“Ariana! Ke mana saja kamu seharian ini?!”Ariana yang baru saja masuk ke mansion itu dikejutkan dengan suara keras dari Saka. Dengan badan gemetar karena terkejut, ia menatap Saka yang terlihat sangat marah kepadanya.Ariana menghela napas panjang dan berusaha menenangkan dirinya. Ia berusaha untuk bersabar dan tidak terhasut amarah Saka.‘Apalagi yang dia inginkan, sih? Kenapa Tuan Saka suka sekali mencari gara-gara denganku?’’ batin Ariana.Saka yang melihat Ariana hanya diam dan melemparkan pandangan matanya itu semakin tidak suka. “Ariana! Kenapa kamu diam saja?! Jawab pertanyaanku!” seru Saka.“Aku cuma dari apartemennya Alice saja, kok! Aku butuh waktu untuk menenangkan diriku!” balas Ariana. Kejadian di rumah sakit tadi pagi membuatnya harus jauh-jauh dari Saka agar emosinya tidak semakin kalut.Sayangnya, Saka sepertinya tidak menerima alasan Ariana. "Lalu kenapa kamu baru pulang? Apa kamu lupa kalau kamu punya anak? Apa kamu tidak kasihan padanya yang tidak bisa tidur karena
Di kediaman yang mewah itu, terlihat seorang wanita paruh baya sedang sibuk merangkai bunga-bunga. Sesekali ia memperhatikan layar televisi yang menunjukkan seseorang tengah memperagakan cara merangkai bunga ala Jepang.Dengan wajah cerah, Diana mengikuti setiap langkah yang ditunjukkan oleh wanita di layar televisi itu. Namun, kegiatannya terhenti saat menyadari bahwa bunga berwarna merah tidak ada di sebelahnya.“Grace!!” teriak Diana memanggil asistennya. “Tolong ambilkan bunga Poppy yang ada di sana!” pintanya.“Baik, Nyonya Diana.”Setelah Bunga Poppy merah itu berada di tangannya, Diana melanjutkan kegiatannya. Sesekali ia bersenandung dengan lantunan halus. Akhir-akhir ini ia merasa sangat senang dan tenang. Sebenarnya, ia sendiri juga berusaha mengalihkan pikirannya dari Ariana.Diana tahu jika dia terlalu memikirkan wanita itu, maka hanya akan membuatnya merasa rugi sendiri. Untuk sementara ia ingin melupakannya sejenak dan menikmati hari liburnya seperti yang dikatakan oleh
Selama Jake koma, tidak banyak yang Hans lakukan. Ia hanya berada di sisi Jake selama 24 jam. Ia makan dan tidur di ruangan yang sama dengan Jake. Hans sama sekali tidak pergi dari sisi Jake dan setia menunggu pria itu sadar.Selama itu pula, yang Hans lakukan adalah melakukan pekerjaan kecil, juga beberapa kali menggantikan pekerjaan Jake yang tertunda. Untungnya ayah Jake tidak terlalu keras pada Jake dan hanya memberikan beberapa pekerjaan kecil. Hans berusaha menggantikan Jake dan menyembunyikan keadaan Jake saat ini.Di saat yang sama, tiba-tiba terdengar suara sayup-sayup orang memanggil namanya. Seketika, Hans membeku. Ia berusaha mencari asal suaranya. Matanya terbelalak saat menyadari siapa yang memanggilnya tadi. Hans dengan cepat berdiri dan berjalan ke arah Jake yang menggerakkan kepalanya dengan lemas. “Tuan Jake?! Tuan Jake?!” seru Hans tidak percaya. Ia hampir saja menangis saat melihat adanya pergerakan dari tuannya.“Di … mana ini?” tanya Jake dengan lemah dan suara
“Ariana, ayo kita menikah!”Ucapan singkat itu membuat Ariana menganga sepenuhnya. Dalam beberapa detik, ia membeku seperti ada yang rusak dalam pikirannya. Ariana pun mengerjap beberapa kali dan berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah dengar.“... apa? Me ... nikah?”Saka mengangguk mantap. “Iya, menikah. Tapi hanya pernikahan pura-pura,” sambung Saka.Mendengar kata terakhir itu, Ariana menghela napas panjang. “Oh … pura-pura,” gumamnya. Hampir saja ia mati karena terkejut, ternyata itulah yang diingankan Saka sebenarnya.“Tidak ada jalan lain lagi untuk membersihkan namaku dan namamu selain dengan jalan pernikahan. Ini juga untuk kebaikan Felix” jelas Saka sekali lagi. “Jika aku membuat konferensi pers dan membantah berita itu, yang ada Felix akan tersakiti dan akan susah untuk mengumumkannya sebagai pewaris di masa depan nanti.”Saka melanjutkan, “Dengan pernikahan ini, kita bisa mengumumkan bahwa Felix bukanlah anak haram. Nama Felix akan bersih dan tidak ada lagi omonga
