Lima tahun kemudian. Sekitar dua bulan yang lalu.Wanita bertubuh seksi itu tampak baru keluar dari salah satu terminal kedatangan di Bandara Internasional Seokarno Hatta. Tangannya tampak menyeret sebuah koper.Di tengah kesibukan orang-orang di sekitarnya, langkahnya lalu berhenti seketika. Saat matanya menangkap layar TV yang sedang menanyangkan sebuah berita.‘Seminggu semenjak pebisnis Hardean Nicko Bentala tewas karena ditembak oleh mantan karyawan yang sakit hati padanya. Kini kabarnya putra tunggal mendiang, Arvino Hardean Bentala ditunjuk sebagai pengganti posisi ayahnya sebagai CEO dari Bentala Corp. Arvino akan kembali bekerja senin depan, setelah masa berkabung keluarga besar Bentala selesai.’Senyuman licik di wajah perempuan itu pun terlihat. Dia tampak membuka kacamata hitam yang terpasang di wajahnya, sehingga kita dapat melihat wajahnya. Lalu seperti yang mungkin sudah ditebak. Sosok itu tak lain merupakan Ratu.Tak banyak hal yang berubah dari perempuan itu. Tentu sa
Senin pagi ini menjadi sedikit berbeda bagi pasangan suami istri yang telah bersama selama lima tahun lebih itu. Tentu saja mereka harus bangun pagi dan mempersiapkan sang kepala keluarga yang harus pergi bekerja, namun nuansa dan ketegangannya berbeda. Apalagi di wajah Vino.“Kenapa Pak CEO? Kamu gugup ya di hari pertama bekerja dengan jabatan baru?”Soraya menggoda Vino setelah memasangkan dasinya. Tersenyum saat memandang wajah pria itu lagi.“Ya… gimana nggak gugup, sayang. Selama ini aku hanya berfokus dengan posisiku sebagai Direktur di bidang pemasaran, lalu kini aku disuruh untuk menempati posisi yang tanggung jawabnya jauh lebih besar. Maksudku… tentu saja dari dulu aku selalu dilatih dan dipersiapkan untuk menggantikan posisi Papa, tapi aku tak mengira bakal secepat ini. Aku pikir masih ada waktu hingga belasan tahun lagi.”“Namanya kan juga musibah, Mas. Kita semua nggak bakal tahu kalau Papa akan pergi secepat itu.” Soraya tersenyum miris. “Tapi kamu pasti bisa kok, Mas. K
“Apa menjadi Presdir itu berarti… Papa akan lebih sibuk dan jarang pulang ke rumah, Mama? Sama seperti kakek dulu yang bahkan sering tidak ikut makan malam dengan kita?” Pertanyaan polos Nala itu membuat Soraya sedikit melirik ke spion dalam yang menggantung di bagian depan mobil. Kebetulan karena mereka tengah berhenti di lampu merah, jadi Soraya yang tengah menyetir bisa mengalihkan fokusnya dari jalanan sejenak. “Hm… tentu saja Papa bakal jadi lebih sibuk dari biasanya, Papa juga akan lebih sering dinas di luar hingga bermalam, tapi… yang pastinya Papa akan berusaha untuk tetap meluangkan waktu untuk kalian,” sahut Soraya sambil tersenyum. Kedua bocah itu serempak menghela napas berat tak terima. “Tenang saja, anak-anak. Papa itu sangat sayang sama kalian, sehingga sesibuk apapun Papa pasti tidak akan pernah membuat kalian kesepian. Jadi kalian jangan mengkhawatirkan apapun. Kita dukung Papa dengan posisi barunya, oke?” tanya Soraya dengan nada riang sambil menyemangati keduanya
“Mama, di sekolah kami sekarang… ada ibu guru cantik.”Celotehan Nala membuat Soraya menghentikan makannya. Lantas dilayangkannya pandangan pada sang putri di seberang meja yang memasang senyuman polos padanya sambil memakan es krim di depannya.“Ibu guru cantik?” tanya Soraya heran.“Hm… guru bahasa inggris kami yang baru. Ibu itu tubuhnya tinggi, pakaiannya selalu bagus, lalu rambutnya berwarna kuning seperti bule-bule. Orangnya juga sangat baik dan ramah,” sambung Nala lagi dengan riang.“Oh… jadi akhirnya TK sudah mendapatkan guru bahasa inggris yang baru? Soalnya sebelumnya Mama memang melihat selebaran lowongan pekerjaan di mading depan, tapi beberapa hari ini emang udah nggak ada lagi.” Soraya kini mengalihkan perhatiannya pada si bungsu yang juga tengah sibuk menghabiskan es krimnya. “Menurut Naka gimana? Emang Ibu gurunya secantik itu ya sampe Kak Nala kayaknya suka banget padahal baru kenal? Apa Ibu gurunya emang baik?”“Hm….” Naka menggeleng cepat dengan mulut penuh es krim
