Caden bertanya, “Kalian juga sama sekali nggak punya info soal penerbit itu?”Braden dan Rayden menggeleng. “Kamu nggak akan nyangka sistem keamanan mereka lebih tinggi dari Grup Pangestu. Kami sudah coba berkali-kali, tapi masih nggak bisa bobol pertahanannya.”“Itu cuma penerbit, bukan markas rahasia negara. Kenapa sistem keamanannya begitu tinggi? Ini aneh banget!”“Selain itu, keuntungan tahunan penerbit ini bahkan nggak setinggi Grup Pangestu. Dari mana datangnya uang mereka untuk bayar sistem keamanan semaju ini? Penerbit ini sangat bermasalah!”Kakak beradik itu saling menimpali dengan penuh emosi. Kali ini, mereka jelas sudah bertemu lawan tangguh. Bagaimanapun juga, bahkan kedua peretas unggul di dunia peretas juga tidak mampu membobol pertahanan itu meskipun sudah bekerja sama. Jadi, dapat dinilai betapa hebat sistem keamanan itu.Caden bertanya dengan kening berkerut, “Kalian sudah selidiki pemilik penerbit itu?”“Sudah. Dia cuma seorang pebisnis biasa. Kami sama sekali ngga
Baru saja Rayden hendak mengirim pesan itu, Braden mencegahnya.“Apa gurumu ini bisa dipercaya? Mungkin nggak jejak kita terbongkar?”Rayden menjawab dengan yakin, “Dia sama dengan guru kalian di gunung. Kamu rasa guru kalian mungkin celakai kalian?”“Nggak!”Rayden menjawab, “Guruku juga sama. Jangan khawatir.”Setelah itu, Braden baru membiarkan Rayden mengirim pesan itu.Guru Rayden bertanya. [ Penerbit mana? ]Rayden buru-buru mengirim informasi penerbit itu kepada gurunya. Gurunya segera membalas.[ Aku nggak bisa bantu kamu soal ini. ]Rayden pun mengerutkan keningnya.[ Kenapa? ]Guru Rayden itu menjawab dengan jujur.[ Bawahanku yang buat sistem keamanan itu dan menjualnya dengan harga mahal. Aku nggak bisa bantu kamu serang mereka. Itu melanggar kode etik kerja. ]Rayden dan Braden pun terdiam. Rasa penasaran mereka akhirnya terpecahkan. Pantas saja mereka tidak mampu membobol sistem keamanan itu. Ternyata, itu adalah buatan guru Rayden.Braden mengerutkan keningnya dan berta
Saat Caden tiba, Zaskia sedang memasak di rumah. Begitu melihat Caden, sendok yang dipegang Zaskia pun jatuh ke lantai.Setelah tertegun sesaat, Zaskia baru teringat untuk mengendalikan ekspresinya dan bertanya sambil tersenyum, “Caden, kok kamu datang kemari?”Sebelum Caden sempat menjawab, Zaskia menatap pembantu rumahnya dan berkata, “Kenapa kamu nggak kasih tahu aku Caden datang kemari? Apa kamu mau tanggung jawab kalau aku terkesan nggak sopan?”Pembantu itu menjawab dengan takut, “Pak Caden .... Aku nggak sempat kasih tahu Nyonya.”Caden memaksa untuk masuk. Jadi, pembantu itu tidak dapat menghentikannya maupun terlebih dahulu memberi tahu Zaskia.Zaskia diam-diam memelototi pembantu itu. Kemudian, pembantu itu juga tahu diri dan segera pergi ke halaman. Setelah itu, Zaskia buru-buru mempersilakan Caden untuk duduk dan hendak menyeduhkan teh untuk Caden.Caden berkata dengan dingin, “Nggak perlu. Ada yang mau kubicarakan denganmu!”Caden duduk di sofa ruang tamu, sedangkan Zaskia
