“Kupikir kamu marah kepadaku. Kamu pergi tanpa pamit, tidak membalas pesanku.” Renata menatap Stef yang kini sedang berdansa dengannya.Stef tersenyum getir mendengar ucapan Renata. Tentu saja dia marah karena Renata lebih memilih Evan. Dia berusaha memutus kontak dengan maksud bisa melupakan Renata, tapi malah melihat malam lagi malam ini, membuat Stef tidak bisa menahan diri.“Aku hanya sedang sibuk,” ucap Stef membalas Renata. Dia tersenyum hangat ke Renata, menatap lekat dari jarak yang sangat dekat.Renata terdiam, dia tahu bukan hanya itu alasan Stef mengabaikan pesannya. Namun, karena tidak ingin memicu masalah jika bertanya lebih dalam, membuat Renata memilih tidak bertanya lagi.“Hubunganmu dengan Evan sangat dekat sekali, bahkan kamu sampai jauh-jauh datang ke sini menemaninya ke pesta,” ucap Stef karena belum tahu jika Renata akan menikah dengan Evan.“Stef.” Renata menatap Stef yang merengkuhnya, tapi saat akan bicara, Stef memutar tubuh Renata sebagai salah satu gerakan d
Keysha kesal karena pelayan tadi tidak kunjung membawa Evan ke kamar yang sudah dipesannya. Akhirnya dia berpikir untuk melihat ke tempat pesta apakah pelayan tadi sudah melaksanakan tugasnya.Keysha pergi ke ballroom, di sana masih banyak tamu yang hadir dan Keysha malah tadi meninggalkan karena ingin menjebak Evan. Dia mengedarkan pandangan tapi tidak melihat Evan di ballroom itu.“Di mana dia?” Keysha mengedarkan pandangan tapi tidak mendapati Evan atau Renata di sana. “Sial, apa Renata tahu dan menggagalkan rencanaku?”Keysha geram dan kesal karena rencananya gagal, akhirnya dia membaur dengan para tamu lagi karena ada yang menyapanya.Sama halnya dengan Keysha, Stef pun mencari keberadaan Renata. Sahabatnya itu tiba-tiba hilang begitu saja tanpa pamit, bersamaan dengan kakak sepupunya yang tidak terlihat di sana.**Renata berada di kamar. Tubuhnya lelah dan terasa sakit karena perlakuan Evan yang sedikit kasar. Napasnya masih tersengal, bahkan dada sampai naik turun tak beratura
Margaret dan Edward menemui tamu yang dimaksud, hingga keduanya terkejut melihat siapa yang datang.“Maaf kalau datang sepagi ini, entah kenapa aku tiba-tiba ingin datang dan menyapa kalian,” ucap Damar dengan senyum palsunya.Margaret langsung memasang wajah masam melihat sang kakak datang ke sana, setelah bertahun-tahun tidak pernah berinteraksi, kini sang kakak datang ke sana, dan tentunya Margaret bisa menebak, jika Damar ke sana dengan suatu maksud.“Tidak masalah, kami juga tidak terlalu repot,” balas Edward yang tahu jika istrinya pasti malas menyapa Damar.Mereka duduk bersama, Margaret menunjukkan rasa tidak senangnya ke Damar.“Di mana Evan? Jam segini dia belum berangkat bekerja, bukan?” tanya Damar berbasa-basi.Margaret langsung memicingkan mata mendengar sang kakak menyebut nama Evan.“Untuk apa kamu menanyakannya? Bukankah sejak dulu juga kamu tidak suka dia? Dia lahir saja kamu tidak datang, sekarang kamu mau sok perhatian dengannya!” amuk Margaret kesal.Edward langsu
Margaret duduk di tepian ranjang dengan ekspresi wajah cemas. Kedatangan Damar ke rumah memang membuat hubungan antara Damar dan Margaret kembali menegang.“Sudah, jangan pikirkan kedatangan kakakmu tadi,” kata Edward mencoba menenangkan.Edward sampai tidak berangkat ke kantor, karena mencemaskan Margaret jika ditinggal sendiri.“Bagaimana tidak memikirkan? Papa tahu sendiri, setiap dia datang, buntutnya pasti akan ada masalah,” kata Margaret sambil mengusap wajahnya kasar.Edward tidak bisa membantah hal itu. Keserakahan Damar membawa kehancuran antar saudara.“Evan!” Margaret tiba-tiba teringat dengan Evan.“Bagaimana kalau dia menyakiti Evan, makanya Evan dan Renata belum pulang?” Margaret tiba-tiba berpikiran buruk akan hal itu.Edward terkejut mendengar ucapan Margaret, saat hendak membalas, ponsel Margaret berdering dan nama Evan terpampang di sana.“Syukurlah, dia menghubungi.” Margaret buru-buru menjawab panggilan itu.“Van, kamu di mana? Kenapa semalaman tidak pulang? Apa ka
