Share

Bab 2

Penulis: Satama
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-20 22:51:25

 Alexander Baskara adalah anak tunggal dari Johan Baskara seorang pengusaha kaya raya dan salah satu pemimpin keluarga yang memiliki pengaruh kuat di kotanya. Tetapi Johan sudah meninggal dunia lima tahun yang lalu.

 Johan bersahabat dengan Freddy kurniawan sejak berusia muda, dan atas bantuannya pula Johan menjadi orang yang sangat berpengaruh dan disegani.

 Meskipun Alexander adalah pewaris tahta Johan satu-satunya, tetapi dia lebih tertarik menjadi artis terkenal daripada memimpin perusahaan peninggalan ayahnya. Jadi oleh sebab itu Freddy diberikan kepercayaan untuk mengelola perusahaannya sekaligus menjadi ayah angkat bagi Alexander.

 “Aku tidak tahu harus berbuat apa, Ayah angkat.” Alex duduk di sudut meja di kantor gelap Freddy dan menggelengkan kepalanya tanpa daya.

 Freddy Kurniawan sedang duduk di kursi kulitnya, mendengarkan dengan seksama keluhan anak angkatnya. Bagaimanapun, dia telah melakukan perjalanan ratusan kilo meter dari rumahnya untuk menghadiri pesta pernikahan putrinya.

 “Suara saya sudah lemah, tidak bisa bernyanyi sebaik dulu lagi.” lanjut Alex. “Ada bagian dalam film yang saya inginkan. Itu akan sempurna untukku. Jika saya mendapatkan peran ini, saya akan menjadi bintang top papan atas. Tapi sayangnya bos perusahaan film, Herman Samudra, tidak mau memberiku peran itu. Bisakah Anda membantuku ayah angkat?”

 “Pergi dan istirahatlah," kata Freddy.  Suaranya lembut, tetapi ada kualitas kasar berwibawa yang membuat semua orang mendengarkan. Itu adalah suara yang mustahil untuk diperdebatkan. Ada hubungannya dengan cara dia berbicara tanpa menggerakkan mulutnya. “Dalam sebulan, pria itu akan memberikan apa yang kamu inginkan.”

 "Terlambat, ayah angkat." Alex memandang ayah angkatnya dengan sedih. "Mereka mulai syuting dalam seminggu kedepan."

 Freddy berdiri dan merangkul bahu Alex. "Aku pasti akan memberi pria ini sebuah tawaran yang tidak bisa dia tolak." katanya, menuntun Alex ke pintu. “Sekarang, pergi bersantailah dan nikmati dirimu sendiri.” Dia menepuk pundak Alex, menutup pintu dan menoleh ke Jack, yang telah mendengar semuanya.

 “Apa yang akan kita lakukan dengan suami putri Anda?” tanya Jack. “Haruskah kita memberinya sesuatu yang penting untuk dilakukan?”

 "Itu tidak perlu, Jack," jawab Freddy. “Beri dia sesuatu yang kecil. Sebuah diskotik, mungkin. Tapi jangan pernah melibatkan bisnis keluarga dengannya.”

 “Baik Ketua. Oh iya Doni tadi menelepon.” Jack melanjutkan. "Dia ingin bertemu dengan Anda minggu depan."

 "Kita akan membicarakannya setelah kau kembali dari Ibukota." kata Freddy tersenyum mengalihkan pembicaraan Jack.

 Jack tampak terkejut. “Kenapa saya harus pergi ke Ibukota?” tanyanya.

 "Aku ingin kau membantu menyelesaikan urusan Alex. Kau akan berbicara dengan pria bernama Herman Samudra ini. Aku ingin kau pergi malam ini." Kata Freddy menegaskan. "Dan sekarang, jika tidak ada urusan lain, aku ingin pergi ke pernikahan putriku lagi.”

 Dengan kata-kata ini, Freddy meninggalkan Jack sendirian di kantor, dan menuju ke pesta.

***

 Jack tiba di Ibukota pagi-pagi sekali. Dari bandara ia langsung menuju hotel yang sudah dipesan sebelumnya. Sesampainya disana dia mandi, bercukur, dan sarapan. Kemudian dia pergi ke perusahaan film untuk pertemuannya dengan Herman Samudra pada pukul sepuluh.

 Herman sedang memberikan pesta ulang tahun untuk salah satu bintang gadis mudanya di depan banyak wartawan. Jack menunggu dengan sabar di ruangan Herman. Akhirnya, Herman berjalan mendekatinya. Dia adalah pria jangkung dengan rambut perak tebal, pakaian mahal, dan wajah yang keras dan tampak tidak ramah.

