“Mama, di sekolah kami sekarang… ada ibu guru cantik.”Celotehan Nala membuat Soraya menghentikan makannya. Lantas dilayangkannya pandangan pada sang putri di seberang meja yang memasang senyuman polos padanya sambil memakan es krim di depannya.“Ibu guru cantik?” tanya Soraya heran.“Hm… guru bahasa inggris kami yang baru. Ibu itu tubuhnya tinggi, pakaiannya selalu bagus, lalu rambutnya berwarna kuning seperti bule-bule. Orangnya juga sangat baik dan ramah,” sambung Nala lagi dengan riang.“Oh… jadi akhirnya TK sudah mendapatkan guru bahasa inggris yang baru? Soalnya sebelumnya Mama memang melihat selebaran lowongan pekerjaan di mading depan, tapi beberapa hari ini emang udah nggak ada lagi.” Soraya kini mengalihkan perhatiannya pada si bungsu yang juga tengah sibuk menghabiskan es krimnya. “Menurut Naka gimana? Emang Ibu gurunya secantik itu ya sampe Kak Nala kayaknya suka banget padahal baru kenal? Apa Ibu gurunya emang baik?”“Hm….” Naka menggeleng cepat dengan mulut penuh es krim
“Ibu guru, tolong! Naka sepertinya sakit!”Di suatu hari Ratu tengah masuk ke kelasnya si kembar untuk melakukan tugasnya mengajar Bahasa Inggris. Di saat itu, Nala tiba-tiba berseru sambil mengangkat satu tangannya.Sontak, Ratu pun menghentikan pengajarannya. Lantas kemudian dia segera mendekati anak-anak tersebut. Dilihatnya Naka tampak membaringkan kepalanya dengan lemas di atas meja.“Naka? Kamu bisa dengar ibu?” Ratu kaget saat tangannya menyentuh kulit dahi sang bocah. “Astaga, badan kamu terasa panas. Sepertinya kita harus bawa ke UKS.”“Aah… Naka, sakit lagi… sakit lagi… hobi sekali dia sakit.”Perhatian Ratu beralih pada beberapa anak murid lainnya yang tiba-tiba mengeluh. Walau dengan nada polos, tapi tetap saja bukan sesuatu yang baik untuk didengar.“Iya. Heran deh kenapa dia lembek banget? Padahal Nala yang cewek aja selalu kuat dan sehat.”“Kata Mamiku… dia itu tipe anak cowok lemah.”“Heh, kalian jangan sembarangan ngomong soal adikku ya! Kalian tidak tahu apa-apa!” Na
“Tapi sebenarnya dia terlihat familier. Apa aku pernah bertemu dengannya ya?” gumam Soraya tiba-tiba sambil berhenti mengunyah buah anggur yang tengah dia makan. Tentu saja membuat suaminya yang tengah duduk disampingnya menoleh heran.“Siapa memangnya?” tanya Vino penasaran.“O-Oh… enggak, Mas. Jadi seperti yang kubilang, kemarin kan Naka suhu tubuhnya mendadak naik lagi pas belajar. Waktu itu aku ketemu sama guru Bahasa Inggris anak-anak yang baru. Kemarin aku nggak terlalu kepikiran karena panik dengan kondisi Naka, tapi setelah itu kok dipikir-pikir kayak ada yang ngeganjel gitu. Aku merasa pernah melihat dia sebelumnya.”“Teman masa sekolah atau kuliah kamu dulu kali. Saat itu kan kita bertemu ribuan orang, tapi hanya berinteraksi dengan sekitar beberapa ratus saja karena beda kelas atau sebagainya,” sahut Vino sambil lanjut memeriksa tablet berisi file pekerjaan di tangannya.“Iya, kah? Tapi dia terlihat jauh lebih muda, Mas. Mungkin empat sampai lima tahun di bawah kita. Orang
Hari ini Ratu kembali bekerja dengan tak fokus. Kepalanya penuh dengan segala permasalahan terkait dirinya, Vino, Soraya, hingga si kembar. Apalagi semenjak pertemuannya dengan Soraya tadi pagi.‘Mbak Soraya sepertinya memang benar-benar tak tahu tentang diriku. Sedangkan fakta kalau dia tengah membesarkan anakku, dia bahkan tak tahu hubunganku dengan Mas Vino di masa lalu. Di mana artinya rencana Mas Vino dan Pak Herdean untuk cuci tangan memang berhasil.’Tak pernah sekalipun Ratu tak emosi memikirkan semua itu. Bahkan walau terbukti kalau Soraya tak salah dalam semua ini, hatinya malah semakin membenci. Rasa iri pada wanita itu menumpuk kian tinggi semakin harinya.‘Wanita itu juga… betapa sombongnya dia. Hanya karena aku menjadi guru di sekolah anak-anaknya, dia merasa berkedudukan lebih tinggi dariku. Serta tadi saat aku ingatkan kalau aku pernah jadi mantan suaminya, sikapnya menjadi lebih arogan lagi. Dari awal fakta kalau dia tak ingat wajahku sangatlah menyebalkan, padahal s