Langit malam terasa tenang dan nampak indah untuk dipandang. Meski susah dilihat, tetapi bintang-bintang terlihat berusaha untuk memancarkan cahayanya. Ariana ingat bagaimana dulu bintang terlihat lebih banyak daripada hari ini. Ada suatu masa di mana Ariana menikmati pemandangan malam di atas bukit bersama dengan kedua orang tuanya. Mereka bertiga saling bercerita satu sama lain dan bertukar candaan. Saat itu Ariana masih sangat kecil dan membuatnya samar-samar mengingat wajah ibunya. Namun, ingatan itu selalu memberikan kesan hangat dalam hati Ariana. Bahkan saat ini, ia pun tengah tersenyum ketika memikirkannya.‘Rasanya saat itu aku tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Pekerjaanku hanya main, makan, dan tidur,’ batin Ariana. Perlahan senyuman Ariana menghilang. ‘Sekarang Papa dan Mama sudah tidak ada di sini, kuharap mereka bahagia di surga sana.’Ariana berdoa seperti itu meski ia merasakan bahwa kepergian kedua orang tuanya membuat dunianya tidak lagi terasa indah. Sejak merek
“Hans, bantu aku. Aku tidak tahu kapan lagi aku punya waktu sebelum Saka menghukumku. Aku ingin bertemu dengan Ariana secepatnya.”Hans menghela napas panjang ketika mendengar tuannya berkata seperti itu. Satu-satunya cara membuat Jake tenang adalah dengan melakukan semua yang dimintanya. Jadi, Hans pun mengangguk.“Baiklah, Tuan Jake. Saya akan coba menghubungi Nona Ariana dengan bantuan Tuan Alano. Tapi, jangan sampai Anda ketahuan oleh Tuan Saka, ya? Beliau pasti akan sangat marah pada Anda dan tidak akan pernah memaafkan Anda lagi ke depannya,” ucap Hans khawatir.Mendengar hal itu, Jake pun tersenyum sangat lebar. Hans tidak pernah melihat Jake tersenyum selebar itu sejak ia terbangun dari komanya. Menyadari hal itu, Hans pun ikut senang melihatnya.“Terima kasih banyak, Hans! Kamu satu-satunya yang paling pengertian padaku dari dulu sampai sekarang! Aku juga baru sadar kalau kamu sangat setia padaku. Kalau orang lain, mereka pasti sudah meninggalkanku sejak aku mengambil jalan ya
Ucapan Saka membuat Ariana mengepalkan kedua tangannya. Ia semakin memiliki alasan untuk membenci pria di depannya itu. ‘Mana mungkin aku bisa menyerahkan Felix begitu saja! Mau berapa banyak pun uang yang dia berikan, memangnya bisa membuatku menyerahkan Felix?! Ayah macam apa yang tega memisahkan anak dengan ibu kandungnya sendiri!’“Oke! Aku akan segera keluar dari sini!” balas Ariana dengan berani. “Aku akan pergi sesuai dengan apa yang Anda katakan barusan!”Mendengar Ariana yang mengatakan hal itu dengan lantang dan tanpa ragu-ragu membuat Saka terkejut. Ia tidak menyangka jika Ariana akan seberani itu. Bahkan, saat ini Ariana pun menatap Saka dengan nyalang. Hal itu membuat perasaan Saka menjadi marah.“Oh, baguslah kalau begitu! akan aku berikan uang kompensasinya padamu sekarang! Kamu pasti senang karena tidak perlu lagi mengkhawatirkan anakmu lagi, kan? Kamu bisa hidup berfoya-foya setelah ini!” balas Saka dengan seringai lebar. Meski begitu, sebenarnya Saka sama sekali tid
“Ariana, ayo makan dulu.”Alice mendekati Ariana sembari memberikan sepiring makanan untuk sahabatnya itu. Sejak pagi, Ariana tidak menyentuh makanan yang Alice masak untuknya, sampai matahari naik pun, Ariana belum juga makan.Akhirnya, Ariana mengambil piring yang disodorkan Alice kepadanya meski ia masih belum lapar. Entah mengapa nafsu makannya hilang, padahal ia belum makan sejak semalam.dengan tersenyum kecil, Ariana berkata, “Terima kasih. Maaf sampai repot-repot diambilkan, padahal aku bisa ambil sendiri.”Alice mendengkus dan duduk di sebelah Ariana. “Aku tidak percaya! Kalau tidak diambilkan, kau pasti tidak akan makan, bukan?” Alice merasa lega saat melihat Ariana tertawa dan mulai memakan makanannya. Ia sebenarnya khawatir karena melihat Ariana yang murung dan terus melamun.“Jadi, untuk ke depannya apa yang akan kamu lakukan?” tanya Alice penasaran. Semalam, Ariana tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan bahwa ia berada di depan apartemennya. Dengan mata yang memerah,