Beranda / Romansa / Anak Kembar Sang Konglomerat / 64. Tentang Kejahatan Masa Lalu

Share

64. Tentang Kejahatan Masa Lalu

Penulis: Audia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-23 10:44:39

Di butik Alice, Elina terlihat sibuk mengurus pekerjaan nya dan para pesanan pelanggan yang semakin bertambah banyak. Elina harus tetap semangat walaupun baru selesai sakit dan tiga hari cuti kemarin.

"Ibu Elina. Ibu Pelita ingin mengambil pesanannya sekarang. Ibu Pelita tengah menunggu Anda di luar."

"Baik. Saya akan segera menemuinya. Terima kasih Gita."

"Sama-sama Ibu Elina. Saya pamit."

Elina mengangguk dan tersenyum ramah. Banyak karyawan butik yang menyukai attitude Elina yang baik dan berwawasan tinggi. Walaupun Elina atasan mereka sekarang. Namun Elina tidak pernah sombong dan selalu membimbing para karyawan dengan baik penuh akan kesabaran.

Elina m

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   65. Bertemu Dengan Almarhum Keluarga Korban

    Tamara dan beberapa bodyguard nya berjalan di perkampungan kumuh di sebuah desa terpencil di kota besar Jakarta. "Boleh kami bertanya?" tutur Tamara memperhatikan ibu-ibu yang terlihat sedang bergosip ria dan lihatlah mereka, tidak menghiraukan kotoran akibat kutu yang mereka sedang cari di kepala. Mereka memperhatikan penampilan mewah Tamara. Aura orang kaya terlihat sangat jelas. Mereka juga mencium bau harum tubuh Tamara yang terjaga. "Boleh. Bertanya tentang apa ya Buk?" tanya mereka. "Rumah almarhum pak Toni di mana, ya? Saya ingin berkunjung." "Pak almarhum Toni Hartono maksud Ibu?" tutur mereka kembali.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23
  • Anak Kembar Sang Konglomerat   66. Bando Kupu-kupu Untuk Liana

    "Pagi semuanya." Liana berlari ke arah meja makan bersama dengan Liam. Namun Liam tidak berlari seperti Liana. Liam memilih berjalan dengan santai dan duduk di dekat Liana. Mereka semua membalas sapaan hangat Liana. Gadis kecil itu memperlihatkan deretan giginya yang putih dan bersih, karena tetap menyikat gigi sebelum tidur, sesuai perintah bundanya. "Cucu Nenek sangat cantik dengan memakai bando kupu-kupu." "Iya Nek. Hadiah mingguan dari Dev. Nana suka dengan hadiah Dev yang ini." "Devan yang memberikannya?" tanya Rani. Liana mengangguk kencang. Mereka memperhatikan bando kupu-kupu itu terlihat sangat mahal. Itu bukan sembarang bando tapi dibuat

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23
  • Anak Kembar Sang Konglomerat   67. Angel Kembali Berulah

    Andre mencium tangan sang ibu setelah selesai berdoa dan menjadi imam shalat subuh."Bagaimana perkembangannya, Andre?" tanya Pelita."Elina belum menghubungi Andre, Ma. Biarlah Elina melakukan shalat istikharah dahulu. Andre akan menunggu sampai Elina siap menerima Andre menjadi calon imam nya."Pelita tersentuh mendengar penuturan putranya yang sangat sabar dan tidak memaksa."Mama... Yakin Elina akan menerima kamu."Andre tersenyum, "Terima kasih, Ma.""Andre, Elina memiliki dua orang anak. Apakah kamu telah siap menjadi orang tua sambung mereka?" tutur Pelita lembut. Kalau Andre tidak sia

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Anak Kembar Sang Konglomerat   68. Angel Anak Naufal

