dengan cukup pelan itu. Seperti biasanya, di jam segini adalah saat rawan terjadinya macet karena kepadatan kendaraan yang terjadi di mana-mana. Namun beruntung dia dapat tetap melewati itu sehingga sepertinya dia bisa sampai tepat waktu di rumah saat makan malam nanti.Namun, Vino kembali harus pulang dalam suasana hati yang kurang baik lagi. Tak hanya karena tubuhnya yang terasa lelah setelah bekerja seharian, ia sebenarnya masih terpengaruh oleh hal yang terjadi tadi pagi. Yaitu saat Ratu mencegatnya di jalan menuju ke kentor.Vino merasa benar-benar lelah dengan semua ini. Muak rasanya harus makan hati setiap hari karena ulah dari perempuan itu, yang kini juga membatasi ruang ger
Kemenangan yang didapatkannya tadi membuat Soraya begitu bahagia. Bagaimana tidak? Dia berhasil membungkam seketika Ratu yang selama ini selalu mengoceh dan merendahkannya. Perempuan itu sama sekali tak berdaya saat Soraya menunjukkan senjata yang dibawanya, sehingga akhirnya membuat dia terpaksa harus tunduk pada Soraya agar tidak dilaporkan. Dia bahkan berjanji akan memenuhi segala keinginan Soraya.Mungkin masih dini untuk merayakan karena Ratu bahkan masih belum pergi. Bukan tidak mungkin juga kalau wanita itu masih memikirkan cara untuk membalikkan keadaan. Namun bagaimanapun bukankah kejadian tadi patut untuk dirayakan? Setidaknya bagi batinnya yang merasa puas setelah semua teror yang didapatkannya selama ini.Dan… sejujurnya ada satu hal lagi yang membuat kejadian hari ini menjadi berarti. Setelah dia menghadapi Ratu dan membicarakan lagi tentang semuanya ke belakang, dia semakin percaya kalau Vino memang adalah korban dari kegilaan wanita itu. Sejujurnya dia juga semakin meya
“Ratu terlihat mencurigakan banget hari ini. Dari begitu antusias dan bahkan percaya diri akan adu gengsi dengan Soraya, dia tiba-tiba hanya diam tanpa kata saat diajak pulang. Selain itu ekspresinya tampak sangat aneh. Aku nggak pernah melihat dia membuat wajah seperti itu sebelumnya.”Masih perkara Fadly dan uring-uringannya terkait sang partner, kini pria itu kembali memikirkan Ratu. Di mana untuk pertama kalinya kita bisa melihat tempat pria itu tinggal setelah banyak menetap di apartemen Ratu saja selama ini.Dan ya, sebenarnya memang tidak terlalu jauh berbeda dari segi struktur ruangan. Sebab nyatanya mereka menetap di bangunan apartemen yang sama. Ini memang tempat yang sengaja dipilih Fadly setelah pindah dari apartemen lamanya untuk menghindari kejaran Vino. Agar lebih memudahkan bekerja dengan Ratu juga.Kembali ke topik pembicaraan. Memang lagi-lagi Fadly jadi kepikiran soal sang partner yang membuatnya tak mengerti. Sementara itu ketika ditanya, wanita itu selalu saja dia
‘Soraya benar-benar harus dikasih pelajaran. Dia tak seharusnya cari gara-gara padaku seperti ini.’Setelah diam membisu selama berjam-jam lamanya, setelah dia benar-benar panik akibat serangan tak terduga dari Soraya, di suatu titik Ratu akhirnya menarik kesimpulan. Setelah tadi dia benar-benar hanya diam saja sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan di tengah krisis ini.Lalu apa keputusannya?Bukannya merasa kapok dan mundur agar rahasianya itu bisa aman, dia malah berfokus tentang bagaimana caranya memberi pelajaran terhadap Soraya. Sebab Ratu merasa Soraya bukanlah orang yang seharusnya memperlakukannya begini. Sampai kapanpun wanita itu bukanlah tandingannya sama sekali.‘Aku akan membuatnya menyesal karena telah cari gara-gara denganku. Lihat saja, hal yang dia sebut senjata ini pada akhirnya akan berbalik melukai dirinya sendiri.’Berhenti menenggak minuman keras yang terus saja dia masukkan ke dalam tubuhnya, Ratu segera meraih ponselnya untuk menghubungi Fadly. Dia memin
