Ratu kembali masuk ke kelas si kembar untuk mengajar Bahasa Inggris hari ini. Ini adalah hari yang selalu lebih dia tunggu dibanding hari-hari lainnya dalam setiap minggu. Karena walaupun dia sudah terbiasa mendekati mereka saat jam bermain, namun setidaknya di kelasnya dia bisa punya waktu yang lebih panjang dan leluasa. Terutama untuk dekat-dekat dengan anak kandungnya.“Woah… Naka pintar deh. Tulisannya jadi semakin jelas, terus ejaannya juga tepat,” puji Ratu setelah memeriksa pekerjaan sang putra. Tak lupa ia mengelus kepala bocah itu.“Punyanya Nala gimana, Miss? Nala benar juga, kan?” tanya gadis kecil yang selalu dengan putranya ke mana-mana. Sosok yang kini malah semakin tak disukainya itu, namun harus pura-pura dia pedulikan untuk tak menjadi penghalang bagi rencananya.“Ya. Nala juga pintar banget, sayang. Tulisanmu juga bagus.”Dan tentu saja, Ratu harus selalu berusaha berikap adil dengan anak-anak lainnya agar orang lain tak curiga. Dia terus menyempatkan waktu untuk men
Hanya menunggu selama lima menit saja, terdengar ketukan pintu dari arah luar ruangan VIP di restoran pilihannya itu. Tak lama kemudian dibuka dari luar oleh salah satu pelayan di tempat ini.“Permisi, Tuan. Nona Ratu yang Anda tunggu telah datang,” ucapnya dengan sangat santun.“Terima kasih.”Dan, memang wanita itu akhirnya menampakkan diri di hadapannya lagi. Melepas pakaian formal saat mengajar, kini Ratu kembali pada dirinya sendiri. Dia tampak sangat nyaman dengan pakaian yang pas di setiap lekukan tubuhnya. Jangan lupa dengan make-up yang terkesan sensual dengan tatanan rambut yang dibuat tergerai.“Aku senang deh karena kamu tungguin. Jangan bilang kalau selama lima tahun ini sebenarnya kamu nggak bisa melupakanku, lalu menungguku untuk muncul lagi di hadapanmu seperti ini,” ucap perempuan itu sambil mendudukkan diri di depan pria itu.“Jangan bermimpi kamu.” Vino menyahut singkat sambil membuka buku menu. “Ayo. Segeralah pesan sesuatu sebelum kita masuk dalam obrolan.”“Kamu
Suasananya masih hening dengan hanya ditemani suara desisan dari AC. Di meja satu-satunya yang hanya berisi secangkir kopi dan segelas jus jeruk, kedua orang itu masih saling berhadapan. Dengan posisi satunya duduk tenang dan berwajah tegang, sementara yang satunya terus menggoda dengan sedikit mencondongkan tubuhnya untuk memegang tangan sang pria.“Mas, aku mau bekerja sama kalau kamu mau. Aku bisa berhenti mengusik kehidupan kamu dan bahkan tak mengungkap soal identitas Naka, tapi kamu harus bersedia untuk membuka hatimu untukku. Kamu harus memberiku ruang yang lebih lapang di dalam kehidupan kamu. Aku rela kok kalau kita harus sembunyi-sembunyi, atau… dicap pelakor sekalipun. Aku nggak peduli. Yang penting bagiku hanyalah agar aku bisa dapat bersama dengan kamu--““Berhentilah bicara sampah.” Di satu titik Vino akhirnya bersuara sambil menepis tangan Ratu. “Nggak mungkin saya melakukan itu.”“Mas --““Bagaimanapun kamu berusaha untuk memutarbalikkan fakta, yang terjadi malam itu a