Zaskia berbicara sampai menangis hebat.Caden meliriknya dengan dingin. “Jangan anggap dirimu tak bersalah. Kamu tahu jelas dirimu punya motif tersembunyi apa dengan besarkan dia di luar sana. Kamu juga tahu jelas kamu celakai orang tuaku memang sepenuhnya demi anakmu atau sebenarnya juga demi dirimu sendiri. Jadi, kamu nggak usah berlagak jadi orang baik di hadapanku. Aku nggak akan bersimpati padamu!”Zaskia memelototi Caden dengan marah. “Mulutmu lebih tajam dari ayahmu!”“Karena dia nggak ngerti, sedangkan aku sudah sepenuhnya tahu kamu itu orang seperti apa.”Zaskia mengeluarkan ingusnya, lalu berhenti menangis. Dia berkata dengan ekspresi masam, “Yang kamu bilang benar. Aku memang punya motif tersembunyi. Aku besarkan putraku di luar supaya dia bisa tumbuh besar dengan aman. Aku mau cegah dia dibunuh anggota keluarga ini sebelum kamu mati. Aku mau dia jadi penerus keluarga ini!”“Aku bunuh ayahmu juga demi Grup Pangestu. Selama dia masih hidup, kakekmu akan selalu pegang otoritas
Mata Zaskia mulai berkaca-kaca. “Apa yang bisa kamu lakukan untuk lindungi putraku? Kamu bahkan nggak tahu siapa orang itu! Putraku lagi ada di tangannya! Kamu bisa kasih aku jaminan apa!”Caden menjawab dengan dingin, “Kalau aku bilang bisa lindungi dia, aku pasti bisa melakukannya. Semuanya tergantung pada aku mau atau nggak.”Caden memiliki bisnis besar di Negara Amuriko dan koneksi yang luas. Kota Karl termasuk bagian dari Negara Amuriko. Meskipun itu adalah markas utama orang misterius, dia tetap bisa melindungi seseorang dengan mudah karena bisa melakukannya melalui pemerintah setempat.Zaskia jelas tidak percaya. Namun, Caden malas menjelaskannya lagi. Dia hanya langsung memberi peringatan, “Kalau kamu nggak mau jawab yang jujur, aku jamin putramu akan mati dalam minggu ini!”Zaskia langsung ketakutan. Setelah beberapa saat, dia baru bertanya, “Kamu benar-benar bisa lindungi dia?”Caden hanya meliriknya tanpa menjawab.Zaskia menelan ludahnya, lalu berkata dengan kening berkerut
Caden merasa sangat bingung dan menoleh ke arah Zaskia. Apa telepon tadi juga dari orang misterius itu? Apa yang dikatakannya pada Zaskia? Dia mengancam Zaskia?Zaskia merasakan tatapan Caden dan menatapnya dengan berlinang air mata. Kemudian, dia menunduk dan terisak.Saat ini, ada banyak orang di lokasi. Caden tidak bisa lanjut berbicara dengan Zaskia dan hanya bisa membiarkannya dibawa pergi oleh polisi.“Suruh orang untuk awasi dia dengan baik. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku.”Gilbert mengangguk dan menjawab, “Oke!”Baru saja Zaskia dibawa pergi, Caden juga mendapat telepon dari Braden.“Papa, jam berapa kamu akan pulang ke rumah?” tanya Braden dengan nada serius.“Ada apa?”“Aku dan Rayden sudah temukan sesuatu yang penting!”“Apa itu?”“Sebaiknya kita diskusikan setelah kamu pulang.”Caden merasa agak bingung. Rahasia besar apa yang ditemukan kedua putranya?“Oke. Aku akan sampai di rumah 40 menit lagi.”Setelah memutuskan sambungan telepon, Caden menyalakan mesin mobilnya