    "Kamu Elina bukan?" tanya Shanika menghampiri Elina yang tengah menginstruksi semua karyawan butik.Elina menoleh, membuat Shanika shock bisa bertemu dengan Elina di sini."Kamu apa kabar?" tanya Shanika basa-basi. Walaupun sebenarnya hatinya sangat membenci Elina."Baik," jawab Elina singkat dan terlihat sangat elegan.Shanika sekilas meneliti penampilan Elina. Tubuh Elina sangat proporsional dengan memakai dress mahal, rancangan terbaru berharga kisaran jutaan."Kamu kemana selama ini? Tiba-tiba menghilang.""Bukan urusanmu."Deg. Shanik

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Anak Kembar Sang Konglomerat   69. Ungkapan Hati Si Kembar

    Siang hari. Elina dan kedua anak kembarnya makan di luar rumah. Mereka keluar rumah bersama dan menikmati hari minggu dan berjalan-jalan di sekitar danau setelah nya."Setelah ini kita ke danau." Liana mengunyah makanan nya dengan nikmat.Elina mengecek ponselnya dan sesekali mengangguk menanggapi anak-anak nya. Walaupun hari libur, pesanan butik tidak putus, namun terus bertambah. Sepertinya Elina akan mencari para desainer untuk ia kerjakan di butik Alice.Liam menikmati makanannya dalam diam. Ia tidak suka keributan seperti makan di restoran seperti ini. Namun Liana kukuh dengan pendiriannya untuk berlibur bersama hari ini. Tidak mungkin Liam tidak menuruti apapun permintaan Liana. Atau gadis kecil itu akan merajuk kepadanya sepanjang hari.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Anak Kembar Sang Konglomerat   70. Nasehat Sang Kakak

    Semenjak kejadian hari itu. Dimana Liam menyuarakan isi hatinya. Sekarang Elina akan merubah semuanya. Lebih mementingkan anak-anak ketimbang pekerjaan. Elina menatap layar ponselnya. Menampilkan nomor nyonya Alice. Elina akan menghubungi nyonya Alice hari ini. "Hai Elina." Elina mempersiapkan kemungkinan apapun yang akan terjadi dan tanggapan nyonya Alice nantinya, kepada dirinya. "Elina!" suara di seberang sana kembali memanggil namanya. "Iya nyonya Alice." "Ada apa? Apakah ada masalah berat sehingga sampai menelepon dan melamun."

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Anak Kembar Sang Konglomerat   71. Hanya Anak Tiri

    "Deddy!" teriak Liana ketika keluar dari kelas menuju gerbang bersama Liam dan Devan. Dua anak laki-laki itu memutar bola mata malas, memperhatikan wajah Liana yang sangat ceria melihat pria dengan setelan jas kerja menunggunya di gerbang sekolah. Aldi tersenyum dan seperti biasa berjongkok lalu membuka kedua tangannya dengan lebar, untuk mendekap tubuh mungil Liana. Hap. Liana masuk ke dalam pelukan Aldi. Liana merindukan deddy nya. Pasti deddy nya tidak berani menjemput mereka kalau ayah Leo datang ke sekolah. "Ayah Leo tidak menjemput?" Liana mendongak menatap wajah deddy nya, lantas menggeleng membuat Aldi bernafas lega.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Anak Kembar Sang Konglomerat   72. Dokter Andre Salah Paham

    Setelah kejadian siang tadi. Angel mogok makan dan hanya menangis terisak mengeluarkan sesak yang tengah anak kecil itu rasakan. Jantungnya seakan diremas oleh tangan tak kasat mata."Ada apa denganmu, Angel?""Papa... Ma. Papa menjemput anak kembar itu lagi. Papa sempat melihat ku tadi. Tapi ia tidak memperdulikan Angel."Shanika menghela nafas, lantas melempar sebongkah tisu kepada putrinya, "Hapus air matamu. Sekarang apa yang kamu inginkan untuk membalas mereka?"Angel menghapus air mata nya menggunakan tisu itu dan sempat terperangah mendengar penuturan mamanya."Maksud Mama bagaimana? Angel telah kalah Ma. Liana, salah satu anak kemb