 “Oke, mulailah bicara!” katanya kepada Jack. "Aku orang yang sibuk."

 “Saya dikirim oleh seorang teman bernama Alexander Baskara.” kata Jack. "Dia akan sangat berterima kasih kepadamu jika Anda bisa sedikit membantunya." 

 “Saya mendengarkan,” kata Herman, sibuk menandatangani surat-surat.

 "Beri Alexander peran dalam film perang baru yang akan kau buat itu." lanjut Jack.

 Herman berhenti menulis dan tertawa. Dia memegang lengan Jack, seolah-olah dia adalah seorang teman lama, dan membawanya ke pintu. “Dan jika saya memberi Alexander bagian ini, bantuan apa yang akan teman Anda lakukan untuk saya?” dia berkata.

 “Saya tahu Anda memiliki beberapa masalah dengan pekerja Anda,” kata Jack. “Teman saya bisa membuat masalah ini hilang. Anda juga memiliki beberapa bintang top yang menggunakan narkoba.”

 Tapi Herman sudah cukup mendengar. “Dengarkan aku!” teriaknya marah. “Katakan kepada bos Anda, siapa pun dia, bahwa Alexander Baskara tidak akan pernah mendapatkan film itu. Dan semua Anda katakan sebelumnya tidak membuat saya takut!”

 "Saya seorang pengacara," kata Jack dengan tenang. "Saya tidak mencoba menakut-nakuti Anda.”

 “Saya kenal semua pengacara di Ibukota.” kata Herman, “tapi saya belum pernah mendengar tentang Anda. Siapa Anda? Dan untuk siapa Anda bekerja?”

 “Saya bekerja untuk satu keluarga istimewa,” kata Jack. “Sekarang, Anda memiliki nomor saya. Saya akan menunggu telepon Anda.” Dia menjabat tangan Herman dan menambahkan, sebelum pergi; “Ngomong-ngomong, aku sangat menyukai filmmu.”

Bab terkait

  • Anak Mafia   Bab 3

    Jack yakin bahwa, ketika Herman menyadari untuk siapa dia bekerja, dia akan menelepon. Dan dia benar. Sore itu, sebuah mobil menunggu dia keluar dari hotel dan mengantarnya ke luar kota ke rumah Herman Samudra yang berada di pedesaan.Rumah Herman tampak seperti sesuatu dari film. Itu adalah rumah mewah besar berdinding putih dengan pilar-pilar terbalut marmer yang dikelilingi oleh taman-taman indah, danau, dan ladang-ladang penuh kuda. Herman menyambut Jack seperti seorang teman lama, memberinya minuman dan mengajaknya berkeliling."Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal bahwa kamu bekerja untuk Freddy Kurniawan, Jack?" Dia bertanya."Aku sungguh tidak suka menggunakan namanya kecuali benar-benar diperlukan."Herman memegang lengan Jack. “Ikut denganku, Jack,” katanya. “Saya ingin menunjukkan sesuatu yang sangat indah kepadamu.”Herman membawa Jack ke sebuah gedung putih beberapa ratu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • Anak Mafia   Bab 4

    Doni Hermawan adalah seorang yang sangat ahli dalam membunuh orang dengan pisau. Dia adalah pria bertubuh kekar dengan mata gelap dan tatapannya menggambarkan seorang yang kejam, tetapi hari ini dia berusaha bersikap sopan dan ramah. Ada permintaan penting yang ingin dia ajukan, itulah sebabnya dia meminta pertemuan dengan Freddy Kurniawan ini.“Ketua Freddy," dia tersenyum hangat. “Saya ingin meminta bantuan Anda. Saya membutuhkan uang untuk membantu saya memulai bisnis baru di bidang narkoba,” katanya. “Jika Anda mau memberikan saya uang satu milyar, saya bisa menjanjikan antara tiga dan empat milyar di tahun pertama sebagai bagian Anda. Setelah itu, saya pastikan Anda akan mendapatkan lebih banyak lagi.”Freddy tidak mengatakan apa-apa pada awalnya. Dia sepertinya sedang berpikir. Dia melihat ke sekeliling ruangan, pada Jhony dan Tommy, dan pada Jack dan Beni, dua teman tertuanya. Mereka semua mengawasinya dengan tenan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • Anak Mafia   Bab 5