“Hari ini Bu Farida akan datang lagi untuk mengajar ke rumah ini. Tapi nantinya… setelah kita dapat sekolah lagi, Bu Farida tak akan ke sini lagi. Nala sedih deh kalau memikirkannya,” celoteh Nala di tengah sarapan mereka pagi ini. Di mana hari yang baru dan cerah telah kembali menyapa di rumah kediaman yang penuh cinta ini.“Nggak apa-apa, Kakak. Kan kita akan tetap bertemu dengan Bu Farida di sekolah. Begitu juga dengan guru-guru kita yang lainnya, seperti: Bu Arin, Bu Mega, Bu Helen, Bu --““Dan ibu guru cantik Miss Ratu!”Baik Soraya maupun Vino sama-sama langsung tersedak mendengar ucapan polos Naka itu. Serempak mereka saling berpandangan, sebelum beralih pada kedua bocah yang terus mengobrol dengan riang gembira itu. Sementara Indah juga tampak memasang ekspresi prihatin di wajahnya.“Pokoknya aku udah nggak sabar buat ketemu semua guru dan teman-teman. Aku ingin agar dapat segera sekolah.”“Naka juga, Kak.”Dan akhirnya pembicaraan itu terhenti juga karena kini mereka mulai me
[SPY: Terima kasih atas uangnya. Aku selalu tahu kamu akan menepati janjimu. Sekarang… berusahalah sebaik mungkin untuk sisa rencanamu itu. Sementara aku… akan segera meninggalkan negeri ini dulu untuk menghambur-hamburkan uang yang kudambakan seperti ini. Jangan menghubungiku lagi karena nomor ini akan kusingkirkan. Dan yang sangkutpautkan aku dengan apapun yang tengah kamu kerjakan. Good luck!]Ratu mematikan layar ponselnya kembali setelah membaca pesan singkat tersebut. Dia lalu melemparkan benda tersebut begitu saja ke atas jok mobil di sampingnya.Omong-omong saat ini perempuan itu kembali berada di jalan yang menghubungkan kompleks perumahan elit yang ditinggali keluarga Bentala menuju jalan raya. Tepatnya beberapa ratus meter dari pos penjagaan di mana sebelumnya dia pernah dua kali mencegat Vino yang hendak pergi bekerja.‘Di sini terakhir kali kita bertemu. Selanjutnya di mana? Aku nggak keberatan kalau harus bertemu denganmu di persidangan atau sebagainya. Yang jelas… kamu
Vino tak bisa menepis perasaan di hatinya. Ia benar-benar yakin kalau memang ada penyusup di antara pegawainya berdasarkan pengamatannya belakangan ini, namun sayangnya ia belum sempat memastikan hal itu sama sekali. Sehingga kini itu jadi ganjalan baru di tengah pekerjaannya.‘Haruskah aku mengambil cuti sejenak untuk sekadar memastikan? Aku benar-benar kepikiran dan khawatir kalau firasat ini benar. Tapi masalahnya kan sekarang lagi banyak kerjaan.’Di saat itu tiba-tiba ia jadi kepikiran tentang apa yang menimpanya saat Fadly berkhianat. Vino sangat ingat bagaimana itu semua itu terjadi tanpa peringatan sama sekali, seperti hujan badai yang datang di siang hari yang awalnya cerah. Vino tak akan pernah melupakan perasaan itu. Ia tak akan pernah lupa rasanya ditikam dari belakang oleh orang begitu ia percayai. Lalu saat tersadar semuanya benar-benar sudah terlambat.‘Enggak. Aku harus memastikannya sekarang. Aku nggak boleh jatuh ke lubang yang sama.’Kala memikirkan itu Vino segera
Seluruh tubuh Soraya langsung bergetar hebat saat mendengar kabar di telepon. Dia sampai tak tahu harus bicara apa.“Ada apa, Bu? Apa ada masalah?” tanya babysitter Ekky yang awalnya bercengkerama ringan dengannya di ruang tamu apartemennya Evan. Sekitar beberapa menit setelah mereka menidurkan si kecil.Soraya tak mampu menjawab pertanyaan itu. Dia terlalu syok dan kebingungan dengan semua ini. Rasa takut juga langsung melingkupinya.“Bu?” tanya babysitter itu lagi dengan khawatir.“S-Saya… saya pulang dulu ya, Sus. A-Ada masalah di rumah. S-Saya titip E-Ekky… nanti saya telepon Evan juga buat kasih tahu. S-Saya permisi.”Dengan tubuh masih bergetar Soraya bangkit dari sana. Tampak kebingungan sendiri dengan apa yang dia lakukan. Untungnya sang babysitter tadi dengan sigap mengambilkan tas Soraya yang tertinggal di atas sofa.“Ini, Bu. Nanti ketinggalan.”“O-Oh ya. Makasih ya, Sus. S-Saya pulang dulu.”“Y-Ya, Bu. Hati-hati.”Soraya bergegas meninggalkan unit apartemen itu dengan tubu