Margaret dan Edward menemui tamu yang dimaksud, hingga keduanya terkejut melihat siapa yang datang.“Maaf kalau datang sepagi ini, entah kenapa aku tiba-tiba ingin datang dan menyapa kalian,” ucap Damar dengan senyum palsunya.Margaret langsung memasang wajah masam melihat sang kakak datang ke sana, setelah bertahun-tahun tidak pernah berinteraksi, kini sang kakak datang ke sana, dan tentunya Margaret bisa menebak, jika Damar ke sana dengan suatu maksud.“Tidak masalah, kami juga tidak terlalu repot,” balas Edward yang tahu jika istrinya pasti malas menyapa Damar.Mereka duduk bersama, Margaret menunjukkan rasa tidak senangnya ke Damar.“Di mana Evan? Jam segini dia belum berangkat bekerja, bukan?” tanya Damar berbasa-basi.Margaret langsung memicingkan mata mendengar sang kakak menyebut nama Evan.“Untuk apa kamu menanyakannya? Bukankah sejak dulu juga kamu tidak suka dia? Dia lahir saja kamu tidak datang, sekarang kamu mau sok perhatian dengannya!” amuk Margaret kesal.Edward langsu
Margaret duduk di tepian ranjang dengan ekspresi wajah cemas. Kedatangan Damar ke rumah memang membuat hubungan antara Damar dan Margaret kembali menegang.“Sudah, jangan pikirkan kedatangan kakakmu tadi,” kata Edward mencoba menenangkan.Edward sampai tidak berangkat ke kantor, karena mencemaskan Margaret jika ditinggal sendiri.“Bagaimana tidak memikirkan? Papa tahu sendiri, setiap dia datang, buntutnya pasti akan ada masalah,” kata Margaret sambil mengusap wajahnya kasar.Edward tidak bisa membantah hal itu. Keserakahan Damar membawa kehancuran antar saudara.“Evan!” Margaret tiba-tiba teringat dengan Evan.“Bagaimana kalau dia menyakiti Evan, makanya Evan dan Renata belum pulang?” Margaret tiba-tiba berpikiran buruk akan hal itu.Edward terkejut mendengar ucapan Margaret, saat hendak membalas, ponsel Margaret berdering dan nama Evan terpampang di sana.“Syukurlah, dia menghubungi.” Margaret buru-buru menjawab panggilan itu.“Van, kamu di mana? Kenapa semalaman tidak pulang? Apa ka
Keysha berada di ranjang, sudah bangun tapi enggan turun dari ranjang. Dia masih kesal dan memikirkan kegagalan semalam.“Sialan! Pasti wanita itu yang menggagalkan rencanaku,” geram Keysha jika ingat kejadian semalam.Keysha melihat pelayan itu memberikan minuman yang sudah dicampur obat ke Evan, barulah dia pergi ke kamar untuk menunggu. Namun, sampai begitu lama tidak datang, saat Keysha mencari di ruang pesta pun tidak melihat keberadaan Evan, bahkan pelayan yang disuruhnya pun ikut raib.“Aku sudah membayarnya mahal, tapi dia tidak becus melakukan tugasnya,” geram Keysha lagi.Saat Keysha masih kesal dengan kegagalannya menejebak Evan, terdengar suara ketukan pintu yang membuat emosi Keysha semakin memuncak.“Siapa!” teriak Keysha tidak mau membuka pintu.“Maaf, Non. Diminta Tuan untuk turun ke bawah,” kata pembantu dari luar kamar.Keysha mencebik dan menggerutu, hingga kemudian membalas jika akan segera turun.Di ruang tamu, ternyata sudah ada Evan dan Renata juga Aldo. Mereka
“Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Evan ke Renata. Dia menoleh Renata, menatap wanita itu yang duduk di kursi samping kemudi.Mobil mereka berhenti di bahu jalan, setelah pergi dari rumah Keysha.Renata tersenyum, menggenggam telapak tangan Evan dengan erat dan mencoba meyakinkan jika apa yang dilakukan Evan sudah benar.“Kamu sudah benar. Kamu melakukan itu bukan karena lemah, tapi banyaknya pertimbangan yang kamu pikirkan,” ujar Renata untuk melegakan hati Evan.Evan dan Renata akhirnya memutuskan untuk tidak membawa kasus itu ke ranah hukum. Selain karena kasihan ke ayah Keysha yang memohon, Evan sendiri sebenarnya malu dan merasa aneh karena seorang pria malah dijebak seperti itu.“Semoga saja, dengan kita tidak memberinya hukuman, dia mau berubah dan tidak mengulang perbuatannya. Anggap saja kita memberinya kesempatan kedua untuk berubah,” ucap Renata kemudian.Evan mempererat genggaman tangan mereka, bersyukur memiliki Renata yang bisa membuat pikirannya tenang, karena Renata