Di sanalah untuk pertama kalinya Indah mengetahui tentang rahasia besar yang disembunyikan oleh anak dan suaminya selama lima tahun ini. Vino tak punya pilihan untuk menceritakannya, sebab dia kembali masuk perangkap yang dibuat oleh Ratu. Dan melawan perempuan itu terus menambahkan bumbu dalam kenyataan yang ada, dia memastikan ibunya mendengar kebenarannya secara lengkap dari mulutnya sendiri.Maka kini, sekitar satu jam kemudian, hanya bersisa kedua ibu dan anak itu di dalam ruangan VIP restoran tadi. Sementara Ratu telah meninggalkan tempat itu sepuluh menit yang lalu, setelah berhasil mengacaukan segalanya. Padahal bukan itu niat Vino mengajaknya bertemu seperti ini.“Ma? Mama nggak apa-apa?” Vino memandang ibunya yang hanya menunduk saja itu dengan takut-takut. “Ma… aku udah suruh Fadly untuk memesan minum serta makanan kesukaan Mama, Mama makan dulu ya. Soalnya tadi Mama langsung ingin bicara saja tanpa mau ditenangkan --““Gimana mungkin Mama bisa tenang setelah mengetahui fak
“Untunglah sekarang terkonfirmasi kalau Mas Vino, Dokter Gilang, hingga Bu Indah sama sekali tak tahu menahu soal apa yang dilakukan oleh Pak Hardean padaku waktu di Kanada. Sehingga pastinya mereka tak punya file-file itu.”Ratu bergumam begitu sesampainya dia di apartemennya. Setelah dia kembali berhasil mengotak-atik kehidupan Vino dan bahkan perasaan Indah di hari ini.“Lalu… di mana file-file itu? Aku yakin Pak Hardean pasti masih menyimpannya untuk selalu memastikan aku tidak kembali ke Jakarta. Kira-kira di mana dia menyembunyikannya sehingga bahkan tak diketahui oleh orang-orang terdekatnya?”Sambil sedikit melenguh, Ratu pun menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Merasakan kelelahan yang dia rasakan.“Aku harus terus mencarinya, namun… sebelum itu aku bereskan dulu permasalahan Naka. Aku yakin setelah kini Bu Indah tahu, maka mungkin bisa jadi mereka mulai memikirkan untuk mengaku pada Mbak Soraya untuk memperkecil dampaknya. Nggak seru dong kalau Mbak Soraya tahu dari mereka,
“Mami sebenarnya maunya kamu ke sini setelah anak-anak pulang sekolah aja. Tapi sayang banget Mami harus menghadiri rapat lagi setelah ini, sehingga bisanya sekarang ini saja. Tapi Mami janji kalau dalam minggu ini Mami pasti bakal berkunjung ke rumah kalian.”Dian, orang tua wanitanya Soraya, berkata begitu sambil meninggalkan mejanya sebagai pimpinan perusahaan. Lalu mendekati sofa di mana putri bungsunya baru saja mendudukkan tubuhnya di sana setelah kedatangannya.Soraya tampak tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. “Iya, Mi. Tapi beneran ya, Mi? Anak-anak udah kangen banget tuh sama Mami. Mereka sering nanyain kenapa Oma Mami mereka sulit banget ditemui.”“Iya. Mami pasti bakal siapin waktu khusus untuk mereka kali ini.”Sebenarnya dulu saat masih kecil hingga remaja, Soraya sering merasa protes kenapa ibunya begitu berbeda dengan ibu-ibu yang lain. Dian sangatlah sibuk hingga jarang di rumah dan memberinya kasih sayang. Dia dan kakaknya lebih banyak menghabiskan waktu dengan
Semua ini terus mengusik kepala Arvino. Membuat pria itu tak bisa fokus bekerja karena terus sibuk memikirkan tentang permasalahannya dengan Ratu.‘Aku benar-benar bingung. Aku tak bisa memenuhi kesepakatan dengan Ratu yang menginginkan agar kami berhubungan gelap, karena aku tahu itu hanya jebakan yang akan menjeratku semakin jauh. Sementara… aku belum siap untuk mengakui semua ini pada Soraya. Sejujurnya… aku merasa tak akan mampu karena aku tahu kalau Aya nggak akan pernah memaafkanku.’Vino mendesah di ruangannya sambil memegangi kepalanya yang terasa hendak meledak. Ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa.Diliriknya lagi layar ponselnya, lalu membaca pesan yang didapatkannya dari sang ibu tadi pagi.[Mama: Kamu masih belum mengakuinya? Mama sebenarnya nggak mau terus cerewet padamu bak kamu masih seorang bocah, tapi… Mama pikir itulah yang harus segera kamu lakukan sebelum terlambat. Dan jangan terima tawaran apapun dari wanita itu ataupun melakukan hal-hal yang akan lebih mem