    Selama beberapa minggu berikutnya, Jack secara teratur pergi ke tempat hiburan malam yang dikendalikan oleh keluarga Dicky. Dia membuat kontak dengan Rendy Surya Negara, putra bungsu dan manajer club malam itu. Dia memberi tahu Rendy bahwa dia tidak puas dengan keluarga Freddy.Selama sebulan penuh, tidak ada hal penting yang terjadi. Kemudian suatu malam, beberapa hari sebelum Natal, Rendy memberi tahu Jack bahwa dia memiliki seorang teman yang ingin bertemu secara pribadi dengannya. “Siapa dia?” Jack ingin tahu.“Hanya seorang teman lama,” kata Rendy. "Dia ingin menawarkan sesuatu padamu. Bisakah kamu menemuinya di sini, setelah klub tutup? Pukul empat besok pagi?”Jack kembali ke kamarnya dan bersiap-siap. Dia berpikir sejenak untuk menelepon Freddy untuk memberitahunya tentang pertemuan itu, tetapi memutuskan untuk tidak melakukannya. Freddy tidak pernah berbicara urusan serius melalui

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • Anak Mafia   Bab 6

    Sore itu juga, tanpa mengetahui bahwa Doni telah membunuh Jack dan menculik Tommy, Freddy menyelesaikan pekerjaannya di kantor perusahaannya. Dia mengenakan jasnya dan berkata kepada Yuna, sekertarisnya yang terlihat sedang sibuk menatap komputernya: “Beri tahu Heri untuk menyiapkan mobil, saya ingin pulang ke rumah.”“Saya yang akan menyiapkan mobil Anda, tuan," jawab Yuna. “Heri tidak bekerja, dia sakit hari ini.”Freddy tampak kesal mendengarnya. “Itu yang ketiga kalinya di bulan ini. Katakan padanya untuk menemuiku saat dia masuk. Mungkin lebih baik kamu segera mencari orang lain sebagai penggantinya untuk pekerjaan itu."Yuna segera berdiri. “Baik tuan, nanti saya akan mengurusnya.” Katanya kemudian bergegas meninggalkan ruangan.Freddy menunggu di dalam pintu sampai dia melihat Yuna memarkir mobil di luar. Gerimis mulai turun dan hari mulai gelap. Dia melangkah keluar dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • Anak Mafia   Bab 7

    Begitu Jhony meletakkan telepon, ada sesorang yang mengetuk pintu rumahnya."Mereka bilang dia sudah mati, Jhon," kata Beni saat dia masuk. Jhoni menarik kerah bajunya dengan kasar dan mendorongnya ke dinding."Tenanglah Jhon," seru Beni.Jhoni menarik napas dalam-dalam dan melepaskan tangannya. “Maaf,” katanya.Dan kemudian bertanya: “Bagaimana dengan Heri Saputra?”“Heri tidak ada di sana. Dia sakit.”“Maksud kamu apa? Sudah berapa kali dia sakit?”“Aku tidak tahu, Jhon," kata Beni, setengah takut, setengah bingung. "Tiga, mungkin empat kali dalam bulan ini."“Dengarkan! Aku tidak peduli seberapa sakit dia. Aku ingin kau membawanya ke rumah ayahku sekarang. Sebagai kepala pengawal pribadi ayah seharusnya dia bertanggung jawab dengan semua ini. Apakah kamu mengerti?”Setelah Beni pergi, Jhony menatap C

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • Anak Mafia   Bab 8

    Saat sedang membicarakan yang akan mereka rencanakan selanjutnya, mereka mendengar suara keras dari luar pintu, dan suara orang tertawa. Jhony, Gerry dan Beni bergegas keluar ruangan dan melihat Tommy berdiri di pintu depan, memeluk Angela, istrinya dan tersenyum.Jhony, Tommy dan Beni duduk di kantor Freddy. Mereka berencana membunuh Doni, bertanya-tanya di mana Jack, memikirkan apa yang harus dilakukan jika Freddy benar-benar meninggal.Gerry duduk di sofa, mendengarkan percakapan mereka, tetapi tidak diizinkan untuk berbicara. Ada ketukan di pintu, dan mereka mengetahui itu adalah Heri setelah membuka pintu. Dia menutup hidung dan mulutnya menggunakan masker, dan tampak sangat sakit."Ada seorang pria di gerbang menunggumu," kata Heri sambil memandang Jhony. "Dia bilang punya sesuatu untukmu."Jhony memerintahkan Beni untuk melihat siapa dan apa itu. Lalu dia tersenyum pada Heri.“Apakah kamu baik-baik saja, Heri?&r