Sekarang, Caden dapat memastikan bahwa orang misterius itu memiliki dendam dengan orang tuanya. Orang misterius itu merencanakan semua ini selama bertahun-tahun karena ingin menemukan sesuatu.Caden juga tahu ada sebuah tahi lalat di bagian dada orang itu dan markasnya berada di Kota Karl. Orang itu pernah bertemu dengannya dulu, juga memanggil Naomi dengan sebutan akrab .... Orang itu pasti mengenalnya! Apa orang itu juga mengenal Naomi?Caden pulang ke rumah dengan benak dipenuhi pertanyaan. Saat ini, Naomi, Hayden, Jayden, dan Baby sedang tidak berada di rumah. Dia pun menahan rasa penasarannya dan pergi ke ruang baca kecil.Caden bertanya pada Braden dan Rayden, “Mana mama dan adik-adik kalian?”“Bibi Fiona ajak Mama ketemu.”“Fiona?”“Emm. Katanya, mereka baru bangun taman bermain skala besar. Hari ini, mereka mau uji coba operasional. Dia undang kami main ke sana, tapi aku dan Rayden nggak pengen pergi. Jadi, Mama cuma bawa Hayden, Jayden, dan Baby.”Fiona adalah kakak kandung Dy
Naomi menjawab sambil tersenyum, “Entah apa yang mau dilakukan kedua bocah itu di rumah. Mereka nggak mau keluar.“Kalau begitu, kita buat janji di lain waktu saja. Coba kulihat dulu. Ini Jayden. Kalau ini ... Hayden!”Mata Hayden langsung berbinar. Dia bertanya dengan penasaran, “Kok Bibi tahu itu aku?”Fiona menjawab sambil tertawa, “Braden dan Rayden selalu pakai jas. Cuma kamu yang suka pakai setelan olahraga.”Hayden menjawab, “Aku yang paling keren di rumah kami!”Fiona tertawa makin lebar, lalu mencubit pipi Hayden. “Hayden bukan cuma keren, juga ganteng. Kamu anak paling cakep!”Setelah itu, Fiona juga tidak lupa untuk memuji Jayden, “Aku tahu Jayden itu fashionista cilik yang sangat hebat!”Jayden segera mengeluarkan sebotol parfum kecil dari ranselnya dan berkata, “Ini untuk Bibi.”“Wah, makasih, Jayden.”Fiona buru-buru menyimpan parfum itu, lalu melirik ke arah Baby dengan penuh kasih sayang. Dia memuji sambil tersenyum, “Ini Baby, ‘kan? Dia benar-benar imut dan menggemaska
“Camila, kamu benar-benar pacaran sama Dylan?”“Emm! Kami juga berencana untuk menikah dan punya anak. Tapi, aku masih belum tenang karena Leon belum tertangkap. Jadi, aku undur dulu masalah pernikahan.”Mata Lyana dan Kevin langsung berbinar. Mereka bertanya dengan tidak percaya, “Se ... serius?”“Serius!”Lyana dan Kevin buru-buru bertanya lagi, “Kamu nggak keberatan nikah sama dia?”Camila pun tertawa. “Dia bahkan nggak keberatan aku ini seorang janda. Kenapa aku harus keberatan nikah sama dia? Dia memang pernah punya banyak pacar, tapi dia juga bukan cowok berengsek. Dia punya pandangan hidup dan kepribadian yang baik, juga bisa menyenangkan orang. Setelah kami bersama, dia cuma setia padaku dan memperlakukanku dengan baik.”Hati Lyana dan Kevin yang sudah mati pun hidup kembali! Meskipun Camila tidak mengandung, Camila dan Dylan benar-benar sedang berpacaran. Selain itu, mereka juga memiliki rencana untuk menikah dan melahirkan anak. Bagi Lyana dan Kevin, ini adalah hal yang sang
Camila menenangkan diri, lalu berjalan ke arah kamar rawat sebelah. Memberi pelajaran pada Catherine bukanlah yang terpenting. Dia harus terlebih dahulu menghibur Lyana. Amarah yang terlalu besar akan sangat melukai tubuh. Camila tidak boleh membiarkan Lyana terus-menerus merasa marah.Sebelum Camila tiba di depan pintu kamar rawat, terlihat Caden berjalan keluar dari dari kamar rawat Lyana. Camila pun menyapanya, “Pak Caden.”Melihat Camila, Caden merasa agak terkejut. “Kapan kamu pulang?”Camila menjawab, “Aku baru beli tiket pesawatnya semalam dan tiba pagi ini.”Caden menghela napas panjang. “Bagus juga kamu pulang. Kak Fiona nggak tahu masalah Bibi Lyana, sedangkan aku juga nggak begitu bisa berkomunikasi dengan Bibi Lyana. Berhubung kamu sudah pulang, temani dan hiburlah dia.”Camila menjawab, “Kak Fiona lagi hamil. Sebaiknya jangan buat dia khawatir. Aku akan jaga Bibi Lyana.”“Emm. Naomi tahu kamu pulang?”Camila menggeleng. “Pesawatku terbang di tengah malam. Dia seharusnya s