Vino merasakan ketegangan yang tak biasa lagi saat pulang ke rumahnya sore ini. Kegelisahan dan rasa was-was semakin sulit untuk ditepis.‘Aku harus bisa mengakuinya malam ini, sebab waktu yang kupunya mungkin akan semakin sedikit. Aku tak boleh sampai keduluan oleh Ratu.’Diniatkannya itu di dalam hatinya saat turun dari mobil dan memasuki pintu utama rumah.“Papa!”“PAPAAAAAA!”Baru sampai di ambang pintu saja, kedua buah hatinya tampak berlari dengan riang ke arahnya sambil memanggil namanya dengan sangat menggemaskan. Sementara di belakang mereka Soraya tampak mengiringi dengan senyuman yang menyejukkan itu di wajahnya nan cantik.“Asyik, Papa udah pulang.”“Selamat datang di rumah, Papa.”Nala dan Naka bergantian menyapa serta menyalaminya. Sehingga tentu saja Vino tak bisa menahan dirinya untuk tak mengusap kepala keduanya dengan sayang.“Sini, Mas. Biar aku bawain tas kamu,” kata Soraya yang menonton dengan setia kemesraan suami dan anak-anaknya. Dengan sabar mengulurkan tangan
Delapan bulan kemudian.“Papa!!!”Vino yang awalnya bersandar pada badan mobil tampak langsung mengangkat wajahnya. Ekspresi wajahnya tampak berubah cerah saat melihat Nala dan Naka yang berlari-lari kecil ke arahnya. Di belakangnya tampak sang wali kelas yang mengiringi sambil memperingatkan untuk berhati-hati.Menggunakan tongkat yang selalu dipegangnya, Vino pun juga berusaha mendekati mereka. Hanya beberapa langkah saja sebelum mereka berhadapan.“Sudah sering dibilangin jangan lari-larian. Tuh, denger juga Bu guru Farida sampe kesusahan mengejar kalian begitu,” ucap Vino menasehati mereka. Dengan gemas mengacak rambut mereka secara bergantian.“Habisnya kami senang karena dijemput sama Papa lagi. Mama kan bilang kalau ini terakhir kalinya sebelum Papa kembali masuk kerja,” sahut Naka sambil cemberut.“Iya. Kalau Papa udah kerja kan Papa bakal sibuk banget sehingga nggak bisa antar jemput kami lagi,” sambung Nala ikut cemberut.“Ini artinya kalian nggak suka dijemput Mama begitu?
Sosok yang biasa terlihat glamor itu tampak berantakan. Dengan baju tahanan yang terpasang di tubuhnya, dia duduk di sudut sel dengan memeluk kakinya. Mengabaikan hiruk pikuk dari napi lain yang berbagi ruangan dengannya.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Seorang sipir wanita berteriak dari luar sel, namun beliau tak didengarkan. Baik oleh sosok penyendiri tadi ataupun para napi yang asyik bergosip itu.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Di satu titik salah satu napi yang sibuk bergosip itu melayangkan pandangannya menuju napi yang menyendiri tadi. “Hey, 1036. Ada yang manggil lo tuh. Tuli ya?”Sosok itu masih diam.“Siapa sih dia namanya? Oh, ya, Ratu! Bu sipir manggil lo tuh.”Baru di saat itulah wanita itu bereaksi. Dia mengangkat wajahnya memandang ke arah lawan bicaranya.“Ada yang manggil lo. Dasar ya, belum juga terbiasa sama nomor lo sendiri. Lo hapalin tuh karena itu nama yang bakal lo pake selama bertahun-tahun setelah apa yang lo lakuin ke ana