“Mbak Rena sudah tidak akan tinggal di kota ini lagi?” tanya Sesil yang sedih mendengar keputusan Renata untuk pindah ke rumah Edward.Sesil senang melihat Renata datang setelah berhari-hari ambil cuti, tapi harus kecewa ketika Renata berpamitan kalau akan pindah yang disampaikan ke seluruh guru musik yang ada di sekolah itu.Kini Renata dan Sesil berada di ruang kerja Renata karena ingin mengemas barangnya.“Iya, tapi nanti aku akan sering berkunjung ke sini. Tadi aku sudah pamit ke sekolah tempat aku mengajar juga, untuk sekolah musik ini, aku serahkan kepadamu. Tolong besarkan sekolah ini seperti milikmu,” pinta Renata ke Sesil.Sesil benar-benar akan kesepian jika Renata pergi, tapi juga tidak bisa mencegah keputusan Renata.“Aku pasti akan merindukan Mbak Rena,” ucap Sesil memeluk Renata.Renata tersenyum dan mengusap punggung Sesil.“Aku juga akan merindukanmu. Tapi nanti masih bisa telepon kalau rindu,” ujar Renata masih mengusap punggung Sesil.Sesil mengangguk-anggukan kepala
“Kita mau ke mana?” Dhira bertanya saat Renata dan Evan mengajaknya pergi bersama Dharu.Renata mengajak Dhira dan Dharu pergi tapi tidak memberitahu mau ke mana, membuat gadis kecil itu penasaran,Renata menoleh ke belakang, memandang Dhira dan Dharu yang duduk di sana.“Ke hotel, nemuin oma buyut kalian,” jawab Renata dengan senyum di wajah.Dhira bingung sampai menggaruk kepala tidak gatal, hingga kemudian kembali melontarkan pertanyaan.“Memangnya oma buyut rumahnya di hotel? Oma buyut itu siapa?” tanya Dhira lagi.“Bukan tinggal di hotel. Tapi oma dari luar kota dan sekarang ada di hotel. Oma buyut itu, omanya mama jadi kalian manggilnya bisa oma buyut atau oma saja,” ujar Renata menjelaskan.Renata dan Evan akan menikah lusa. Renata tidak mendatangi rumah Veronica karena memang sejak awal sang oma melarang datang sebab takut Kevin mengincar Renata jika tahu keduanya semakin dekat sekarang. Akhirnya Renata hanya mengabari hari pernikahannya dengan Evan melalui panggilan telepon,
“Kukira kamu di mana, karena pintu kamarmu tidak tertutup rapat.”Renata terkejut mendengar suara Evan, saat menoleh melihat pria itu sedang berjalan ke arahnya.“Mungkin tadi saat aku masuk, aku kurang menekannya,” kata Renata.Evan sudah berada di hadapan Renata, mereka kini sedang berdiri di balkon kamar.“Sedang apa?” tanya Evan kini menemani Renata di balkon.“Hanya melamun sambil menatap langit, cuacanya cerah,” jawab Renata kembali memandang langit yang bertabru bintang.Evan menatap Renata yang sedang mendongak, cantik, manis, dan baik, semua itu ada pada diri wanita yang akan dinikahinya besok.“Kupikir kamu sedang gelisah karena pernikahan kita besok,” ucap Evan.Renata menoleh dan tertawa mendengar ucapan Evan.“Untuk apa gelisah? Aku tidak sedang ingin maju berperang,” seloroh Renata.Evan tertawa kecil mendengar candaan Renata, lantas memandang langit di saat Renata masih menatapnya.“Sekarang kamu bisa lebih banyak tersenyum ketika bersamaku, ‘kan? Itu tandanya aku membe
“Oma buyut!” Dhira turun dari kursi dan berlari menghampiri Veronica yang baru saja datang.Veronica sangat baik kepada Dhira dan Dharu, sehingga sikap hangat wanita itu sangat membekas di pikiran Dhira dan membuat cucu buyutnya itu langsung akrab dengannya.Veronica langsung tersenyum melihat Dhira berlari ke arahnya. Dia membuka tangan dan Dhira langsung memeluk.Dharu juga menyusul, meraih tangan Veronica dan mencium punggung tangan Veronica yang sudah keriput.“Kalian sangat cantik dan tampan,” puji Veronica saat melihat kedua cucu buyutnya itu.“Dhira selalu cantik Oma buyut, kenapa mujinya baru sekarang,” protes Dhira sambil mengerucutkan bibir.“Kamu memang cantik, maksud oma buyut itu kamu semakin cantik lagi pakai gaun itu,” balas Dharu yang gemas karena Dhira terus saja protes.Veronica tertawa kecil dan mengusap kepala Dharu dengan lembut. “Anak cerdas.”“Oma buyut, ayo duduk sama Dhira.” Dhira hendak menggandeng tangan Veronica agar duduk bersamanya.“Oma mau ketemu mama k