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • Anak Mafia   Bab 9

    Tidak ada seorang pun di luar kamar ayahnya. Gerry membuka pintu dengan panik dan berjalan masuk. Dia menghela nafas lega melihat ayahnya sedang berbaring di tempat tidur, infus tergantung di sebelahnya. Saat Gerry berdiri di samping tempat tidur dan menatap ayahnya yang masih tertutup kedua matanya, dia mendengar suara seseorang membuka pintu di belakangnya .Dia berbalik dengan cepat. Itu hanya seorang perawat yang sedang berdiri menatapnya di ambang pintu.“Apa yang kamu lakukan di sini?” dia berbisik dengan nada marah.“Saya Gerry Kurniawan, ini ayahku. Kenapa tidak ada orang di sini. Apa yang terjadi dengan keluargaku dan para penjaga?”“Ayahmu memiliki terlalu banyak pengunjung hari ini. Polisi datang dan menyuruh mereka semua pergi lima belas menit yang lalu.”Gerry berpikir cepat. Dia mengangkat telepon di samping tempat tidur dan menelepon Jhony. Dia menyuruhnya mengir

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • Anak Mafia   Bab 10

    Tommy dengan sekelompok pria datang untuk menjaga ‘Ketua’. Tommy melihat wajah Gerry berlumuran darah dan berkata, “Apakah kamu ingin melaporkan ini?” Gerry kesulitan berbicara, tetapi dia berhasil berkata, “Tidak apa-apa, Tom. Itu adalah sebuah kecelakaan.” Saat dia berbicara, dia tidak mengalihkan pandangan dari kapten polisi. Dia mencoba tersenyum. Dia tidak ingin menunjukkan kepada siapa pun bagaimana perasaannya yang sebenarnya saat itu. Benih balas dendam tumbuh di hatinya yang dingin. *** Pintu masuk ke jalan pribadi tempat keluarga Freddy tinggal penuh sesak dengan mobil dan pria bersenjata. Ketika Gerry turun dari mobil dan berjalan masuk, Beni datang menemuinya. “Kenapa semua bersenjata?” Gerry bertanya. “Kita akan membutuhkannya,” kata Beni. “Setelah Doni mencoba membunuh sang Ketua di rumah sakit, Jhony menjadi marah. Kami membunuh Rendy Surya Negara pada pukul empat pagi ini.”

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21

Bab terbaru

  • Anak Mafia   Bab 68

    DING DING Ponsel Tommy di atas meja berbunyi, layarnya menyala menampilkan sebuah nama yang meneleponnya. “Jenny.” Gumam Tommy menatap layar ponselnya mengenali identitas si penelepon. Tommy mengangkat ponsel dan mendekatkan ke telinganya setelah menerima panggilan telepon itu. Dia mengangkat salah satu tangannya sebagai instruksi agar orang-orang di sekitarnya diam. Suasana menjadi hening dalam sekejap. Meskipun berada di dalam area night club, ruang VIP itu hampir sepenuhnya terisolasi dari kebisingan luar karena diselimuti peredam suara. “Apa kabar, Jen?” sapa Tommy dengan lembut. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Helen, Tom?” tanya Jenny terdengar lirih dari ponsel Tommy. Tommy sejenak terdiam tanpa ekspresi mendengar pertanyaan Jenny yang tanpa basa-basi. “Jawab aku, Tom.” Jenny mendesak Tommy. “Kau sudah mengetahui beritanya, Jen?” Tommy balik bertanya. “Apa maksudmu berbalik menanyaiku?” Jenny mulai terdengar marah. “Semua saluran berita menyiarkan ke

  • Anak Mafia   Bab 67

    Gatot sedang rebahan dia atas sofa panjang sambil menonton televisi di ruang keluarga rumahnya ketika hari menjelang gelap. Tiba-tiba dia terperanjat duduk. Matanya terbelalak menatap tajam ke arah televisi yang menayangkan siaran berita tentang kecelakaan. Tanpa dia sadari tubuhnya mulai bergetar saat matanya fokus memperhatikan dua gambar potret wajah orang yang sepertinya dia kenali. Itu adalah dua foto wajah Jordi dan Helen, keponakan Gatot. “Tidak mungkin.” Bisiknya lirih kepada dirinya sendiri seolah dia belum bisa menerima kebenaran dari kabar siaran berita yang ditontonnya. Beberapa saat Gatot terpaku menyaksikan siaran televisi dengan tidak percaya. “Kakak ipar!” teriak Gatot yang masih duduk tercengang menatap televisinya. “Kakak ipar! Kakak ipar!” Gatot terus berteriak memanggil Luciana dengan panik karena tidak segera mendapatkan respons. Luciana keluar dari dalam kamarnya yang tidak jauh dari tempat Gatot berada. “Ada apa, Gatot? Kau berisik sekali” kata Luciana