“Anak yang dikandung Catherine itu anakmu atau bukan?”Dylan mengernyit. “Aku nggak tahu.”Camila bertanya lagi, “Jadi, kamu sudah pikirkan cara penyelesaiannya?”Dylan menggeleng lagi dan menjawab dengan kesal, “Belum.”Camila menghela napas panjang. “Ajak dia keluar. Bilang saja kalian akan pergi daftarkan pernikahan kalian hari ini.”Dylan langsung membelalak. “Aku nggak akan nikahi dia! Pernikahan itu bukan permainan anak. Aku nggak akan menikah dengannya!”Camila menjulingkan matanya. “Memangnya kamu nggak bisa bohong?”Dylan pun terlihat bingung. “Hmm?”Camila tidak menjelaskan, hanya berkata, “Kalau kamu mau tangani masalah Catherine dengan baik, turuti kata-kataku! Ajak dia keluar hari ini!”Dylan buru-buru bertanya, “Kamu punya cara penyelesaiannya?”Camila menjawab, “Kamu ajak dulu dia keluar. Paling bagus kalau bisa ajak dia ketemu di rumah sakit. Aku akan bicara dengannya.”Dylan segera menunjukkan tampang layaknya seekor pug dan menyanjung, “Kalau kamu bisa bantu aku tanga
Keesokan paginya.Dylan terbaring di ranjang pasien dan tidak berhenti muntah kering. Dia memanggil Caden dengan lemas, “Caden, tolong ambilkan segelas air untukku. Aku mau kumur-kumur. Cepat dikit. Mulutku bau banget.”Pintu kamar pasien dibuka seseorang, lalu tercium aroma familier seseorang ....Dylan menyadari sesuatu dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Dia pun buru-buru mendongak.Camila mengenakan mantel panjang dan menggeraikan rambut ikal panjangnya yang berwarna cokelat sedang berdiri di depan pintu. Dia juga memakai masker, kacamata hitam, dan sepatu hak tinggi setinggi 7 cm. Sebelah tangannya bertumpu pada koper, sedangkan yang satu lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia benar-benar terlihat layaknya seorang wanita yang mendominasi.Meskipun Camila membalut dirinya dengan rapat, Dylan tetap langsung mengenalinya. Seluruh tubuh Dylan pun menegang. Entah kenapa, dia mulai merasa panik dan jantungnya juga berdebar makin kencang. Dia hanya menatap Camila dengan mata membelal
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan
“Apa uang bisa menyingkirkannya?” tanya Caden.Dylan menggeleng. “Dia cuma mau status sebagai istriku.”Caden mengernyit. “Aku dan dia nggak punya hubungan apa pun. Kalau kamu nggak bisa bertindak, apa perlu aku yang cari dia untuk membicarakannya?”Dylan mengerutkan keningnya dan menggeleng. “Aku nggak bisa melukainya.”Caden berujar, “Tapi, kamu mau punya persiapan mental. Kalau kamu nggak bisa tangani hal ini dengan baik, Bibi dan Paman mungkin akan tertimpa masalah besar.”Hanya setelah mengetahui faktanya saja, Lyana sudah langsung pingsan. Jika dia melihat jasad janin itu, mungkin saja dia akan langsung meninggal.Dylan menjentikkan abu rokok dengan kuat. “Haih ....”Kali ini, Dylan benar-benar bertemu kesulitan. Hal ini jauh lebih serius daripada isu kehamilan beberapa hari lalu. Dia benar-benar tidak menemukan cara penyelesaiannya.Entah karena terlalu cemas atau apa, sebelum menghabiskan sebatang rokok ini, Dylan mulai muntah-muntah lagi. Berhubung lambungnya kosong, dia hanya
