Dengan tangan yang saling bertautan, Soraya dan Vino memasuki lokasi pesta tersebut. Senyuman kebahagian terpancar di wajah masing-masing saat mereka menyapa beberapa undangan yang cukup mereka kenal dalam lingkungan bisnis ini. Memungut setiap pujian serta ucapan selamat dari semua orang atas posisi baru Vino di perusahaan.“Kita sapa Pak Tanaka dulu, sayang,” bisik Vino setelah mereka berdiri sebentar untuk berbasa basi dengan undangan itu. “Mereka di sana.”Soraya menganggukkan kepalanya. Lantas setelah pamit sejenak pada orang-orang tadi, mereka pun lebih bergeser untuk memasuki ruangan. Menuju pemilik acara yang tampak selalu sibuk untuk menyapa semua tamu undangan.“Itu istri mudanya Pak Tanaka. Wah, dia cantik banget. Bahkan terlihat sangat muda -- seperti masih ABG karena gen mereka yang sering terlihat lebih muda. Apa aku nggak kelihatan kayak Tantenya saat berdiri dengannya nanti,” bisik Soraya sambil mereka terus mendekati pasangan yang sibuk menyapa semua orang itu.Vino t
[+62812XXXXXXX9: Ini aku, Mas. Wanita bergaun biru yang datang hanya untukmu. Temui aku di balkon menuju toilet lantai ini sekarang. Aku menunggu untuk kamu.]Baru sekitar dua menit setelah Ratu tampak berjalan menuju arah kamar mandi, pria itu menerima pesan itu di ponselnya. Membuatnya nyaris meludahkan tetesan anggur yang tengah dikecapnya.Dilayangkannya pandangan ke arah sang istri yang duduk tepat di sampingnya. Walaupun perhatian perempuan itu kini teralihkan pada istri Tuan Tanaka yang duduk di sisinya yang lain. Di mana mereka tampak akrab lebih mudah dari yang Vino bayangkan.Ponselnya bergetar lagi. Sebuah pesan masuk lagi.[+62812XXXXXXX9: Datanglah kalau tidak mau aku membuat masalah. Jangan mengujiku. Lagipula kamu bisa berpura-pura seperti menyapa lagi mantan karyawanmu dulu, kan? Aku hanya memberimu waktu kurang lebih sepuluh menit, Mas. Kutunggu.]Arvino semakin mendesah kesal. ‘Bisa-bisanya dia memerintahku,’ gumam pria itu di dalam hati.Namun, kemudian terpikir ol
‘Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Papa kepada Ratu? Kenapa dia tampak sedendam itu?’Kepala Vino jadi dipenuhi oleh hal itu setelahnya. Dari sejak dia meninggalkan tempat pesta tadi, di jalan pulang, bermesraan dengan Soraya, hingga kini saat seharusnya dia mengistirahatkan tubuh setelah lelah seharian. Pikirannya tak bisa berhenti untuk menemukan jawaban atas rasa penasaran ini.Dialihkannya pandangan menuju jam dinding yang menempel di salah satu sudut ruangan, menemukan jarum pendek dan panjangnya sama-sama menunjuk angka tiga. Berarti subuh akan segera jatuh tak lama lagi. Namun, kenapa dia masih juga belum mengistirahatkan dirinya?Kini diliriknya sosok yang tidur tenang di sisinya. Soraya tampak telah tertidur nyenyak walau telah melepaskan diri dari dekapan sang suami. Sebab tentu dia pun juga kelelahan seharian ini mulai dari merawat anak-anak hingga menghadiri pesta. Sehingga setelah tadi mereka bertukar pakaian dan sambil bercumbu selama beberapa menit, akhirnya dia menyer
“Semalam sekitar jam setengah empat kamu ke mana, Mas? Kenapa pas aku bangun kamu nggak ada?”Pertanyaan dari Soraya itu sempat membuat Vino membeku. Sejenak, pria itu terbata dan bingung akan menjawab apa. Sampai kemudian ia dengan cepat mengendalikan kegugupan di dalam hatinya.“Oh, aku nggak bisa tidur. Aku pergi ke atas ke ruangan Papa, lalu merokok sejenak di sana,” katanya santai sambil mendekati sang istri dan duduk di depannya.Ekspresi Soraya tampak sedikit berubah. Dipandangnya sang suami dengan ekspresi prihatin. “Kamu masih sering kepikiran soal Papa ya? Tapi kamu nggak pernah terus terang kepadaku dan menanggungnya sendiri?”Vino padahal hanya menutupi perbuatannya semalam, namun tetap saja dia tersentuh dengan perhatian sang istri. Apalagi karena sesungguhnya memang dia belum sepenuhnya terbiasa ditinggal oleh Hardean. Baik itu sebagai anak, maupun sebagai seorang profesional yang kini menjabat sebagai CEO dadakan. Sehingga tetap saja dia begitu sangat mengapresiasi ucap