  • Anak Mafia   Bab 66

    Jordi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang melaju di tengah padatnya jalanan. Di dalam mobil suasana tampak canggung. Jordi dan Helen tidak berbicara satu sama lain. Sunyi. Hanya terdengar deru suara mesin kendaraan yang melaju di jalanan. Helen diam bersandar pada jok dan menatap keluar melalui kaca jendela mobil. Banyak hal yang sedang dia pikirkan. Jordi fokus menyetir sambil sesekali melirik ke arah Helen. Dia masih menganalisis sikap istrinya itu yang berbeda setelah bertemu dengan Albert. Jordi merasa seolah tidak mengenal dengan sosok cantik yang duduk di sampingnya. Ding Ding Ponsel Jordi berbunyi memecah keheningan. Rangkaian nomor terpampang di layar. Itu sebuah panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenanya. Helen seketika melirik layar ponsel suaminya dengan ekspresi penuh selidik. “Kenapa tidak diterima?” tanya Helen saat melihat Jordi yang hanya menatap layar ponselnya. “Oh. Hanya sebuah nomor, aku tidak mengenalnya.” Jawab Jordi ragu-ragu. “Mungkin

  • Anak Mafia   Bab 65

    Jordi dan Helen memasuki sebuah rumah mewah yang terletak di pusat kota ketika hari menjelang siang. Itu adalah rumah Albert. Albert yang sudah menunggu kedatangan mereka sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Beberapa pria berdiri di belakang Albert. Albert bangkit dan tersenyum menyambut Jordi dan Helen. Jordi membalas senyuman itu saat menjabat tangan Albert. Mereka terlihat sangat akrab. Sedangkan Helen tampak canggung melihat pemandangan itu. Dia awalnya merasa biasa saja, namun sekarang dia merasa ada yang aneh. Jordi sebelumnya bilang tidak mengenal pria paruh baya itu. Namun, ketika Helen memperhatikan lebih lama Jordi dan Albert, mereka tampak mirip. ‘Siapa pria ini?’ ‘Apa hubungan dia dengan Jordi?’ “Jadi kamu Helen?” pertanyaan Albert membuyarkan pikiran Helen. Helena memaksakan senyumnya. “Betul.” Jawabnya singkat. Mereka berjabat tangan sejenak. Albert menatap lekat mengenali Helen. Secara naluriah dia mengagumi sosok cantik dan tenang yang diperlihatkan oleh

  • Anak Mafia   Bab 64

    Jam di pergelangan tangan Dedi menunjukkan pukul dua lewat empat puluh lima menit dini hari, ketika dia dan Dodi selesai mengemasi barang-barang bawaannya. Dedi dan Dodi sudah menggendong ransel masing-masing dan bersiap untuk pergi dari rumah Jhony. “Kami sudah siap berangkat, paman.” Kata Dedi hendak berpamitan kepada Jack. “Apakah Anda yakin akan tetap di sini?” Tanyanya untuk memastikan kembali keputusan Jack. “Pergilah! Jaga diri kalian baik-baik. Dan kalian tidak perlu mengkhawatirkanku.” Jawab Jack meyakinkan si kembar. “Baiklah, paman. Anda juga harus menjaga diri.” Kata Dodi tersenyum kepada Jack. “Jika terjadi sesuatu, Anda bisa menghubungi nomor saya, paman.” Kata Dedi mengingatkan Jack. “Kami akan segera membicarakannya dengan Gerry sesampainya di sana.” Jack tersenyum kepada si kembar. “Berhati-hatilah!” katanya dengan singkat sesaat sebelum akhirnya Dedi dan Dodi pergi menin