“Ibu guru, tolong! Naka sepertinya sakit!”Di suatu hari Ratu tengah masuk ke kelasnya si kembar untuk melakukan tugasnya mengajar Bahasa Inggris. Di saat itu, Nala tiba-tiba berseru sambil mengangkat satu tangannya.Sontak, Ratu pun menghentikan pengajarannya. Lantas kemudian dia segera mendekati anak-anak tersebut. Dilihatnya Naka tampak membaringkan kepalanya dengan lemas di atas meja.“Naka? Kamu bisa dengar ibu?” Ratu kaget saat tangannya menyentuh kulit dahi sang bocah. “Astaga, badan kamu terasa panas. Sepertinya kita harus bawa ke UKS.”“Aah… Naka, sakit lagi… sakit lagi… hobi sekali dia sakit.”Perhatian Ratu beralih pada beberapa anak murid lainnya yang tiba-tiba mengeluh. Walau dengan nada polos, tapi tetap saja bukan sesuatu yang baik untuk didengar.“Iya. Heran deh kenapa dia lembek banget? Padahal Nala yang cewek aja selalu kuat dan sehat.”“Kata Mamiku… dia itu tipe anak cowok lemah.”“Heh, kalian jangan sembarangan ngomong soal adikku ya! Kalian tidak tahu apa-apa!” Na
“Tapi sebenarnya dia terlihat familier. Apa aku pernah bertemu dengannya ya?” gumam Soraya tiba-tiba sambil berhenti mengunyah buah anggur yang tengah dia makan. Tentu saja membuat suaminya yang tengah duduk disampingnya menoleh heran.“Siapa memangnya?” tanya Vino penasaran.“O-Oh… enggak, Mas. Jadi seperti yang kubilang, kemarin kan Naka suhu tubuhnya mendadak naik lagi pas belajar. Waktu itu aku ketemu sama guru Bahasa Inggris anak-anak yang baru. Kemarin aku nggak terlalu kepikiran karena panik dengan kondisi Naka, tapi setelah itu kok dipikir-pikir kayak ada yang ngeganjel gitu. Aku merasa pernah melihat dia sebelumnya.”“Teman masa sekolah atau kuliah kamu dulu kali. Saat itu kan kita bertemu ribuan orang, tapi hanya berinteraksi dengan sekitar beberapa ratus saja karena beda kelas atau sebagainya,” sahut Vino sambil lanjut memeriksa tablet berisi file pekerjaan di tangannya.“Iya, kah? Tapi dia terlihat jauh lebih muda, Mas. Mungkin empat sampai lima tahun di bawah kita. Orang
Hari ini Ratu kembali bekerja dengan tak fokus. Kepalanya penuh dengan segala permasalahan terkait dirinya, Vino, Soraya, hingga si kembar. Apalagi semenjak pertemuannya dengan Soraya tadi pagi.‘Mbak Soraya sepertinya memang benar-benar tak tahu tentang diriku. Sedangkan fakta kalau dia tengah membesarkan anakku, dia bahkan tak tahu hubunganku dengan Mas Vino di masa lalu. Di mana artinya rencana Mas Vino dan Pak Herdean untuk cuci tangan memang berhasil.’Tak pernah sekalipun Ratu tak emosi memikirkan semua itu. Bahkan walau terbukti kalau Soraya tak salah dalam semua ini, hatinya malah semakin membenci. Rasa iri pada wanita itu menumpuk kian tinggi semakin harinya.‘Wanita itu juga… betapa sombongnya dia. Hanya karena aku menjadi guru di sekolah anak-anaknya, dia merasa berkedudukan lebih tinggi dariku. Serta tadi saat aku ingatkan kalau aku pernah jadi mantan suaminya, sikapnya menjadi lebih arogan lagi. Dari awal fakta kalau dia tak ingat wajahku sangatlah menyebalkan, padahal s
“Naka, ayo terbang!”“Aaaaa… Papa!”Naka tertawa senang kala Vino mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi, lalu bahkan sesekali melemparnya ke udara. Membuat anak itu merasa seperti tengah terbang saja dalam lindungan sang ayah. Teriakan sang putra langsung membuat Soraya langsung melirik ke arah mereka.“Hati-hati, Mas. Ntar jatuh Nakanya. Kamu suka banget deh begitu,” omelnya sambil sibuk membantu beberapa Asisten Rumah Tangga menyiapkan beberapa daging segar yang akan digunakan untuk pesta barbeque keluarga malam ini.“Iya nih, Mama juga cemas. Naka itu kan punya penyakit asma yang mudah kambuh kalau kamu kejutkan begitu. Gimana kalau kambuh coba?” ucap Indah yang juga tampak ikut bekerja.“Para ladies ini terlalu cemas deh.” Arvino menyahut sampe terkekeh. “Aku tahu kok yang aku lakukan, sehingga nggak mungkin aku bahayain dia. Lagipula Naka selalu senang banget main pesawat-pesawatan. Ya nggak, Nak?” tanyanya sambil mengusap sang putra yang telah kembali dia turunkan ke tanah.“Hm… mai