‘Ratu benar-benar tak bercanda soal ancamannya. Dia tak hanya menyelundup ke sekolah anak-anak dan mendekati Soraya, dia bahkan mulai mengirimkan sinyal-sinyal tertentu kepada Naka. Aku benar-benar harus segera menghentikannya.’Kembali, pikiran Vino kacau hari ini sehingga ia tak bisa fokus bekerja. Mengunakan kekuasaannya sebagai pimpinan perusahaan, dia kembali menghentikan seluruh jadwal yang harus dihadirinya untuk hari ini. Lalu bolos sekali lagi dengan meninggalkan kantor lebih awal.Nyatanya ada janji baru yang malah dibuatnya di depan kantor. Janji itulah yang membawanya ke sini, di depan gedung Rumah Sakit Brahmadja. Tempat di mana lima tahun yang lalu Nala dan Naka dilahirkan dengan selisih beberapa jam, lalu kebohongan besar untuk Soraya pun dibuat.“Sudah lama kamu tak mengunjungi Om langsung di sini, Vin. Biasanya kita hanya bertemu saat Om diundang sama mendiang Papa kamu ke rumah. Serta tentu saja… waktu kemarin Om dan keluarga melayat ke sana.”Dokter Gilang berkata b
Ratu kembali masuk ke kelas si kembar untuk mengajar Bahasa Inggris hari ini. Ini adalah hari yang selalu lebih dia tunggu dibanding hari-hari lainnya dalam setiap minggu. Karena walaupun dia sudah terbiasa mendekati mereka saat jam bermain, namun setidaknya di kelasnya dia bisa punya waktu yang lebih panjang dan leluasa. Terutama untuk dekat-dekat dengan anak kandungnya.“Woah… Naka pintar deh. Tulisannya jadi semakin jelas, terus ejaannya juga tepat,” puji Ratu setelah memeriksa pekerjaan sang putra. Tak lupa ia mengelus kepala bocah itu.“Punyanya Nala gimana, Miss? Nala benar juga, kan?” tanya gadis kecil yang selalu dengan putranya ke mana-mana. Sosok yang kini malah semakin tak disukainya itu, namun harus pura-pura dia pedulikan untuk tak menjadi penghalang bagi rencananya.“Ya. Nala juga pintar banget, sayang. Tulisanmu juga bagus.”Dan tentu saja, Ratu harus selalu berusaha berikap adil dengan anak-anak lainnya agar orang lain tak curiga. Dia terus menyempatkan waktu untuk men
Hanya menunggu selama lima menit saja, terdengar ketukan pintu dari arah luar ruangan VIP di restoran pilihannya itu. Tak lama kemudian dibuka dari luar oleh salah satu pelayan di tempat ini.“Permisi, Tuan. Nona Ratu yang Anda tunggu telah datang,” ucapnya dengan sangat santun.“Terima kasih.”Dan, memang wanita itu akhirnya menampakkan diri di hadapannya lagi. Melepas pakaian formal saat mengajar, kini Ratu kembali pada dirinya sendiri. Dia tampak sangat nyaman dengan pakaian yang pas di setiap lekukan tubuhnya. Jangan lupa dengan make-up yang terkesan sensual dengan tatanan rambut yang dibuat tergerai.“Aku senang deh karena kamu tungguin. Jangan bilang kalau selama lima tahun ini sebenarnya kamu nggak bisa melupakanku, lalu menungguku untuk muncul lagi di hadapanmu seperti ini,” ucap perempuan itu sambil mendudukkan diri di depan pria itu.“Jangan bermimpi kamu.” Vino menyahut singkat sambil membuka buku menu. “Ayo. Segeralah pesan sesuatu sebelum kita masuk dalam obrolan.”“Kamu
Suasananya masih hening dengan hanya ditemani suara desisan dari AC. Di meja satu-satunya yang hanya berisi secangkir kopi dan segelas jus jeruk, kedua orang itu masih saling berhadapan. Dengan posisi satunya duduk tenang dan berwajah tegang, sementara yang satunya terus menggoda dengan sedikit mencondongkan tubuhnya untuk memegang tangan sang pria.“Mas, aku mau bekerja sama kalau kamu mau. Aku bisa berhenti mengusik kehidupan kamu dan bahkan tak mengungkap soal identitas Naka, tapi kamu harus bersedia untuk membuka hatimu untukku. Kamu harus memberiku ruang yang lebih lapang di dalam kehidupan kamu. Aku rela kok kalau kita harus sembunyi-sembunyi, atau… dicap pelakor sekalipun. Aku nggak peduli. Yang penting bagiku hanyalah agar aku bisa dapat bersama dengan kamu--““Berhentilah bicara sampah.” Di satu titik Vino akhirnya bersuara sambil menepis tangan Ratu. “Nggak mungkin saya melakukan itu.”“Mas --““Bagaimanapun kamu berusaha untuk memutarbalikkan fakta, yang terjadi malam itu a