“Kenapa Bi Yuyun pergi dari rumah kita, Mama? Apa Bi Yuyun beneran nggak bakal kembali?” tanya Naka padanya dengan ekspresi polos. Di mana langsung diangguki oleh gadis kecil di sampingnya.“Iya, Mama. Bi Yuyun kan selalu bersama kita. Bi Yuyun juga sering nemenin Nala dan Dek Naka saat Mama nggak ada. Kami sedih deh kalau Bi Yuyun nggak ada.”Soraya menghela napas pelan mendengar curhatan para malaikat perginya setelah melihat kepergiaan Bi Yuyun beberapa menit yang lalu. Ya, seperti yang sudah disarankan oleh Vino tiga hari yang lalu, Soraya langsung mengecek gerak-gerik Bi Yuyun di rumah ini melalui rekaman CCTV. Dari sana baru disadarinya kalau selama ini sang ART ternyata sering melakukan hal-hal yang mencurigakan.Tentu saja beliau sudah tak bisa kerja di sini lagi. Apalagi karena Bi Yuyun akhirnya mengakui segala tuduhan itu. Walaupun dia minta maaf sambil memohon dan berjanji tak mengulangi tapi nasi telah menjadi bubur. Apalagi mengingat dampak yang terjadi karena ulah beliau
“Udah empat hari sejak kejadian itu, tapi… Vino belum sadar juga.”Soraya langsung mengelus pundak Indah saat mendengar hal itu. Lantas dia mengalihkan pandangannya menuju ranjang pasien di mana suaminya berbaring.Vino saat ini masih dirawat di ruang ICU, namun keluarga akhirnya diizinkan menjenguk mulai dari kemarin. Walaupun mereka harus dipastikan steril dan mengenakan jubah khusus. Serta hanya boleh sekitar lima belas menit saja di dalamnya.“Apa semuanya akan baik-baik saja? Apakah dia akan sadar? Mama nggak bakal kuat kalau Vino juga harus pergi seperti Papa --““Sst, Ma. Jangan mikir gitu. Mas Vino pasti kuat kok, Ma. Dia pasti akan segera sadar. Sebab itulah yang sedang dia perjuangkan dengan terus bertahan seperti sekarang. Jadi… dia pasti akan bangun, Ma. Mas Vino kan orangnya kuat dan pemberani.”Soraya mengatakan itu dengan penuh keyakinan dan semangat, walaupun ada celah di dalam hatinya yang malah berpikir sebaliknya. Nyatanya dia juga mempunya ketakutan yang besar meli
Seluruh tubuh Soraya langsung bergetar hebat saat mendengar kabar di telepon. Dia sampai tak tahu harus bicara apa.“Ada apa, Bu? Apa ada masalah?” tanya babysitter Ekky yang awalnya bercengkerama ringan dengannya di ruang tamu apartemennya Evan. Sekitar beberapa menit setelah mereka menidurkan si kecil.Soraya tak mampu menjawab pertanyaan itu. Dia terlalu syok dan kebingungan dengan semua ini. Rasa takut juga langsung melingkupinya.“Bu?” tanya babysitter itu lagi dengan khawatir.“S-Saya… saya pulang dulu ya, Sus. A-Ada masalah di rumah. S-Saya titip E-Ekky… nanti saya telepon Evan juga buat kasih tahu. S-Saya permisi.”Dengan tubuh masih bergetar Soraya bangkit dari sana. Tampak kebingungan sendiri dengan apa yang dia lakukan. Untungnya sang babysitter tadi dengan sigap mengambilkan tas Soraya yang tertinggal di atas sofa.“Ini, Bu. Nanti ketinggalan.”“O-Oh ya. Makasih ya, Sus. S-Saya pulang dulu.”“Y-Ya, Bu. Hati-hati.”Soraya bergegas meninggalkan unit apartemen itu dengan tubu
Vino tak bisa menepis perasaan di hatinya. Ia benar-benar yakin kalau memang ada penyusup di antara pegawainya berdasarkan pengamatannya belakangan ini, namun sayangnya ia belum sempat memastikan hal itu sama sekali. Sehingga kini itu jadi ganjalan baru di tengah pekerjaannya.‘Haruskah aku mengambil cuti sejenak untuk sekadar memastikan? Aku benar-benar kepikiran dan khawatir kalau firasat ini benar. Tapi masalahnya kan sekarang lagi banyak kerjaan.’Di saat itu tiba-tiba ia jadi kepikiran tentang apa yang menimpanya saat Fadly berkhianat. Vino sangat ingat bagaimana itu semua itu terjadi tanpa peringatan sama sekali, seperti hujan badai yang datang di siang hari yang awalnya cerah. Vino tak akan pernah melupakan perasaan itu. Ia tak akan pernah lupa rasanya ditikam dari belakang oleh orang begitu ia percayai. Lalu saat tersadar semuanya benar-benar sudah terlambat.‘Enggak. Aku harus memastikannya sekarang. Aku nggak boleh jatuh ke lubang yang sama.’Kala memikirkan itu Vino segera