  • Anak Mafia   Bab 63

    Setelah Tommy dan anak buahnya pergi, terlihat jelas sekali Jack menampilkan ekspresi wajah yang tidak senang. Dia merasa tidak puas atas perlakuan Tommy kepadanya. Begitu juga dengan Dedi dan Dodi. Namun, mereka tidak memikirkan tentang terbongkarnya persembunyiannya dari Tommy, melainkan mereka lebih memikirkan semua ucapan Tommy sebelum dia pergi. Untuk beberapa waktu mereka bertiga hanya duduk dalam keheningan di dalam ruangan itu. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. “Apa yang harus kita lakukan selanjutnya, paman?” tanya Dedi yang memecah keheningan meminta pendapat dari Jack. Pertanyaan dari Dedi seketika menyadarkan Jack dari lamunannya. “Aku juga sedang memikirkannya.” Jawab Jack yang masih terlihat kebingungan. “Aku masih memikirkan perkataan Tommy. Entah kenapa aku merasa dia orang yang bersih.” Kata Dedi menyampaikan asumsinya. “Ya. Aku juga.” Dodi menimpali untuk mene

  • Anak Mafia   Bab 62

    Jack tidak menjawab pertanyaan dari Tommy. Dia membiarkan Tommy meluapkan segala bentuk emosinya. Dia berpikir dengan cara itu mungkin Tommy akan dapat menenangkan dirinya sendiri. Jadi Jack hanya tetap diam. Namun, apa yang dilakukan Jack adalah sebuah kesalahan. Tommy terlalu sakit hati menerima kenyataan. Dan sakit hati yang dia rasakan tidak dapat terobati semudah yang dipikirkan oleh Jack. Bahkan tidak hanya hatinya, tapi egonya juga terluka. “Kenapa kau tidak menjawabku? Apa kau mencoba mempermainkanku?” Tommy terus berteriak kepada Jack berharap mendapatkan penjelasan untuk memberi makan emosinya. “Kau tahu? Aku semalaman berkendara mengelilingi kota sambil menangis saat mendapatkan kabar kematianmu.” Kata Tommy sambil menunjuk ke arah Jack. “Ternyata aku salah. Kau hanya menganggapku seperti orang bodoh.” Tommy semakin brutal. Setelah selesai mengucapkan kalimatnya, dia memukul Jack dengan sekuat tenaga tepat

  • Anak Mafia   Bab 61

    Jack dan si kembar yang masih berbincang di dalam rumah Jhony tidak menyadari bahwa sekelompok orang sedang berjalan menghampiri mereka. Tommy menyadari ada sesuatu yang tidak beres di dalam rumah Jhony ketika dia mendapati pintu utama rumah itu dalam keadaan tidak terkunci. Perlahan Tommy membuka pintu rumah. Dia memicingkan kedua matanya menatap tajam ke arah dalam rumah. Tidak ada tanda-tanda aktivitas seorang pun, bahkan tidak ada suara yang terdengar dari dalam rumah. Suasana rumah itu begitu gelap dan hening. Namun itu tidak menyurutkan rasa kecurigaan Tommy. “Sepertinya apa yang kau katakan benar, Rey.” Kata Tommy berbisik-bisik. “Ada seseorang yang memasuki rumah ini.” “Apakah mungkin itu maling atau perampok, bos?” Tanya Rey berbisik kepada Tommy untuk memastikan dugaannya. Tommy menatap tajam ke arah Rey. “Sejak kapan kau menjadi bodoh, Rey?” Tanya Tommy dengan suara pelan namun teras

  • Anak Mafia   Bab 60

    Jack menemui Dedi dan Dodi sesuai kesepakatan mereka. Sesaat sebelum tengah malam, Jack sudah memasuki rumah Jhony. Sebuah rumah mewah, namun tampak menyeramkan jika dilihat dari luar saat malam hari. Begitu gelap tanpa penerangan lampu, seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Disalah satu ruangan di dalam rumah itu, Jack bersama Dedi dan Dodi sedang bertemu. Mereka bertiga tengah duduk dan berbincang di ruangan bekas tempat kerja Jhony. “Hal penting apa yang ingin Anda bicarakan dengan kami, paman?” tanya Dodi tanpa berbasa-basi sesaat setelah mereka saling berbicara tentang kabar masing-masing. Jack tersenyum sebagai tanggapan atas pertanyaan Dodi. “Sebelum kita membicarakan hal itu, aku ingin mengetahui apa yang Gerry perintahkan kepada kalian?” kata Jack balik bertanya. Dodi mengalihkan tatapannya ke arah Dedi, sebagai tanda agar saudara kembarnya itu yang memberikan jawaban ata

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status