Keysha berada di ranjang, sudah bangun tapi enggan turun dari ranjang. Dia masih kesal dan memikirkan kegagalan semalam.“Sialan! Pasti wanita itu yang menggagalkan rencanaku,” geram Keysha jika ingat kejadian semalam.Keysha melihat pelayan itu memberikan minuman yang sudah dicampur obat ke Evan, barulah dia pergi ke kamar untuk menunggu. Namun, sampai begitu lama tidak datang, saat Keysha mencari di ruang pesta pun tidak melihat keberadaan Evan, bahkan pelayan yang disuruhnya pun ikut raib.“Aku sudah membayarnya mahal, tapi dia tidak becus melakukan tugasnya,” geram Keysha lagi.Saat Keysha masih kesal dengan kegagalannya menejebak Evan, terdengar suara ketukan pintu yang membuat emosi Keysha semakin memuncak.“Siapa!” teriak Keysha tidak mau membuka pintu.“Maaf, Non. Diminta Tuan untuk turun ke bawah,” kata pembantu dari luar kamar.Keysha mencebik dan menggerutu, hingga kemudian membalas jika akan segera turun.Di ruang tamu, ternyata sudah ada Evan dan Renata juga Aldo. Mereka
“Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Evan ke Renata. Dia menoleh Renata, menatap wanita itu yang duduk di kursi samping kemudi.Mobil mereka berhenti di bahu jalan, setelah pergi dari rumah Keysha.Renata tersenyum, menggenggam telapak tangan Evan dengan erat dan mencoba meyakinkan jika apa yang dilakukan Evan sudah benar.“Kamu sudah benar. Kamu melakukan itu bukan karena lemah, tapi banyaknya pertimbangan yang kamu pikirkan,” ujar Renata untuk melegakan hati Evan.Evan dan Renata akhirnya memutuskan untuk tidak membawa kasus itu ke ranah hukum. Selain karena kasihan ke ayah Keysha yang memohon, Evan sendiri sebenarnya malu dan merasa aneh karena seorang pria malah dijebak seperti itu.“Semoga saja, dengan kita tidak memberinya hukuman, dia mau berubah dan tidak mengulang perbuatannya. Anggap saja kita memberinya kesempatan kedua untuk berubah,” ucap Renata kemudian.Evan mempererat genggaman tangan mereka, bersyukur memiliki Renata yang bisa membuat pikirannya tenang, karena Renata
“Mbak Rena sudah tidak akan tinggal di kota ini lagi?” tanya Sesil yang sedih mendengar keputusan Renata untuk pindah ke rumah Edward.Sesil senang melihat Renata datang setelah berhari-hari ambil cuti, tapi harus kecewa ketika Renata berpamitan kalau akan pindah yang disampaikan ke seluruh guru musik yang ada di sekolah itu.Kini Renata dan Sesil berada di ruang kerja Renata karena ingin mengemas barangnya.“Iya, tapi nanti aku akan sering berkunjung ke sini. Tadi aku sudah pamit ke sekolah tempat aku mengajar juga, untuk sekolah musik ini, aku serahkan kepadamu. Tolong besarkan sekolah ini seperti milikmu,” pinta Renata ke Sesil.Sesil benar-benar akan kesepian jika Renata pergi, tapi juga tidak bisa mencegah keputusan Renata.“Aku pasti akan merindukan Mbak Rena,” ucap Sesil memeluk Renata.Renata tersenyum dan mengusap punggung Sesil.“Aku juga akan merindukanmu. Tapi nanti masih bisa telepon kalau rindu,” ujar Renata masih mengusap punggung Sesil.Sesil mengangguk-anggukan kepala
“Kita mau ke mana?” Dhira bertanya saat Renata dan Evan mengajaknya pergi bersama Dharu.Renata mengajak Dhira dan Dharu pergi tapi tidak memberitahu mau ke mana, membuat gadis kecil itu penasaran,Renata menoleh ke belakang, memandang Dhira dan Dharu yang duduk di sana.“Ke hotel, nemuin oma buyut kalian,” jawab Renata dengan senyum di wajah.Dhira bingung sampai menggaruk kepala tidak gatal, hingga kemudian kembali melontarkan pertanyaan.“Memangnya oma buyut rumahnya di hotel? Oma buyut itu siapa?” tanya Dhira lagi.“Bukan tinggal di hotel. Tapi oma dari luar kota dan sekarang ada di hotel. Oma buyut itu, omanya mama jadi kalian manggilnya bisa oma buyut atau oma saja,” ujar Renata menjelaskan.Renata dan Evan akan menikah lusa. Renata tidak mendatangi rumah Veronica karena memang sejak awal sang oma melarang datang sebab takut Kevin mengincar Renata jika tahu keduanya semakin dekat sekarang. Akhirnya Renata hanya mengabari hari pernikahannya dengan Evan melalui panggilan telepon,