“Dia nggak bersedia keluar. Dia cuma kasih waktu seminggu kepada kami untuk mempertimbangkannya. Seminggu lagi, kalau aku nggak bawa dia daftarkan pernikahan kami, dia akan kirim jasad janin itu ke rumah!”Caden juga merasa sangat kesal setelah mendengar ancaman itu. Dia bertanya dengan ekspresi muram, “Kalau dia merasa itu anakmu, kenapa dia nggak bersedia lakukan tes DNA?”Dylan menjawab dengan kesal, “Aku sudah tanya, tapi dia nggak mau kasih penjelasan. Dia cuma bilang, kami boleh nggak percaya dan langsung menolak, lalu tinggal tunggu terima jasad janin itu.”Catherine tahu jelas kelemahan Kevin dan Lyana. Berhubung mereka sangat menginginkan cucu, mereka pasti tidak berani mengambil risiko. Sementara itu, Dylan adalah anak yang berbakti dan juga tidak akan berani mengambil risiko. Bagaimanapun juga, apabila Kevin dan Lyana melihat jasad janin itu, mereka pasti tidak akan bisa menerimanya. Mungkin saja, hal ini juga akan menimbulkan korban jiwa.Caden bertanya dengan nada dingin,
Ketika Caden tiba di rumah sakit, Lyana baru keluar dari UGD. Dia berbaring di atas ranjang pasien dengan tenang dan masih belum sadarkan diri.Kevin duduk di samping ranjang pasien dengan ekspresi yang sangat suram, entah karena terlalu khawatir atau terlalu marah. Di sisi lain, Dylan menyeret tubuhnya yang masih lemah dan berlutut di samping dengan tampang bersalah.Melihat situasi ini, Caden sangat terkejut. Ketika di telepon tadi, Dylan hanya mengatakan sudah terjadi masalah, tetapi tidak mengatakan apa yang terjadi.Caden berjalan masuk ke kamar rawat dan bertanya dengan pelan, “Paman, gimana keadaan Bibi?”Kevin mendongak dan menjawab dengan sepasang mata yang merah, “Dia terlalu marah sampai terkena serangan jantung dan pingsan.”Caden pun terkejut. “Waktu aku pergi, dia masih baik-baik saja. Kenapa dia bisa tiba-tiba begitu marah?”Kevin memelototi Dylan dengan dingin, lalu berseru marah, “Tanyakan saja sama anak durhaka ini! Semua ini gara-gara dia! Perbuatannya benar-benar te
Naomi tiba-tiba berlinang air mata. Sebenarnya, dia tahu apa alasan anak-anak memamerkan sertifikat penghargaan mereka, dan Rayden memberitahunya bahwa dia berinisiatif mencari teman baru. Itu karena mereka ingin menghiburnya. Sebagai seorang ibu, dia malah dihibur oleh anak-anaknya.Naomi merasa terharu, tetapi juga bersalah. “Senang. Mama senang banget. Malam ini, Mama akan masak sendiri dan buatkan makanan enak buat kalian. Akhir-akhir ini, keadaan Mama kurang baik karena khawatir sama Braden dan Hayden. Maaf sudah buat kalian khawatir.”Jayden bertanya, “Sekarang, Mama sudah baikan?”Naomi tersenyum. “Sudah.”Baby bertanya, “Mama, kapan Kak Braden dan Kak Hayden pulang? Aku sudah kangen sama mereka.”Naomi menjawab, “Mereka akan segera pulang. Mereka juga kangen banget sama Baby.”Naomi mengobrol sejenak dengan anak-anak, lalu berkata pada Steven, “Terima kasih kamu sudah pergi jemput anak-anak. Malam ini, kamu makan saja di sini. Aku akan masak lebih banyak.”Steven buru-buru menj