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25

Bab terbaru

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   97. Ending

    Elina tersenyum melihat kebersamaan mereka yang tengah bermain basket berempat. Terlihat Liam dan Liana merebut bola basket dari Aldi dan juga Andre yang tengah senang menggoda mereka yang masih pendek.Liam mengambil bola basket tersebut dan melemparnya dengan gaya memukau. Berhasil! Masuk dengan sempurna membuat mereka bersorak ria. Aldi menggendong Liana, sedangkan andre menggendong Liam yang dengan wajah membanggakan dirinya dan bertepuk tangan.Elina sampai meneteskan air matanya karena terharu. Akhirnya kehidupannya bisa ia rasakan sampai detik ini juga. Setelah badai begitu dahsyatmemporak-porandakan hidupnya.Tuhan memiliki rencana yang sangat indah, untuk kehidupan Elina. Elina selalu percaya, sk

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   96. Pelajaran Hidup

    Setelah acara pemakaman selesai, mereka semua sekarang berkumpul di kediaman dokter Andre. Memakai pakaian serba hitam dan duduk di sofa ruang keluarga.“Elina! Saya selaku kedua orang tua almarhum, ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada, Nak Elina. Atas kelakukan almarhum yang telah membuat Nak Elina hampir depresi karena trauma.”Elina mengusap kepala Liana, yang berada di pangkuannya, tersenyum dan mengangguk, “Saya sudah memaafkannya, sejak bertahun-tahun yang lalu. Bahkan saya berhutang budi kepada almarhum, karena telah menyelamatkan putri saya.”“Maafin, Nana!” lirih Liana menatap mereka semua dengan wajah polos dan sendunya.Mereka semua menghela nafas. Ini

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   95. Keikhlasan Hati yang Tulus

    “Bagaimana keadaan Naufal, Dokter Andre?” tanya Keyra langsung menghampiri Andre yang sudah keluar dari ruangan.Keyra tidak sabar menunggu kabar dari Andre. Jantungnya berdetak dengan cepat. Keyra khawatir dan juga takut. Dalam lubuk hatinya, masih tersimpan rasa cinta untuk Naufal walaupun hanya secuil.Andre menghela nafas pelan, membuat semua orang yang ada di sana was-was. Tidak biasanya Andre berbelit-belit seperti ini ketika menjelaskan sesuatu. Apalagi ini soal keadaan seseorang.“Naufal gak apa-apa kan, Dok?!” bentak Keyra menggoyang tangan Andre dengan keras. Ia tahu ini sangat lancang, namun Keyra merasakan perasaan yang tidak enak.“Saya sudah berusaha semaksimal mungk

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   94. Penangkapan Shanika

    "Masukkan ke dalam mobil!” perintah Shanika memperhatikan ke sekelilingnya, Shanika tahu mereka akan segera tertangkap karena melawan orang-orang yang berkuasa.Liana dimasukkan ke dalam mobil, namun dalam keadaan mulut disumpal dengan lakban dan tidak diikat seperti beberapa jam yang lalu.“Nana ngak mau ke luar negeri. Jangan paksa Nana. Bunda! Tolongin Nana!"Liana tidak ingin pergi jauh dari bundanya. Liana tidak bisa membayangkan nasibnya, apabila Shanika membawanya pergi sangat jauh dari negaranya.Liana telah masuk ke dalam mobil. Dijaga oleh dua anak buah Shanika. Mereka berbicara sebuah rencana selanjutnya. Apabila mereka gagal, maka mereka akan menga

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   93. Persyaratan Dari Naufal

    Liana menggelengkan kepalanya, ketika dua preman dengan tubuh kekar dan brewok yang terlihat sangat menyeramkan, menyuapinya roti untuknya. Liana yang diikat di kursi dengan tubuh mungilnya bergetar sedari tadi ketakutan.“Nana mau ketemu bunda. Nana mau pulang, Paman.”“Kamu tidak akan pernah pulang selamanya,” jawab mereka. Liana kembali menggelengkan kepalanya karena tidak ingin mendengar perkataan kedua pria menyeramkan itu.Liana, beberapa jam yang lalu , bangun dari pingsannya ternyata telah terikat di sebuah kursi. Liana ingin menangis, namun bundanya selalu berkata, jangan pernah takut. Hal itu akan membuat mereka semakin menindas kita. Liana masih mengingat pesan bundanya itu.

