Suasananya masih hening dengan hanya ditemani suara desisan dari AC. Di meja satu-satunya yang hanya berisi secangkir kopi dan segelas jus jeruk, kedua orang itu masih saling berhadapan. Dengan posisi satunya duduk tenang dan berwajah tegang, sementara yang satunya terus menggoda dengan sedikit mencondongkan tubuhnya untuk memegang tangan sang pria.“Mas, aku mau bekerja sama kalau kamu mau. Aku bisa berhenti mengusik kehidupan kamu dan bahkan tak mengungkap soal identitas Naka, tapi kamu harus bersedia untuk membuka hatimu untukku. Kamu harus memberiku ruang yang lebih lapang di dalam kehidupan kamu. Aku rela kok kalau kita harus sembunyi-sembunyi, atau… dicap pelakor sekalipun. Aku nggak peduli. Yang penting bagiku hanyalah agar aku bisa dapat bersama dengan kamu--““Berhentilah bicara sampah.” Di satu titik Vino akhirnya bersuara sambil menepis tangan Ratu. “Nggak mungkin saya melakukan itu.”“Mas --““Bagaimanapun kamu berusaha untuk memutarbalikkan fakta, yang terjadi malam itu a
Di sanalah untuk pertama kalinya Indah mengetahui tentang rahasia besar yang disembunyikan oleh anak dan suaminya selama lima tahun ini. Vino tak punya pilihan untuk menceritakannya, sebab dia kembali masuk perangkap yang dibuat oleh Ratu. Dan melawan perempuan itu terus menambahkan bumbu dalam kenyataan yang ada, dia memastikan ibunya mendengar kebenarannya secara lengkap dari mulutnya sendiri.Maka kini, sekitar satu jam kemudian, hanya bersisa kedua ibu dan anak itu di dalam ruangan VIP restoran tadi. Sementara Ratu telah meninggalkan tempat itu sepuluh menit yang lalu, setelah berhasil mengacaukan segalanya. Padahal bukan itu niat Vino mengajaknya bertemu seperti ini.“Ma? Mama nggak apa-apa?” Vino memandang ibunya yang hanya menunduk saja itu dengan takut-takut. “Ma… aku udah suruh Fadly untuk memesan minum serta makanan kesukaan Mama, Mama makan dulu ya. Soalnya tadi Mama langsung ingin bicara saja tanpa mau ditenangkan --““Gimana mungkin Mama bisa tenang setelah mengetahui fak
“Untunglah sekarang terkonfirmasi kalau Mas Vino, Dokter Gilang, hingga Bu Indah sama sekali tak tahu menahu soal apa yang dilakukan oleh Pak Hardean padaku waktu di Kanada. Sehingga pastinya mereka tak punya file-file itu.”Ratu bergumam begitu sesampainya dia di apartemennya. Setelah dia kembali berhasil mengotak-atik kehidupan Vino dan bahkan perasaan Indah di hari ini.“Lalu… di mana file-file itu? Aku yakin Pak Hardean pasti masih menyimpannya untuk selalu memastikan aku tidak kembali ke Jakarta. Kira-kira di mana dia menyembunyikannya sehingga bahkan tak diketahui oleh orang-orang terdekatnya?”Sambil sedikit melenguh, Ratu pun menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Merasakan kelelahan yang dia rasakan.“Aku harus terus mencarinya, namun… sebelum itu aku bereskan dulu permasalahan Naka. Aku yakin setelah kini Bu Indah tahu, maka mungkin bisa jadi mereka mulai memikirkan untuk mengaku pada Mbak Soraya untuk memperkecil dampaknya. Nggak seru dong kalau Mbak Soraya tahu dari mereka,
“Mami sebenarnya maunya kamu ke sini setelah anak-anak pulang sekolah aja. Tapi sayang banget Mami harus menghadiri rapat lagi setelah ini, sehingga bisanya sekarang ini saja. Tapi Mami janji kalau dalam minggu ini Mami pasti bakal berkunjung ke rumah kalian.”Dian, orang tua wanitanya Soraya, berkata begitu sambil meninggalkan mejanya sebagai pimpinan perusahaan. Lalu mendekati sofa di mana putri bungsunya baru saja mendudukkan tubuhnya di sana setelah kedatangannya.Soraya tampak tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. “Iya, Mi. Tapi beneran ya, Mi? Anak-anak udah kangen banget tuh sama Mami. Mereka sering nanyain kenapa Oma Mami mereka sulit banget ditemui.”“Iya. Mami pasti bakal siapin waktu khusus untuk mereka kali ini.”Sebenarnya dulu saat masih kecil hingga remaja, Soraya sering merasa protes kenapa ibunya begitu berbeda dengan ibu-ibu yang lain. Dian sangatlah sibuk hingga jarang di rumah dan memberinya kasih sayang. Dia dan kakaknya lebih banyak menghabiskan waktu dengan