[SPY: Terima kasih atas uangnya. Aku selalu tahu kamu akan menepati janjimu. Sekarang… berusahalah sebaik mungkin untuk sisa rencanamu itu. Sementara aku… akan segera meninggalkan negeri ini dulu untuk menghambur-hamburkan uang yang kudambakan seperti ini. Jangan menghubungiku lagi karena nomor ini akan kusingkirkan. Dan yang sangkutpautkan aku dengan apapun yang tengah kamu kerjakan. Good luck!]Ratu mematikan layar ponselnya kembali setelah membaca pesan singkat tersebut. Dia lalu melemparkan benda tersebut begitu saja ke atas jok mobil di sampingnya.Omong-omong saat ini perempuan itu kembali berada di jalan yang menghubungkan kompleks perumahan elit yang ditinggali keluarga Bentala menuju jalan raya. Tepatnya beberapa ratus meter dari pos penjagaan di mana sebelumnya dia pernah dua kali mencegat Vino yang hendak pergi bekerja.‘Di sini terakhir kali kita bertemu. Selanjutnya di mana? Aku nggak keberatan kalau harus bertemu denganmu di persidangan atau sebagainya. Yang jelas… kamu
“Hari ini Bu Farida akan datang lagi untuk mengajar ke rumah ini. Tapi nantinya… setelah kita dapat sekolah lagi, Bu Farida tak akan ke sini lagi. Nala sedih deh kalau memikirkannya,” celoteh Nala di tengah sarapan mereka pagi ini. Di mana hari yang baru dan cerah telah kembali menyapa di rumah kediaman yang penuh cinta ini.“Nggak apa-apa, Kakak. Kan kita akan tetap bertemu dengan Bu Farida di sekolah. Begitu juga dengan guru-guru kita yang lainnya, seperti: Bu Arin, Bu Mega, Bu Helen, Bu --““Dan ibu guru cantik Miss Ratu!”Baik Soraya maupun Vino sama-sama langsung tersedak mendengar ucapan polos Naka itu. Serempak mereka saling berpandangan, sebelum beralih pada kedua bocah yang terus mengobrol dengan riang gembira itu. Sementara Indah juga tampak memasang ekspresi prihatin di wajahnya.“Pokoknya aku udah nggak sabar buat ketemu semua guru dan teman-teman. Aku ingin agar dapat segera sekolah.”“Naka juga, Kak.”Dan akhirnya pembicaraan itu terhenti juga karena kini mereka mulai me
‘Soraya benar-benar harus dikasih pelajaran. Dia tak seharusnya cari gara-gara padaku seperti ini.’Setelah diam membisu selama berjam-jam lamanya, setelah dia benar-benar panik akibat serangan tak terduga dari Soraya, di suatu titik Ratu akhirnya menarik kesimpulan. Setelah tadi dia benar-benar hanya diam saja sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan di tengah krisis ini.Lalu apa keputusannya?Bukannya merasa kapok dan mundur agar rahasianya itu bisa aman, dia malah berfokus tentang bagaimana caranya memberi pelajaran terhadap Soraya. Sebab Ratu merasa Soraya bukanlah orang yang seharusnya memperlakukannya begini. Sampai kapanpun wanita itu bukanlah tandingannya sama sekali.‘Aku akan membuatnya menyesal karena telah cari gara-gara denganku. Lihat saja, hal yang dia sebut senjata ini pada akhirnya akan berbalik melukai dirinya sendiri.’Berhenti menenggak minuman keras yang terus saja dia masukkan ke dalam tubuhnya, Ratu segera meraih ponselnya untuk menghubungi Fadly. Dia memin