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   92. Penculikan Liana

    Liana mengelilingi halaman rumahnya sendiri, dengan mengayuh sepeda. Ia tersenyum sembari menaruh boneka sapi berukuran sedang di ranjang sepeda sebagai temannya bermain.Kakaknya sedang belajar di dalam kamarnya, untuk persiapan olimpiade antar sekolah. Kedua anak laki-laki seperti Liam dan Devan mengambil mata pelajaran matematika dalam satu kelompok, yang sudah disaring dan dipilih.“Nana main sama Vivi, saja.” Nama boneka sapi berwarna pink dan putih itu adalah Vivi.Liana mengayuh sepedanya dekat dengan gerbang. Liana menatap aneh ke arah seorang wanita yang membelakanginya berada di luar gerbang. Penjagaan di rumah Andre, tidak seketat seperti dimension Syahreza. Bahkan satpamnya, entah pergi kemana.“Bunda!” Liana memanggil wanita itu

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   91. Masa Lalu Itu (3)

    Berlin, Jerman, 2013Setelah dokter memberikan kabar baik kepada Elina, wanita hamil itu tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaan bahagianya sekarang. Ia bersandar di sofa sambil menonton acara televisi dengan menikmati secangkir kopi.“Huek!” elina segera berlari ke kamar mandi yang berada di lantai bawah. Dengan wajah pucat dan perut yang bergejolak, Elina memuntahkan cairan kental dan bening. Kepalanya kembali pusing seperti pertama kali dirinya muntah karena kehamilannya.Elina membasuh wajahnya dengan air dan menatap dirinya di cermin. Entah angin apa, Elina terisak merasakan sakit di dadanya. Elina menghapus air matanya sembari mengingat kembali kebersamaanya dengan mantan suami.Elina harus m

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   90. Masa Lalu Itu (2)

    Tok! Tok! Shanika dengan malas mengetuk pintu kamar Elina beberapa kali. Kalau tidak disuruh oleh suaminya. Shanika tidak akan sudi melakukannya. "Elina! Kau belum juga bangun?! Istri macam apa, belum bangun sampai jam segini," cibir Shanika di depan pintu kamar Elina. "Kenapa Sayang?" tanya Aldi menghampiri Shanika yang terlihat kesal dan cemberut. Shanika menoleh, "Ini loh, Mas. Elina belum juga mau bangun." Aldi kembali mengetuk pintu kamar Elina. Jauh lebih keras. Bahkan banyak pasang mata yang melihatnya, karena mendengar gedoran terdengar nyaring. "Kasihan ya, No

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   89. Masa Lalu Itu

    Elina memandang bangunan di depannya dengan wajah tegar dan tatapan sendu. Ia mengeratkan pegangannya di koper yang tengah ia bawa. Keputusannya sudah bulat. Walaupun hatinya bagai tertusuk ribuan duri, entah kalau bisa dijabarkan, mungkin sekarang hatinya tengah berdarah dan sakit.“Elina,” panggil Surya kepada Elina, yang sudah berada di dalam mobil menunggu Elina.Elina menoleh dan terisak. Dadanya sesak. Air mata menetes dari pelupuk matanya tiada henti. Surya mengerti akan posisi menantunya sekarang. Tangannya terkepal. Ia berjanji tidak akan merestui kembali hubungan Elina dengan Aldi esok apabila Aldi telah menyesali perbuatannya dan ingin rujuk kembali.Elina mencoba menguatkan diri dan menghapus air matanya sampai bersih. Ia kembali berbalik melihat kedi

DMCA.com Protection Status