Semua ini terus mengusik kepala Arvino. Membuat pria itu tak bisa fokus bekerja karena terus sibuk memikirkan tentang permasalahannya dengan Ratu.‘Aku benar-benar bingung. Aku tak bisa memenuhi kesepakatan dengan Ratu yang menginginkan agar kami berhubungan gelap, karena aku tahu itu hanya jebakan yang akan menjeratku semakin jauh. Sementara… aku belum siap untuk mengakui semua ini pada Soraya. Sejujurnya… aku merasa tak akan mampu karena aku tahu kalau Aya nggak akan pernah memaafkanku.’Vino mendesah di ruangannya sambil memegangi kepalanya yang terasa hendak meledak. Ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa.Diliriknya lagi layar ponselnya, lalu membaca pesan yang didapatkannya dari sang ibu tadi pagi.[Mama: Kamu masih belum mengakuinya? Mama sebenarnya nggak mau terus cerewet padamu bak kamu masih seorang bocah, tapi… Mama pikir itulah yang harus segera kamu lakukan sebelum terlambat. Dan jangan terima tawaran apapun dari wanita itu ataupun melakukan hal-hal yang akan lebih mem
Vino merasakan ketegangan yang tak biasa lagi saat pulang ke rumahnya sore ini. Kegelisahan dan rasa was-was semakin sulit untuk ditepis.‘Aku harus bisa mengakuinya malam ini, sebab waktu yang kupunya mungkin akan semakin sedikit. Aku tak boleh sampai keduluan oleh Ratu.’Diniatkannya itu di dalam hatinya saat turun dari mobil dan memasuki pintu utama rumah.“Papa!”“PAPAAAAAA!”Baru sampai di ambang pintu saja, kedua buah hatinya tampak berlari dengan riang ke arahnya sambil memanggil namanya dengan sangat menggemaskan. Sementara di belakang mereka Soraya tampak mengiringi dengan senyuman yang menyejukkan itu di wajahnya nan cantik.“Asyik, Papa udah pulang.”“Selamat datang di rumah, Papa.”Nala dan Naka bergantian menyapa serta menyalaminya. Sehingga tentu saja Vino tak bisa menahan dirinya untuk tak mengusap kepala keduanya dengan sayang.“Sini, Mas. Biar aku bawain tas kamu,” kata Soraya yang menonton dengan setia kemesraan suami dan anak-anaknya. Dengan sabar mengulurkan tangan
‘Kami telah terus memeriksa segala hal terkait Nona Ratu, Pak. Namun… kami tidak menemukan sesuatu yang menarik sama sekali. Selama lima tahun ini beliau hidup tenang di salah satu kawasan di Toronto dengan menggunakan uang dan fasilitas yang diberikan oleh mendiang Pak Hardean. Tapi beliau tetap bekerja di salah satu perusahaan konveksi sebagai seorang sekretaris. Sama sekali tak ada masalah apalagi catatan kriminal selama di sana, walaupun memang beberapa bulan yang lalu dia mengundurkan diri secara mendadak untuk kepulangan ke Indonesia. Waktunya memang tepat sekitar beberapa hari saat Pak Hardean meninggal.’Vino menghela napas berat saat mendengar penjelasan dari Fadly pagi ini. Di mana pria itu juga mendapatkannya dari narasumber terpercaya yang diutus langsung jejak kehidupan Ratu di negara yang dijuluki negeri pecahan es itu.Namun sayangnya, tak ada informasi itu yang berguna untuk dirinya.‘Jadi memang benar dugaanku kalau dia kembali memang setelah mendengar kematian Papa.
[Soraya: Selfie keluarga kecil kami pagi ini sebelum beraktifitas. Suami akhirnya punya waktu lagi mengantar anak-anak ke sekolah, sehingga si kembar ceria banget pagi ini.]Ratu memandang sinis unggahan terbaru dari story chat milik Soraya. Darahnya terasa mendidih melihat keempat orang itu memandang ke kamera dengan senyuman lebar dan ceria. Tak dilupakannya detail seperti bagaimana Vino merangkul pundak sang istri, sementara Soraya mengadu pipinya dengan Naka. Sementara itu Nala dengan manja menempelkan pipinya pada pipi sang ayah.‘Ini apa, Mas? Kamu mengejekku atau apa? Bisa-bisanya kamu tetap sok cuek begini.’Ratu memeriksa interaksi terakhir dengan nomor ponsel Vino. Di mana pria itu masih saja mengabaikan pesan terakhir yang dia kirimkan. Padahal Ratu merasa sudah sangat menekan Vino agar mau memenuhi keinginannya.‘Sepertinya kamu menyepelekanku. Kamu pikir aku hanya bisa menggertak saja? Kamu nggak percaya kalau aku bisa melakukan hal yang tak akan kamu duga?’Sempat Ratu t