“Naka, ayo terbang!”“Aaaaa… Papa!”Naka tertawa senang kala Vino mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi, lalu bahkan sesekali melemparnya ke udara. Membuat anak itu merasa seperti tengah terbang saja dalam lindungan sang ayah. Teriakan sang putra langsung membuat Soraya langsung melirik ke arah mereka.“Hati-hati, Mas. Ntar jatuh Nakanya. Kamu suka banget deh begitu,” omelnya sambil sibuk membantu beberapa Asisten Rumah Tangga menyiapkan beberapa daging segar yang akan digunakan untuk pesta barbeque keluarga malam ini.“Iya nih, Mama juga cemas. Naka itu kan punya penyakit asma yang mudah kambuh kalau kamu kejutkan begitu. Gimana kalau kambuh coba?” ucap Indah yang juga tampak ikut bekerja.“Para ladies ini terlalu cemas deh.” Arvino menyahut sampe terkekeh. “Aku tahu kok yang aku lakukan, sehingga nggak mungkin aku bahayain dia. Lagipula Naka selalu senang banget main pesawat-pesawatan. Ya nggak, Nak?” tanyanya sambil mengusap sang putra yang telah kembali dia turunkan ke tanah.“Hm… mai
Lima tahun yang lalu. Beberapa bulan semenjak kelahiran Nala dan Naka.“Papa bilang kamu nggak usah memikirkan lagi soal perempuan itu. Papa udah urus semuanya. Kamu hanya perlu fokus sama istri dan kedua anak kamu, sehingga mereka tak akan pernah menyadari semua ketidakberesan ini.”Hardean menyahut begitu saat sekali lagi Vino menanyakan soal keberadaan Ratu.Vino sebenarnya ingin tak peduli sepenuhnya, namun tetap saja ini sudah menjadi urusannya sejak awal. Walau bagaimanapun dia yang terlibat langsung dengan Ratu. Sehingga setelah perempuan itu menghilang begitu saja setelah melahirkan, tentu saja dia jadi terus penasaran. Dia juga khawatir kalau saja nantinya perempuan itu akan kembali datang dan mengacaukan semuanya.“Aku hanya pastikan saja semuanya aman, Pa—““Aman. Semuanya aman-aman saja, jadi kamu sama sekali nggak perlu mencemaskan hal ini. Papa yang akan mengurus semuanya.” Hardean menyahut cuek sambil terus bekerja. Sampai ketika ia tiba-tiba menghentikan pekerjaannya,
Vino melihat mobil yang dinaiki oleh istri dan kedua anaknya mulai bergerak meninggalkan gedung Taman Kanak-Kanak itu. Pria itu bahkan sedikit merungkukkan badannya di bagian belakang mobil, sehingga mereka tidak melihat keberadaannya di sana.Setelah merasa yakin mereka telah pergi, barulah Vino meluruskan duduknya lagi. Pandangannya tertuju pada pintu pagar dengan cat biru muda itu.“Sedan putih di depan. Sepertinya inilah mobil yang dimaksudkan oleh anak buah yang bertugas, Pak.”Vino memfokuskan pandangan pada kendaraan yang dimaksud saat hendak melewati mereka. Sekilas dari jendela kaca, dia seperti melihat wajah dari pengemudinya. Sepertinya cocok dengan orang di foto yang didapatkannya pagi ini.“Segera ikuti dia, Fad.”“Baik, Pak.” Fadly beralih pada sopir di sampingnya. “Pak, tolong ikuti mobil yang tadi. Jangan sampai hilang.”“Siap, Pak.”Mobil mewah itu pun bergerak lagi meninggalkan gedung sekolah itu. Mereka berusaha mengekori mobil sedan yang dieprkirakan dikendarai ole
Dengan tangan yang saling bertautan, Soraya dan Vino memasuki lokasi pesta tersebut. Senyuman kebahagian terpancar di wajah masing-masing saat mereka menyapa beberapa undangan yang cukup mereka kenal dalam lingkungan bisnis ini. Memungut setiap pujian serta ucapan selamat dari semua orang atas posisi baru Vino di perusahaan.“Kita sapa Pak Tanaka dulu, sayang,” bisik Vino setelah mereka berdiri sebentar untuk berbasa basi dengan undangan itu. “Mereka di sana.”Soraya menganggukkan kepalanya. Lantas setelah pamit sejenak pada orang-orang tadi, mereka pun lebih bergeser untuk memasuki ruangan. Menuju pemilik acara yang tampak selalu sibuk untuk menyapa semua tamu undangan.“Itu istri mudanya Pak Tanaka. Wah, dia cantik banget. Bahkan terlihat sangat muda -- seperti masih ABG karena gen mereka yang sering terlihat lebih muda. Apa aku nggak kelihatan kayak Tantenya saat berdiri dengannya nanti,” bisik Soraya sambil mereka terus mendekati pasangan yang sibuk menyapa semua orang itu.Vino t