“Sudah siap?” tanya Evan ketika mereka baru saja bersiap untuk pergi.Renata masih memandangi kamar itu. Dia menarik napas panjang dan menghela perlahan, lantas menoleh Evan yang menunggunya.“Sudah.”Renata dan Evan keluar dari kamar bersamaan, hingga saat akan turun ke bawah, mereka berpapasan dengan Kevin yang baru keluar dari kamar.Kevin menatap benci ke Renata, hingga kemudian melontarkan pertanyaan. “Kapan kamu mau pergi, kamu tidak diterima di rumah ini!”“Ini rumah Oma, aku tidak butuh pendapatmu untuk berada di sini. Jika Oma tidak mengizinkan aku datang, saat itu aku tidak akan menginjakkan kaki di rumah ini,” ketus Renata untuk membalas ucapan Kevin.“Kamu semakin berani bicara, hah!” Kevin geram karena Renata membantah.“Tentu saja, aku bukan anak kecil yang bisa kamu tindas. Aku mengalah dengan pergi dari rumah, tapi tidak kali ini,” balas Renata kemudian menggandeng tangan Evan dan mengajak turun.Kevin benar-benar geram, merasa jika Renata berani karena memiliki penduk
Veronica pergi ke sebuah restoran bintang lima bersama orang kepercayaannya. Siang itu dia datang ke sana karena sudah membuat janji untuk bertemu dengan seseorang. Veronica menunggu dengan sabar, sebab tahu jika orang yang ingin ditemuinya memiliki banyak pekerjaan. Sepuluh menit menunggu, akhirnya orang yang semalam dihubungi Veronica datang. Pria berpakaian formal dengan koper di tangannya langsung membungkuk memberi hormat ke Veronica. “Maaf saya terlambat, Nyonya. Tadi harus menyiapkan berkas dulu, karena semalam Anda menghubungi sangat mendadak,” ucap pria itu yang ternyata seorang pengacar. “Tidak masalah, aku juga baru saja datang. Silakan duduk.” Veronica mempersilakan pengacara kepercayaannya itu untuk duduk. Pria itu duduk berhadapan dengan Veronica, membuka koper dan mengeluarkan berkas kemudian meletakkan di meja. “Apa aku bisa merekamnya juga? Sebagai bukti atas apa yang akan aku ucapkan dan agar kamu tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk mengubah isi pesan yang aku
“Mama boleh ga Dhira sama Dharu tinggal di sini?” tanya Dhira saat berada di kamar bersama Renata.Renata terkejut dan menatap Dhira dengan dahi berkerut halus dan tampak jelas ekspresi wajahnya menunjukkan sedang bingung.“Memangnya kenapa Dhira tiba-tiba ingin di sini?” tanya Renata.“Tadi Oma nawarin, apa kami mau di sini. Karena di sini juga ada Oma da Opa, jadi kalau Mama kerja, kami ada yang jaga,” jawab Dharu.Renata menoleh ke Dharu sekilas, sebelum kembali menatap Dhira.“Dhira suka di sini, Ma. Di sini enak, rumahnya luas buat Dhira kalau mau main. Terus Oma ternyata baik dan sayang sama kami,” timpal Dhira.Renata terlihat berpikir sejenak, hingga kemudian mengusap rambut Dhira dengan lembut.“Nanti kita bahas ini sama Papa. Kalian sekarang istirahat dulu, ya.”Renata tidak ingin mengambil keputusan yang gegabah, karena banyak yang harus dipertimbangkan.**Renata keluar dari kamar anak-anak setelah keduanya tidur. Saat akan kembali ke kamarnya, dia bertemu dengan Margaret.
“Mama pergi menemui pengacara?”Pagi itu, Kevin langsung melontarkan pertanyaan itu ke Veronica, saat mereka sedang sarapan bersama.“Apa tidak boleh? Mama hanya mengajaknya makan siang,” balas Veronica yang masih bersikap tenang.“Setelah Renata pulang, Mama tiba-tiba menemui pengacara. Apa yang sebenarnya Mama rencanakan?” tanya Kevin menatap curiga.Veronica menatap Kevin yang terlihat tidak senang. Dia sendiri tidak terkejut Kevin mengetahui, karena yakin putranya itu pasti mengawasi dirinya.“Tidak ada yang mama rencanakan. Ambisimu yang berlebih, membuatmu selalu berpikiran negatif,” balas Veronica dengan tatapan tajam ke Kevin.Kevin mengepalkan telapak tangan. Dia curiga dan tidak akan menepis kecurigaan itu karena ketakutannya akan kehadiran Renata.**Renata dan Margaret ke butik bersama anak-anak saat siang hari. Dhira dan Dharu sangat senang karena kedua orangtua mereka akhirnya akan menikah, sesuai dengan keinginan mereka, dan merasa jika misi mereka berhasil.“Apa Dhira
Margaret terlihat tidak senang, tapi juga tidak bisa menghindar begitu saja. Renata memperhatikan wanita yang baru datang itu, kemudian menyadari jika Margaret terlihat tidak nyaman.“Lama sekali kamu tidak berkunjung ke rumah?” tanya wanita itu lagi.Margaret malas membalas pertanyaan yang terlontar karena wanita itu tahu jelas alasannya.Renata pun penasaran, siapa sebenarnya wanita itu dan kenapa Margaret tidak senang.Wanita itu mengamati Renata kemudian Dhira dan Dharu, bahkan tanpa permisi langsung duduk di kursi kosong sebelah Renata.“Kamu siapa? Perkenalkan, aku Firda. Kakak iparnya Margaret,” kata wanita bernama Firda itu.Renata terkejut dan bingung, kemudian mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri.“Renata,” balas Renata kemudian melirik Margaret.“Kamu. Anak temannya Margaret?” tanya Firda, “apa mereka anak-anakmu, lucu-lucu sekali.” Firda memandang Dhira dan Dharu yang menggemaskan.Dhira melebarkan senyum disebut lucu, sedangkan Dharu mengangguk sopan.“Saya--” Renat
“Kita mau ke mana?” tanya Renata bingung.Siang tadi Evan meminta Renata memilih gaun, lalu malamnya mengajak keluar menggunakan itu, tanpa memberitahu ke mana tujuan mereka.“Ke pesta perusahaan Keysha,” jawab Evan sambil terus menyetir.Renata tentu saja terkejut, kenapa Evan mengajaknya ke pesta perusahaan.“Kenapa kamu mengajakku?” tanya Renata yang sebenarnya tidak ingin bertemu Keysha yang tidak menyukai dirinya.“Kamu calon istriku, kalau bukan mengajakmu, lalu aku suruh mengajak siapa?” Evan membalikkan pertanyaan Renata.Renata membuka suara untuk membalas, tapi urung karena apa yang dikatakan Evan memang benar.“Aku tidak mau pergi sendiri, atau Keysha akan mencoba mendekatiku. Di pesta seperti itu, akan sulit untukku menghindar,” ujar Evan menjelaskan.Renata merasa ucapan Evan ada benarnya juga. Dia menatap jalanan yang mereka lewati, hingga kembali bicara.“Aku hanya tidak suka melihat tatapannya yang seolah merendahkanku,” ucap Renata mengemukakan alasan tidak ingin bert
“Kupikir kamu marah kepadaku. Kamu pergi tanpa pamit, tidak membalas pesanku.” Renata menatap Stef yang kini sedang berdansa dengannya.Stef tersenyum getir mendengar ucapan Renata. Tentu saja dia marah karena Renata lebih memilih Evan. Dia berusaha memutus kontak dengan maksud bisa melupakan Renata, tapi malah melihat malam lagi malam ini, membuat Stef tidak bisa menahan diri.“Aku hanya sedang sibuk,” ucap Stef membalas Renata. Dia tersenyum hangat ke Renata, menatap lekat dari jarak yang sangat dekat.Renata terdiam, dia tahu bukan hanya itu alasan Stef mengabaikan pesannya. Namun, karena tidak ingin memicu masalah jika bertanya lebih dalam, membuat Renata memilih tidak bertanya lagi.“Hubunganmu dengan Evan sangat dekat sekali, bahkan kamu sampai jauh-jauh datang ke sini menemaninya ke pesta,” ucap Stef karena belum tahu jika Renata akan menikah dengan Evan.“Stef.” Renata menatap Stef yang merengkuhnya, tapi saat akan bicara, Stef memutar tubuh Renata sebagai salah satu gerakan d
Keysha kesal karena pelayan tadi tidak kunjung membawa Evan ke kamar yang sudah dipesannya. Akhirnya dia berpikir untuk melihat ke tempat pesta apakah pelayan tadi sudah melaksanakan tugasnya.Keysha pergi ke ballroom, di sana masih banyak tamu yang hadir dan Keysha malah tadi meninggalkan karena ingin menjebak Evan. Dia mengedarkan pandangan tapi tidak melihat Evan di ballroom itu.“Di mana dia?” Keysha mengedarkan pandangan tapi tidak mendapati Evan atau Renata di sana. “Sial, apa Renata tahu dan menggagalkan rencanaku?”Keysha geram dan kesal karena rencananya gagal, akhirnya dia membaur dengan para tamu lagi karena ada yang menyapanya.Sama halnya dengan Keysha, Stef pun mencari keberadaan Renata. Sahabatnya itu tiba-tiba hilang begitu saja tanpa pamit, bersamaan dengan kakak sepupunya yang tidak terlihat di sana.**Renata berada di kamar. Tubuhnya lelah dan terasa sakit karena perlakuan Evan yang sedikit kasar. Napasnya masih tersengal, bahkan dada sampai naik turun tak beratura